jpnn.com, JAKARTA - Lembaga riset internasional Ipsos Public Affairs menggelar survei tatap muka untuk memotret perkembangan dan dinamika elektoral jelang pendaftaran bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden.
Jajak pendapat dilakukan pada 19-28 November 2023, terhadap 2.000 responden yang tersebar di 34 provinsi.
BACA JUGA: Survei PatraData Terbaru: Elektabilitas Prabowo-Gibran Unggul Sementara di Pulau Jawa
“Survei ini memotret dinamika elektoral pascapendaftaran pasangan calon presiden dan wakil presiden sehingga terjadi perubahan peta elektoral secara signifikan,” ujar Deputi Direktur Ipsos Public Affairs Sukma Widyanti dalam paparannya via daring.
Sukma menjelaskan, dinamika setelah deklarasi calon presiden memberikan efek ekor jas yang cukup signifikan sehingga mengubah peta elektabilitas partai politik.
BACA JUGA: Survei Terbaru: Elektabilitas Ganjar-Mahfud Tempel Prabowo-Gibran, AMIN Paling Bawah
Dari sisi elektabilitas partai politik, terdapat sepuluh partai yang berpotensi masuk parlemen yaitu: PDIP (20%), Gerindra (19%), Golkar (9%), PKB (9%), Nasdem (7%), PKS (6%), Demokrat (4%), PPP (3%), PAN (3%) dan PSI (2%).
Dibanding survei Oktober 2023, PDI Perjuangan mengalami penurunan 5% sedang PSI menjadi berpeluang masuk parlemen.
BACA JUGA: Efek Jokowi, Elektabilitas Prabowo-Gibran Menguat
“Perlu diperhitungkan juga ke mana arah suara undecided voters terhadap tiga paslon dalam pilpres kali ini. Disukai atau tidak, arah dukungan Jokowi boleh jadi menjadi kunci kemenangan dalam pilpres selain faktor mesin politik parpol dan relawan pendukung dari masing-masing paslon,” katanya.
“Dalam simulasi tiga kandidat perolehan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka menempati posisi teratas (42,66), disusul Ganjar Pranowo–Mahfud MD (22,95%) dan Anies Baswedan–Muhaimin Iskandar (22,13%), dan tidak jawab sebesar 12,26%,” tuturnya.
Sementara itu, pengamat politik Ipsos Public Afffairs Arif Nurul Imam dalam tanggapannya meyampaikan bahwa profil menarik adalah pada mereka yang masih belum menentukan pilihan yaitu 12,26%.
Sebab, sebesar 9,15% merupakan pemilih Jokowi–Ma’ruf, dan 1,25% adalah pemilih Prabowo–Sandi.
“Pergeseran peta elektabilitas, paska resmi berpasangan ketiga pasangan calon terjadi perubahan signifikan, di mana Prabowo-Gibran melonjak signifikan, sementara Ganjar-Mahfud mengalami “terjun bebas” dan Anies-Muhaimin mengalami kenaikan tipis,” ujarnya.
Menurut Arif, melonjaknya elektabilitas Prabowo-Gibran dipicu persepsi publik bahwa Presiden Jokowi mendukung penuh duo menteri andalan dan putra sulungnya itu.
Hal tersebut tentu saja menjadi magnet bagi pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin 2019 untuk memberikan dukungan kepada paslon nomor urut 2.
Di sisi lain, elektabilitas Ganjar-Mahfud MD tentu saja merosot tajam akibat dari eksodus besar-besaran loyalis Jokowi.
Jika mereka yang belum menentukan pilihan tersebar secara merata di ketiga pasangan calon, atau lebih besar kepada pasangan Ganjar–Mahfud atau Anies–Muhaimin, maka pemilihan presiden akan berlangsung dua putaran.
“Jika ternyata dalam dua bulan ke depan paslon nomor dua bisa menarik sebagian besar dari undecided voters yang memilih Jokowi–Ma’ruf Amin di 2019, maka bisa dipastikan pilpres akan berlangsung satu putaran,” pungkasnya.
Survei dilakukan terhadap responden berusia 17 tahun keatas atau sudah menikah, yang dipilih menggunakan metode multistage random sampling.
Wawancara tatap muka dilakukan menggunakan aplikasi Ipsos iField Computer-Assisted Personal Interviews (CAPI). Survei ini memiliki margin of error ±2,19% dengan tingkat kepercayaan 95%. (dil/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif