JAKARTA - Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) mengutuk keras penyerangan Pondok Pesantren Al Idrisiyyah, Cisayong, Tasikmalaya oleh sekelompok organisasi kemasyarakatan yang mengatasnamakan Islam.
Ketua Umum PP IPNU, Khairul Anam mengatakan, pihaknya mengutuk keras perilaku itu karena tindakan itu dianggap telah mencederai keberadaan lembaga pendidikan Islam.
"Aksi penyerangan tersebut tidak mencerminkan masyarakat yang berbudaya terlepas apapun motifnya," kata Anam, Kamis (11/4).
Ia menegaskan, tindakan anarkis dan main hakim sendiri itu tidak dibenarkan secara hukum. "Apalagi ini kejadian terhadap sebuah lembaga pendidikan Islam yaitu pesantren yang kesekian kalinya terjadi," ungkap Anam.
Dijelaskan Anam, aksi kekerasan berupa penyerangan oleh sekelompok ormas Islam secara tidak langsung telah merusak citra pesantren secara keseluruhan. Menurutnya, citra pesantren yang selama ini dikenal sebagai pusat pendidikan, keagamaan dan budaya yang telah berabad-abad eksis di bumi nusantara telah dirugikan dengan aksi penyerangan tersebut.
Ironisnya, lanjut dia, aksi penyerangan itu dilakukan oleh sekelompok ormas Islam yang semestinya menjaga eksistensi dan marwah pesantren.
Anam mengingatkan, pesantren, ormas dan komunitas muslim lain semestinya menjadi cermin moral dalam kehidupan masyarakat. Tegasnya, bukan justru menunjukkan sikap saling menghujat, menjatuhkan dan membenarkan aksi kekerasan untuk melemahkan sekaligus membungkam.
"Kami akan menggalang solidaritas kaum santri untuk mengecam kejadian yang dialami Pondok Pesantren al idrisiyyah Kota Tasikmalaya" katanya.
Maka dari itu PP IPNU meminta aparat pemerintahan menindak tegas ormas yang berperilaku anarkis serta menuntut pihak kepolisian untuk mengusut tuntas pelaku kekerasan tersebut agar menjadi pelajaran dikemudian hari.
Beberapa komunitas santri yang notabene alumni-alumni pondok pesantren pun menyayangkan kejadian di Tasikmalaya tersebut.
Azhar Arsyad alumni Pesantren DDI Sulsel yang juga Sekjend PB DDI itu menegaskan, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan untuk meningkatkan keecerdasan bangsa.
"Bangsa ini kuat karena keberadaan pondok pesantren, kita sebagai santri harus menjaga nama baik pesantren dari stigma buruk yang sengaja dilekatkan," tegasnya.
Suara prihatin juga muncul dari Dr. Firdaus, Ketua Ikatan Alumni Pesantren An nahdlah (IAPAN) Makassar. "Tugas utama kita sebagai santri adalah membendung stigmatisasi terhadap dunia pesantren ditengah berbagai upaya kelompok yang ingin mengumbar citra buruk pesantren, kita harus solid," kata dia.
Zamroni alumnus salah satu Pondok Pesantren di NTB yang juga merupakan Ketua Majelis Alumni IPNU NTB juga mengatakan turut prihatin atas peristiwa tersebut. "Kita tidak ingin lembaga pesantren dirusak dengan persoalan tidak jelas, kami mohon agar polisi mengusut tuntas," pungkasnya. (boy/jpnn)
Ketua Umum PP IPNU, Khairul Anam mengatakan, pihaknya mengutuk keras perilaku itu karena tindakan itu dianggap telah mencederai keberadaan lembaga pendidikan Islam.
"Aksi penyerangan tersebut tidak mencerminkan masyarakat yang berbudaya terlepas apapun motifnya," kata Anam, Kamis (11/4).
Ia menegaskan, tindakan anarkis dan main hakim sendiri itu tidak dibenarkan secara hukum. "Apalagi ini kejadian terhadap sebuah lembaga pendidikan Islam yaitu pesantren yang kesekian kalinya terjadi," ungkap Anam.
Dijelaskan Anam, aksi kekerasan berupa penyerangan oleh sekelompok ormas Islam secara tidak langsung telah merusak citra pesantren secara keseluruhan. Menurutnya, citra pesantren yang selama ini dikenal sebagai pusat pendidikan, keagamaan dan budaya yang telah berabad-abad eksis di bumi nusantara telah dirugikan dengan aksi penyerangan tersebut.
Ironisnya, lanjut dia, aksi penyerangan itu dilakukan oleh sekelompok ormas Islam yang semestinya menjaga eksistensi dan marwah pesantren.
Anam mengingatkan, pesantren, ormas dan komunitas muslim lain semestinya menjadi cermin moral dalam kehidupan masyarakat. Tegasnya, bukan justru menunjukkan sikap saling menghujat, menjatuhkan dan membenarkan aksi kekerasan untuk melemahkan sekaligus membungkam.
"Kami akan menggalang solidaritas kaum santri untuk mengecam kejadian yang dialami Pondok Pesantren al idrisiyyah Kota Tasikmalaya" katanya.
Maka dari itu PP IPNU meminta aparat pemerintahan menindak tegas ormas yang berperilaku anarkis serta menuntut pihak kepolisian untuk mengusut tuntas pelaku kekerasan tersebut agar menjadi pelajaran dikemudian hari.
Beberapa komunitas santri yang notabene alumni-alumni pondok pesantren pun menyayangkan kejadian di Tasikmalaya tersebut.
Azhar Arsyad alumni Pesantren DDI Sulsel yang juga Sekjend PB DDI itu menegaskan, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan untuk meningkatkan keecerdasan bangsa.
"Bangsa ini kuat karena keberadaan pondok pesantren, kita sebagai santri harus menjaga nama baik pesantren dari stigma buruk yang sengaja dilekatkan," tegasnya.
Suara prihatin juga muncul dari Dr. Firdaus, Ketua Ikatan Alumni Pesantren An nahdlah (IAPAN) Makassar. "Tugas utama kita sebagai santri adalah membendung stigmatisasi terhadap dunia pesantren ditengah berbagai upaya kelompok yang ingin mengumbar citra buruk pesantren, kita harus solid," kata dia.
Zamroni alumnus salah satu Pondok Pesantren di NTB yang juga merupakan Ketua Majelis Alumni IPNU NTB juga mengatakan turut prihatin atas peristiwa tersebut. "Kita tidak ingin lembaga pesantren dirusak dengan persoalan tidak jelas, kami mohon agar polisi mengusut tuntas," pungkasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kiai Ikut Pantau Posisi Yenny
Redaktur : Tim Redaksi