IPAL Pabrik Ultra Jaya Over Kapasitas

Tunggu Penggunaan Alat Baru

Jumat, 03 September 2010 – 13:21 WIB
NGAMPRAH - Menyusul adanya keluhan puluhan guru dan ratusan murid SDN Bunisari soal bau limbah busuk PT Ultra Jaya, pihak Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Bandung Barat (KBB) pun langsung menanggapi seriusKamis (2/9) pagi kemarin, Kepala KLH KBB Lilly Koesmadiantoro bersama stafnya, langsung melakukan sidak ke perusahaan produk susu olahan ternama itu

BACA JUGA: Oknum DPRD jadi Calo Tes CPNS

Hasilnya cukup mencengangkan, karena Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT Ultra Jaya dianggap sudah over kapasitas sejak November 2009.

"Itulah yang mengakibatkan timbulnya limbah bau busuk yang tercium warga, siswa, dan guru SDN Bunisari
Akibat over-capacity, pengolahan limbah menjadi tidak optimal

BACA JUGA: Karawang Siap Amankan Jalur Mudik

Aroma bau busuk tersapu angin ke mana-mana," ungkap staf pengendalian dan petugas penyidik KLH, Agus Hartawan.

Agus mengungkapkan, berdasarkan penjelasan Manajer HRD PT Ultra Jaya, Zulkifli, serta petugas pengolahan limbah Maman Khoerudin kepada KLH KBB, saat ini perusahaan itu hanya memiliki satu IPAL berkapasitas 700 meter kubik
Ke depan, kata dia,  PT Ultra Jaya disebutkan akan memiliki IPAL baru dengan kapasitas 4.000 meter kubik.

"IPAL dengan kapasitas lebih besar itu belum bisa digunakan

BACA JUGA: Ada 97 Pintu Perlintasan Tanpa Penjaga

Saat ujicoba ke-5 pada 19 Mei 2010, terjadi keretakan dan kebocoran dinding bak aerasi, akibat gempa bumi di Kabupaten SukabumiIPAL baru tersebut harus diperbaiki," katanya pula.

Agus pun menambahkan, rencananya, pihak PU Jabar akan mencari solusi terhadap hal itu, dengan membuat demplot pengolahan limbah"Proses perbaikan keretakan bak aerasi akibat force major ini harus dikerjakan secepatnyaUntuk sementara, pengolahan limbah di IPAL lama tetap dilakukan, sambil menunggu perbaikan IPAL yang baru," papar Lilly pula.

Sementara itu, Yahya (50), salah seorang warga Kampung Bunisari RT 01/06 Desa Gadobangkong, Kecamatan Ngamprah, mempertanyakan kualitas air kompensasi yang diberikan ke warga selama iniMenurut dia, ketika air itu dipanaskan dalam
panci, meninggalkan bekas kerak berwarna kuningBahkan, jika diusapkan ke pakaian, menimbulkan bekas noda berwarna kuning.

"Saya tidak berani meminum air itu, karena khawatir efek sampingnyaSaya pakai air itu untuk nyuci atau mandi sajaTapi kalo untuk minum, saya beli air galonanNamun bagi warga yang tidak mampu, ya, terpaksa minum air itu," ujarnya.

Salah seorang guru SDN Bunisari, Tatang Suryana (43), juga mengaku pernah mengecek air kompensasi yang diberikan PT Ultra Jaya ke warga dan ke sekolah itu, dengan alat tes elektrolitHasilnya, air yang berwarna hitam pekat itu diketahui penuh dengan kandungan kalsium, zat besi, serta zat lainnya yang membahayakan tubuh.

"Mungkin dampaknya belum bisa kelihatan saat iniMungkin, dampaknya akan terasa sekitar 5 atau 10 tahun yang akan datang," jelas Tatang pula(don/ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Paus Terdampar Diduga Luka Terkena Batu Karang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler