“Dengan demikian maka perusahaan akan tumbuh, rakyatnya sejahtera. Tak boleh terjadi adanya kehadiran sebuah investasi akan tetapi masyarakatnya menjadi penonton. Masyarakat harus menjadi bagian yang tercerahkan dari kehadiran sebuah perusahaan,” kata Hatta saat peletakan batu pertama pembangunan pabrik smelter mineral logam mangan milik Jasindo Utama di Desa Benu, Kecamatan Takari, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) akhir pekan lalu.
Hatta menilai, kehadiran pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) ini sangat penting lantaran memicu tumbuhnya pusat pertumbuhan ekonomi baru di NTT. Jika pabrik ini beroperasi akan mengolah mangan berkapasitas 24 ribu ton per bulan dengan serapan sekitar 1.500 tenaga kerja. Belum lagi kebutuhan logistik yang diperlukan pabrik mangan ini yang kesemuanya harus disiapkan oleh perusahaan-perusahaan lokal yang juga bakal tumbuh.
Pembangunan pabrik smelter ini pun bisa menggenjot keuntungan masyarakat karena mereka dapat menjual langsung hasil tambang mangannya dengan harga tinggi ke pabrik atau smelter Jasindo. “Nah, kalau sudah begitu maka kita akan dapat mengentaskan sebagian masyarakat dari kemiskinan. Sebab ada lapangan kerja dan pendapatan,” tukas Hatta.
Di satu sisi, Hatta juga meminta perusahaan memperhatikan kebutuhan masyarakat sekitar lewat program corporate social responsibility (CSR) seperti membangun tempat ibadah, sekolah, dan pusat kesehatan. Di sisi lain, Hatta mengharapkan supaya pemerintah daerah memberikan support atas investasi ini. Sebab, keberadaan pabrik smelter tersebut bagian dari program pemerintah di dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Begitu juga masyarakat di sekitar lokasi pabrik harus ikut merasa memiliki sehingga dengan senang hati sama-sama menjaga. “Masyarakat tentu akan memberikan dukungan karena investasi ini akan membawa bagian dari pembangunan di NTT,” paparnya.
Pemerintah, lanjut Hatta, memberikan perhatian yang tinggi kepada masyarakat NTT dengan mempercepat pembangunan dan pengurangan kemiskinan. Di dalam MP3EI pemerintah tidak sekadar membangun pabrik semacam ini, tapi juga jalan-jalan infrastruktur dan kapal-kapal terhubung, serta konsep pariwisata, perikanan, dan pertanian.
Total invertasi dalam MP3EI tidak kurang dari Rp 4 ribu triliun, di mana Rp 1.700 triliun untuk investasi pembangunan infrastruktur termasuk NTT. Bahkan, kata Hatta, telah disetujui dana sisa perhitungan anggaran (Silpa) 2011 sebesar Rp 3 triliun dimanfaatkan khusus pembangunan di lima provinsi, yakni Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan NTT.
Sementara itu untuk diketahui, smelter mineral logam Mangan di Kupang, NTT ini dibangun PT Jasindo Utama di atas lahan seluas 40 hektar dengan nilai investasi Rp 1,1 triliun. “Tahap pertama kapasitas produksi olahan mangan sekitar 3 ribu ton per bulan, tahap kedua 6 ribu ton per bulan serta tahap ketiga 24 ribu ton per bulan” ujar Presiden Direktur Jasindo Utama Chang Chongching.
Jangka waktu pembangunan pabrik tahap I dimulai September 2011 sampai dengan Mei 2013, tahap II Agustus 2013 sampai dengan Oktober 2014, dan tahap III Januari 2015 sampai Agustus 2016. Jasindo merencanakan ekspor Mangan ke Korea Selatan dan kawasan Asia Timur lainnya dengan nilai ekspor tahap pertama sebesar USD 3.750 ribu ton per bulan dan akan ditingkatkan sehingga pada tahap ketiga ditargetkan mencapai USD 30 juta per bulan. Sedangkan untuk domestik, perusahaan siap mengirimkan Mangan ke PT Krakatau Steel.
Bahan baku Mangan didapat Jasindo Utama dari pertambangan rakyat dengan membeli langsung dari rakyat lewat koperasi yang dibentuk secara swadaya masyarakat setempat. “Jasindo membeli Mangan langsung dari rakyat yang ada di sekitar 100 tempat di Kupang dan juga dari para pemegang Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi melalui kerjasama dengan tetap mengacu peraturan yang ada,” kata Chang. (lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bunga Penjaminan Harus Turun
Redaktur : Tim Redaksi