Investor Swiss Lirik Sampah Bogor

Senin, 02 Januari 2012 – 05:50 WIB

BOGOR - Persoalan sampah di Kota Bogor masih menjadi perhatian pemerintah. Sebab, Kota Bogor belum memiliki tempat pembungan akhir sampah. Bahkan, volumenya kian meningkat setiap hari.

Kayumanis yang dirancang menjadi tempat pengelohan dan pembuangan sampah sementara (TPPAS) pun hingga kini masih berpolemik. Akibatnya, Pemkot Bogor terpaksa membuang sampah ke TPA Galuga yang notabene milik Pemerintah Kabupaten Bogor. 

Peliknya persoalan penanganan sampah ini memaksa Pemkot Bogor menyiapkan anggaran yang tak sedikit untuk mempepanjang kontrak penggunaan TPA Galuga. 

Di tengah situasi yang sulit itu, investor dari Swiss hadir menawarkan solusi. Synergy Financial Concept dan Swiss Asset Manager Ltd bekerjasama dengan Engineering Team dari Jerman menawarkan fondasi kuat pengelolaan sampah di Kota Bogor.

Investor ini konsen di bidang energi ramah lingkungan dan lingkungan hidup, dimana ide dasarnya  adalah mengembangkan rantai pemprosesan sampah rumah tangga, kotamdaya, industri dan perkebunan. "Synergy bermaksud menawarkan teknik Proses Seramat. Investor ini melirik negara-negara berkembang terkuat, seperti Indonesia, India dan Brazil," ujar Duta Besar (Dubes) RI untuk Swiss, Djoko Susilo, saat  bertandang ke kediaman CEO Radar Bogor Group, Hazairin Sitepu di Perumahan Yasmin, Minggu (1/1).

Djoko mengatakan, investor tersebut juga tertarik memperoleh akses yang stabil dan berkelanjutan terhadap sampah padat kota, sampah plastik industri dan biomassa dari sampah kayu, padi, tebu dan kelapa sawit.

Karena itu, investor ternama tersebut siap menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah dan pemegang struktur pengolahan sampah yang telah ada di lingkungan setempat, termasuk para pengusaha yang bergerak di bidang pengolahan sampah.

Proses pengolahan sampah padat kota (MSW), kata dia, termasuk dalam hal pengumpulan dan penyeleksian, akan dilakukan secara profesional dengan memisahkan materi yang dapat digunakan lagi untuk produksi energi selanjutnya, seperti kaca dan logam. Pemisahan plastik yang bernilai jual secara komersial juga dapat menghasilkan profit cepat untuk industri daur ulang polimer.

Ia menambahkan, sisa dari MSW atau yang disebut bahan baku sekunder masih bernilai dan dapat  dideteksi nilai kalori dan energinya. Hasil energi tergantung dari cara pengolahan dan proses, yang membutuhkan energi untuk pengolahan (pembakaran) atau dengan menggunakan Teknologi Seramat, yang hanya menggunakan sepuluh persen dari energi untuk proses produksi. Sebab, teknologi katalis tidak memerlukan api eksotermik dalam proses konversi bahan input menjadi energi, dan oleh karena itu tidak menimbulkan kehilangan energi.

Lebih jauh Djoko mengatakan, jika pemda tertarik dengan proyek yang ditawarkan investor asing itu, maka pemda bisa melakukan kontrak.  Dengan demikian, investor ini dapat mengembangkan, mengontrol dan menjalankan proses pengolahan sampah. Tawaran ini cukup menjanjikan bagi pemda karena selain membantu mengatasi masalah sampah, juga bisa mendatangkan benefit.

Djoko menuturkan, jika berminat menyambut investor tersebut, pemda juga harus menyiapkan fondasi hukum sebagai dasar pendanaan untuk fase pengembangan proyek ini.

"Setelah diperoleh fondasi hukum, selanjutnya akan dikembangkan struktur pendanaan untuk keseluruhan proses pengeolahan sampah ini, termasuk proses pengumpulan, memisahkan dan Teknologi Seramat," imbuh pria yang tinggal di kawasan Sentul tersebut.
 
Ditanya soal sikap sejumlah investor asing yang tak mau menanamkan investasi karena terbentur aturan lelang proyek, Djoko mengatakan, itu tak masalah. "Investor asing dari Swiss ini siap untuk ikut tender proyek. Tak masalah, asalkan pemda punya komitmen kuat," tandas Djoko. (rid)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tahun Baruan di Puncak, Sekeluarga Tewas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler