jpnn.com, JAKARTA - Peneliti senior CSIS Rizal Sukma menilai Indonesia tidak bisa mengabaikan isu invasi Rusia terhadap Ukraina dalam KTT G20 di Bali nanti.
Pasalnya, konflik bersenjata tersebut berdampak serius terhadap perekonomian global, termasuk bagi upaya pemulihan pascapandemi COVID-19 yang jadi tema besar presidensi Indonesia.
BACA JUGA: China Sahabat Rusia, tetapi Minta Pembantaian Bucha Diusut Tuntas
Oleh karena itu, ia mengusulkan agar Indonesia bisa memastikan bahwa seluruh negara anggota G20 berkomitmen untuk membicarakan solusi dari dampak yang muncul akibat konflik Rusia-Ukraina.
"Jika tidak ada komitmen untuk hadir seperti itu, sebaiknya Indonesia membatalkan saja G20 itu dan menyerahkan kepada ketua berikutnya," katanya.
BACA JUGA: Siapkan Sanksi Baru, Jepang Bakal Serang Sektor Energi Rusia
Selain memberikan usulan tersebut, Rizal juga menyebutkan beberapa poin penting lain terkait dampak konflik Rusia-Ukraina terhadap kondisi geopolitik dan hubungan internasional, terutama di Asia.
Pertama, ia menilai bahwa konflik Rusia-Ukraina menampik sejumlah asumsi yang selama ini diyakini sebagai prinsip-prinsip utama dalam pelaksanaan hubungan antarnegara, misalnya tentang asumsi bahwa saling ketergantungan ekonomi antarnegara dapat mencegah perang.
BACA JUGA: Malu Banget, Tiga Diplomat Rusia Diminta Angkat Kaki dari Negara Ini
"Sekarang ini Eropa merupakan mitra dagang Rusia yang terbesar dan juga merupakan pasar utama dari Rusia, sekitar 50 persen dari pendapatan Rusia berasal dari sana. Hal ini ternyata tidak mencegah Rusia untuk mengambil kebijakan menginvasi Ukraina," katanya.
Kemudian, poin penting berikutnya adalah bahwa konflik Rusia-Ukraina tersebut memberikan implikasi terhadap opini publik di kawasan Asia.
"Saya melihat bahwa masih kuatnya kejengkelan atau ketidaksukaan terhadap perang, geopolitik Amerika Serikat dan Barat itu masih sangat kuat di banyak negara di Asia Pasifik," ujarnya.
Selanjutnya, Rizal menyebutkan bahwa konflik Rusia-Ukraina juga menimbulkan tren yang cukup mengkhawatirkan, yang membenarkan perang antara Rusia dan Ukraina sebagai instrumen yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah.
"Sudah jelas ini adalah invasi. Apa pun alasannya itu adalah pelanggaran yang sangat besar terhadap piagam PBB dan juga pelanggaran utama dalam prinsip-prinsip hubungan internasional. Pelanggaran atas kedaulatan sebuah negara yang merdeka," katanya menegaskan.
Selain itu, Rizal juga mengatakan bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina semakin menegaskan adanya rivalitas yang cukup dominan di antara kekuatan-kekuatan besar di kawasan Asia Pasifik. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif