jpnn.com, JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan jajaran Polda Metro Jaya patut diberi apresiasi, atas penangkapan dua pelaku begal.
Aksi begal itu telah mengakibatkan perwira marinir Kolonel (Mar) Pangestu Widiatmoko luka-luka saat bersepeda di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, akhir Oktober 2020 lalu.
BACA JUGA: Ini Dia Pelaku Begal Kolonel Marinir Pangestu Widiatmoko, Ternyata
Penangkapan didasarkan dari identifikasi rekaman CCTV yang telah didapat polisi.
Kedua begal itu berinisial RHS (32) dan RY (39), warga Senen, Jakarta Pusat.
BACA JUGA: Pak Anies Umumkan Kabar Baik untuk Warga Ibu Kota, tetapi Jangan Terlena Ya
Begitu peristiwa itu terjadi, Polda Metro Jaya langsung melakukan pelacakan dan mendapat identitas pelaku pembegalan dan kemudian menangkapnya.
IPW menilai aksi begal menjadi tren di Indonesia terutama di wilayah hukum Polda Metro Jaya sejak lima tahun terakhir.
BACA JUGA: Heboh Video tak Senonoh Mirip Gisel, Kemenkominfo Sampai Ikut Mengurusi
Neta menjelaskan ada tiga jenis begal di Jabodetabek, "Yakni begal sepeda motor, begal payudara, dan begal sepeda."
Menurutnya, ketiga begal ini punya karakter masing masing. Misalnya begal sepeda motor, pelakunya cenderung membawa senjata tajam dan tujuannya mengambil kendaraan korban.
Ia menambahkan, begal payudara korbannya adalah wanita dan pelakunya orang iseng.
Adapun begal sepeda, lanjut Neta, pelaku pada umumnya mengambil tas dengan cara menjambret hingga korban tersungkur di jalanan.
"Tren begal sepeda ini baru muncul setelah tren bersepeda berkembang di masyarakat," ujar dia.
Menurut Neta, kebetulan saat bersepeda orang-orang cenderung menyelempangkan tasnya ke belakang. Hal ini menjadi peluang bagi pelaku kejahatan.
Dengan menggunakan sepeda motor, pelaku menjambret tas hingga korban jatuh terpental ke jalanan.
Dalam beraksi, kata Neta, pelaku tidak mengenal tempat. "Semua digasak. Di kawasan Ring 1 begal sepeda juga beraksi," ujarnya.
Nah, melihat makin ganasnya tren begal sepeda ini, sudah saatnya para pesepeda lebih waspada.
Ia mengingatkan, jangan bersepeda sendirian di kawasan sepi dan meletakkan tas di belakang tubuh.
"Antisipasi harus lebih dulu dilakukan masyarakat pesepeda, agar mereka tidak menjadi korban kebrutalan pelaku begal sepeda," ungkapnya.
Menurut Neta, dengan makin maraknya begal sepeda, polisi perlu memetakan wilayah rawan aksi itu, untuk kemudian menempatkan aparaturnya di titik-titik tersebut.
Selain itu, lanjut Neta, Polri juga perlu mengintensifkan patroli pada momen-momen pesepeda muncul, seperti pada hari Sabtu dan Minggu.
Gerak cepat masyarakat dan polisi diperlukan agar para pelaku begal tidak merasa mendapat angin untuk bebas beraksi.
"Sebab aksi begal sepeda ini tidak hanya menguasai harta benda korban tetapi juga membuat korban celaka karena terjatuh dari sepeda," kata Neta.
Lebih lanjut dia mengatakan dengan ditangkapnya begal di kawasan Ring 1 itu, polisi bisa bekerja cepat dalam memburu dan menangkap pelaku di tempat lain untuk kemudian memublikasikannya.
"Tujuannya agar aksi begal sepeda ini bisa diminimalisir," tuntas Neta. (boy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Boy