jpnn.com - JAKARTA - Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan memasuki tahun 2015 Polri perlu mengkonsolidasikan diri. Terutama, menurut Neta, dalam menyikapi pemerintahan baru Presiden Jokowi, yang membawa konsep Revolusi Mental.
"Polri perlu memperkuat jajaran intelijen dan Bimas, yang tugasnya tidak hanya melakukan deteksi dan antisipasi dini di masyarakat. Lebih dari itu harus melakukan deteksi dan antisipasi dini terhadap internal kepolisian. Sebab tantangan Polri ke depan cukup berat, terutama dalam menjaga sikap, perilaku, dan kinerja jajarannya," kata Neta S Pane, mengungkap Catatan Akhir Tahun 2014 IPW, di Jakarta, Selasa (30/12).
BACA JUGA: Soal Posisi Garuda Indonesia di Atas QZ8501, Arif Wibowo Kurang Tahu
IPW, lanjut Neta, mendata ada tujuh faktor kenapa krisis kepercayaan terhadap Polri terus terjadi. Yaitu kontrol atasan sangat lemah, adanya target ambisius dari atasan, bawahan cenderung cari muka, tidak ada tolok ukur yang jelas dalam rotasi tugas, tidak ada sanksi pemecatan pada perwira tinggi bermasalah, gaya hidup hedonis makin membudaya di kepolisian, dan kekayaan elit-elit Polri dibiarkan tak terkendali.
"Saat ini, yang diinginkan masyarakat dari Polri hanya ada tiga, yakni polisi senantiasa bersikap adil, polisi dapat memberi kepastian hukum, dan polisi mampu memberi jaminan keamanan. Sehingga masyarakat tidak merasa diombang-ambingkan dengan situasi yang tidak menentu, seperti terjadi bentrokan antar aparat keamanan atau banyaknya polisi ditembak pelaku kejahatan," ujarnya.
BACA JUGA: 2 Heli Berangkat Identifikasi Serpihan yang Diduga Milik AirAsia QZ8501
Terakhir dipertanyakannya, bagaimana polisi bisa menjaga keamanan masyarakat, jika untuk menjaga keamanan dirinya sendiri tidak bisa.
"Karena itu, di 2015, Polri perlu melatih jajarannya agar profesional, tangguh, tanggap, dan terlatih," pintanya.(fas/jpnn)
BACA JUGA: Politikus PDIP Nilai KPK Masih Tebang Pilih
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tim Pencari AirAsia Temukan 10 Serpihan di Pangkalanbun
Redaktur : Tim Redaksi