Drone tersebut diduga melakukan aktifitas mata-mata di Iran, dan terdeteksi setelah terbang di atas Teluk Persia selama dua hari. Garda Pengawal Revolusi Islam menyatakan pesawat nir awak itu melanggar wilayah udara Iran.
"Drone tersebut biasanya dikirim dari kapal-kapal perang besar," ujar Laksamana Ali Fadavi kepada rt.com, Selasa (4/12).
ScanEagle dibuat oleh Boeing dan digunakan militer Amerika untuk berbagai operasi. Sejauh ini AS dilaporkan meningkatkan jumlah misi spy drone ke Iran atas dugaan pembuatan senjata nuklir.
Pesawat tak berawak atau unmanned aerial vehicles (UAV) ini, mampu merekam beberapa format dari jarak ribuan kaki di udara. Pemimpin Iran mengirimkan keluhan resmi kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang aktivitas mata-mata AS di wilayahnya.
Sebelumnya, pesawat tak berawak serupa yang dioperasikan oleh Amerika Serikat berhasil ditembak jatuh. Iran sendiri berhasil membangun pesawat tak berawak dengan tekhnologi serupa. (Esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 12 Desember, Paus Benedict Mulai Berkicau di Twitter
Redaktur : Tim Redaksi