Investasi Pulp and Paper Meroket

Rabu, 04 April 2012 – 14:29 WIB

JAKARTA – Industri Pulp and Kertas di Tanah Air telah berkembang pesat. Industri ini setidaknya telah menarik investasi sebesar USD 16 miliar dan menyerap tenaga kerja sebanyak 242.822  orang. Pertumbuhan industri pulp and paper ini, bisa mendatangkan devisa sekitar USD 4 miliar atau 6,1 persen dari total produksi sektor manufaktur.

Sekertaris Jenderal Kementerian Kehutanan Hadi Daryanto mengatakan, Indonesia menempati urutan ke-9 negara pengekspor pulp terbesar dunia dengan rata-rata ekspor 1,6 juta ton pulp per tahun di bawah Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Kanada, Finlandia, Swedia,  dan Korea Selatan. Sementara dalam produksi kertas, Indonesia masuk 12 besar dengan rata-rata ekspor 1,7 juta ton kertas per tahun.

Di samping pasar Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia dan Jepang, saat ini pasar yang sangat potensial adalah Asia terutama Tiongkok dan India. “Untuk permintaan kertas, Asia tetap memimpin dalam pertumbuhan pulp and paper di dunia,” katanya di Jakarta.

Diramalkan, permintaan pulp dan kertas dari 2010 sampai 2015 bakal melonjak tajam, begitu juga dengan suplainya. Pada 2010 pertumbuhan pulp tercatat sebesar 4,3 juta ton dan akan meningkat pada 2025 menjadi 5,7 juta ton. Sementara berdasarkan produksi, volume industri pulp mencapai 26,5 juta ton dan diprediksi naik menjadi 38,9 juta ton pada tahun 2025.

Secara global, kata Hadi, pertumbuhan pulp meningkat 2,6 persen per tahun. Hal ini dikarenakan adanya Asean China Free Trade Agreement (ACFTA). “Permintaan bubur kertas dari Tiongkok terus meningkat hingga 139 persen sejak 2005. Potensi tersebut menguntungkan industri kehutanan di Indonesia,” sebutnya.

Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Pulp dan Kertas (APKI) Liana Bratasida, industri pulp dan kertas memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Industri ini juga mampu menyerap tenaga kerja hingga 250 ribu orang dari 600 ribu pekerja kehutanan. Kapasitas terpasang industri pulp dan kertas juga ditargetkan terus meningkat.
“Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian juga mencanangkan program strategis pulp dan kertas sampai 2020,” katanya.

Data Kemenperin menunjukkan, pada 2011 lalu, jumlah kapasitas terpasang industri pulp sebesar 8,6 juta ton akan meningkat tahun 2020 menjadi 20,4 juta ton. Sementara kapasitas terpasang industri kertas 2011 sebesar 12,778 juta ton akan meningkat pada 2020 menjadi 19,8 juta ton.

Untuk mendukung target itu, menurut Hadi, industri berbasis kehutanan diarahkan pada Hutan Tanaman Industri (HTI) yang berada di lahan rusak. Ini bertujuan agar aspek lingkungan tetap dipertahankan karena tidak perlu membuka lahan di hutan alam.

“Sekarang pemerintah mengarahkan HTI ke hutan gundul. Sehingga kalau industri pulp dan kertas harus berlabel lingkungan setidaknya sumbernya sudah dibangun dari lahan rusak,” kata Hadi.

Kementerian Kehutanan telah menyiapkan 35,4 juta hektar lahan rusak yang bisa dimanfaatkan untuk pembangunan HTI di seluruh Indonesia. Hanya saja, industri perlu memperhatikan aspek sosial karena di lahan tersebut sudah ada masyarakat yang tinggal sejak lama. (lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indeks Sentuh Level Baru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler