jpnn.com - JAKARTA – Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane menegaskan, kasus polisi memutilasi dua anak kandungnya yang masih di bawah umur di Kalimantan Barat semakin menunjukkan ada persoalan serius di lapisan bawah kepolisian. Dia mengatakan, persoalan itu adalah masalah kejiwaan.
“Sayangnya elit elit Polri masih kurang serius menangani masalah ini,” kata Neta menjawab JPNN, Sabtu (27/2).
BACA JUGA: WOW! Gara-gara Kasus JIS Kanada Ancam Indonesia
IPW sangat prihatin dengan kasus mutilasi yang melibatkan polisi ini. Meski tak bisa digeneralisir, tapi Neta memandang, kasus ini bisa dilihat sebagai teori gunung es bahwa yang terpendam di dalam dinamika kehidupan lapisan bawah kepolisian, ada persoalan kejiwaan yang perlu segera dicermati dan diatasi para elit di Mabes Polri.
“Sebab, kasus mutilasi ini hanya bagian kecil dari sejumlah kasus sadis yang dilakukan para polisi lapisan bawah sejak beberapa tahun terakhir,” jelasnya.
BACA JUGA: Honorer K2: Pak Jokowi, Kami Masih Sabar dan Menahan Diri
Ia menjabarkan, berbagai kasus sadis yang dilakukan polisi lapisan bawah Polri mulai dari kasus salah tangkap, menyiksa tersangka, membunuh sesama polisi, membunuh pacar, membunuh istri, menembak atasan, polisi bunuh diri dan terakhir memutilasi anak sendiri. “Tingginya tingkat kesadisan yang dilakukan para polisi itu dari tahun ke tahun menunjukkan betapa lemahnya proses rekrutmen di Polri,” kritiknya.
Menurut dia, seakan-akan psikotes dalam rekrutmen itu tidak mampu menyaring figur-figur yang bermasalah. Sehingga dari tahun ke tahun Polri selalu dihadapkan pada ulah polisi-polisi berwatak sadis yang jauh dari misi Polri yang melayani, mengayomi dan melindungi.
BACA JUGA: Polri Tak Merasa Butuh Tes Kejiwaan Berkala
Seperti diketahui, anggota Satuan Intelijen Keamanan Kepolisian Resor Melawi, Kalbar, Brigadir Petrus Bekus memutilasi dua anak kandungnya, Fab (4) dan Amo (3) di rumah dinasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Status Bromo Turun, Wisatawan Tetap Jaga Jarak
Redaktur : Tim Redaksi