IPW Ingatkan Waspadai Penumpang Gelap Demo Mahasiswa 14 Oktober

Kamis, 10 Oktober 2019 – 14:13 WIB
Neta S Pane. Foto: dokumen JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah elemen mahasiswa akan menggelar aksi demonstrasi 14 Oktober 2019, kalau Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan, setiap warga negara berhak dan dijamin undang-undang untuk menyampaikan aspirasinya dalam bentuk aksi demonstrasi, asalkan memberitahu kepada aparat kepolisian.

BACA JUGA: Jelang Pelantikan Jokowi, IPW: Jangan Biarkan Telur Menjadi Naga

“Sehingga siapa pun yang mau melakukan aksi demo pada 14 Oktober untuk menuntut Perppu KPK tidak masalah,” kata Neta kepada JPNN.com, Kamis (10/10).

Hanya saja, Neta mengingatkan yang perlu dicermati dan diwaspadai para pedemo maupun aparat kepolisian adalah 'para penumpang gelap' dalam aksi tersebut.

BACA JUGA: Ketua IPW: Info A1, Sandiaga Bakal jadi Menteri di Kabinet Jokowi

Neta menjelaskan, dalam beberapa kali aksi demo mahasiswa misalnya diduga para penumpang gelap justru lebih dominan. Padahal, ujar Neta, mereka punya agenda sendiri jauh di luar agenda mahasiswa.

Ironisnya, dia menegaskan, para penumpang gelap itu sangat provokatif dan tak jarang memprovokasi para mahasiswa agar anarkistis.

“Bahkan mereka tak segan-segan berteriak-teriak agar pelantikan Jokowi sebagai presiden untuk periode kedua digagalkan, padahal mahasiswa hanya demo soal UU KUHP dan UU KPK,” papar Neta.

Untuk mengantisipasi penumpang gelap ini, mahasiswa dan polisi perlu bekerja sama sejak dari mulai tempat awal massa bergerak hingga ke lokasi demo.

Dia menegaskan, jika ada penumpang gelap yang menyusup, mahasiswa segera melaporkannya ke aparat kepolisian. Neta meminta polisi harus berani bertindak tegas untuk meringkus para penumpang gelap dan memisahkannya dari kelompok mahasiswa. Dengan demikian aksi demo akan terkendali dan jauh dari provokasi untuk menciptakan benturan dan kerusuhan.

“Selain itu jajaran intelijen perlu bekerja keras untuk memantau kantong-kantong kelompok radikal dan melakukan operasi cipta kondisi agar aksi-aksi penunggangan terhadap demo mahasiswa bisa diminimalisir,” pungkas Neta. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler