jpnn.com - BANJARMASIN – Maraknya investasi bodong ternyata tak terlalu memberi efek negatif. Iklim investasi di perbankan tetap tumbuh. Namun, nilainya memang tak sebesar tahun lalu.
Wealth Business Head Bank Mandiri Region IX Kalimantan Andi N Sumbayak menerangkan, secara kualitas investor mengalami kenaikan sepuluh persen dari tahun lalu. "Investor pasar modal terus tumbuh. Namun, nilainya tak secepat tahun lalu," beber Andi.
BACA JUGA: Anak Buah SBY: Kopi Indonesia Sesungguhnya Berkelas Internasional
Tahun lalu, nilai investasi pasar modal di Bank Mandiri sekitar Rp 600 miliar. Yang diminati masyarakat seperti sektor reksadana, sukuk syariah, dan obligasi ritel (ori).
"Investasi pasar modal tak berpengaruh dengan munculnya investasi-investasi bodong. Yang memengaruhi hanya lesunya kondisi ekonomi saat ini," tutur Andi.
BACA JUGA: Menkeu: Anggaran Sosialisasi Empat Pilar MPR Tak Dipotong
Dia berpesan kepada masyarakat untuk lebih bijak dalam menentukan investasi. Contohnya reksadana adalah investasi yang legal karena memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Perizinan memang memiliki banyak syarat dan bersifat mutlak sehingga dapat dipercaya kebenarannya. Berbeda dengan investasi bodong atau abal-abal, biasanya tidak memiliki izin karena tidak memenuhi standar dan persyaratan dalam mengelola investasi yang bersih dan sehat.
BACA JUGA: LLP KUKM Dorong Pengrajin Emas Celuk Lebih Kreatif
Investasi bodong biasanya menawarkan keuntungan investasi yang sangat besar. Namun, bisa jadi risiko yang ditanggung juga besar. “Jangan sampai masyarakat tergiur dengan hal ini," ujarnya. (mof/ma/dye/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KSP Pandawa Rilis Website Resmi
Redaktur : Tim Redaksi