TEHERAN - Sanksi dari Barat tidak menghentikan Iran dalam melanjutkan program nuklirnya. Pemerintah Negeri Para Mullah tersebut kemarin (8/1) mengumumkan bahwa reaktor nuklir pertamanya yang berlokasi di Kota Busher, selatan Iran, akan beroperasi dalam beberapa pekan ke depan.
Di sisi lain, Teheran juga telah memulai pengayaan uranium di sebuah lokasi bawah tanah yang dirahasiakan. Surat kabar Kayhan, harian garis keras terkemuka yang selama ini dekat dengan para ulama yang berkuasa di Iran, kemarin memberitakan bahwa lokasi pengayaan uranium itu sengaja dirahasiakan untuk menghindari kemungkinan serangan udara (dari jet tempur Barat).
Harian tersebut juga menyebut bahwa Iran telah menginjeksikan gas uranium ke peralatan pengempar canggih di fasilitas nuklir Fordo dekat kota suci Qom, sekitar 156 kilometer barat daya Teheran.
Kabar itu bisa memicu reaksi dari Barat. Pasalnya, Iran saat ini terkena sanksi PBB karena menolak menghentikan program pengayaan uranium. Lewat program itu, Iran bisa memroduksi bahan bakar dan material hulu ledak nuklir. Selain itu, Iran dicurigai melakukan aktivitas yang dapat digunakan untuk membuat senjata nuklir atau bom atom.
Selama ini Teheran selalu berdalih bahwa reaktor nuklir mereka cuma mengembangkan energi dan riset. Karena itu, Iran menolak menghentikan aktivitas pengayaan uranium.
"Kayhan mendapat laporan kemarin (Sabtu, Red) yang menunjukkan Iran telah memulai pengayaan uranium pada fasilitas nuklir Fordo di tengah meningkatnya ancaman dari musuh-musuh asing," tulis koran itu dalam laporannya di halaman depan.
Saat ini Kayhan dipimpin seorang manajer yang merupakan wakil dari pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Tapi, Kepala Badan Energi Atom Iran Fereidoun Abbasi hanya menjawab pada Sabtu malam (7/1) bahwa negaranya segera memulai pengayaan uranium di Fordo.
Teheran memiliki fasilitas pengayaan uranium besar di Natanz, tengah Iran. Fasilitas itu mengoperasikan sekitar 8 ribu pengempar. Program pengayaan uranium di Natanz dimulai April 2006. Meskipun begitu, pengempar di Fordo dilaporkan jauh lebih efisien. Fasilitas itu juga terlindung dari ancaman serangan udara.
Dibangun di sisi kompleks militer, fasilitas nuklir Fordo sejak lama dirahasiakan. Tetapi, Iran mengakuinya setelah lembaga intelijen Barat berhasil mengidentifikasinya pada September 2009. AS dan Israel telah menyatakan tidak akan melancarkan serangan militer meski Iran melanjutkan program nuklirnya.
Sementara itu, Abbasi menyatakan bahwa Teheran telah menunjukkan mesin pemisah partikel nuklir atau centrifuge (pengempar) kepada wakil IAEA (Badan Energi Atom Internasional). Pengempar tersebut adalah buatan Iran.
PLTN Bushehr, yang berlokasi di pesisir pantai Teluk Persia, akan mencapai kapasitas maksimal 1.000 megawatt pada 1 Februari mendatang. Menurut Abbasi, PLTN itu terhubung dengan jaringan listrik berkapasitas 60 megawatt pada September lalu. Dengan kapasitas 1.000 megawatt, IAEA menyatakan bahwa Bushehr akan mampu memenuhi 2,5 persen konsumsi listrik Iran.
Pengumuman Abbasi soal PLTN Bushehr dilakukan saat menghadiri pertemuan tentang program nuklir Iran di kota pelabuhan Bandar Abbas, selatan negara itu. "Kami telah menunjukkan gerenasi baru dari mesin pengempar buatan sendiri kepada perwakilan IAEA untuk mendemonstrasikan kemampuan para ilmuwan Iran," tuturnya.
Abbasi menambahkan, pengempar yang dipakai dalam pengayaan uranium itu telah diperlihatkan kepada Direktur Jenderal IAEA Yukiya Amano. Tetapi, dia tak menyebut soal waktunya Belum ada konfirmasi apakah perwakilan IAEA memang hadir dalam pertemuan itu dan melihat pengempar buatan Iran tersebut.
Menurut sejumlah ahli, pengempar baru tersebut akan membuat Iran mampu melakukan pengayaan uranium pada level lima persen. Pengayaan uranium 3-5 persen penting untuk membuat bahan bakar reaktor. Sementara pengayaan hingga level 93,5 persen biasanya dipakai untuk pembuatan senjata nuklir.
PLTN Bushehr mulai dibangun pada 1975 saat Jerman meneken kontrak dengan Iran. Namun, Jerman menarik diri dari proyek itu menyusul pecahnya revolusi pada 1979 yang melahirkan Republik Islam Iran. Lalu, Iran meneken perjanjian dengan Rusia pada 1995 dengan kesepakatan awal bahwa pembangkit itu akan diselesaikan pada 1999. Namun, penyelesaian proyek tersebut tertunda. Bushehr akhirnya dibuka pada Agustus 2010.
Secara terpisah, situasi di Teluk Persia makin memanas. Angkatan Laut (AL) Inggris mengirimkan kapal perangnya ke wilayah dekat Selat Hormuz untuk mengantisipasi ancaman penutupan perairan tersebut oleh militer Iran.
Kapal perang Tipe 45 Angkatan Laut Kerajaan Inggris itu, HMS Daring, yang punya kemampuan menghindari deteksi radar, akan bergabung dengan kapal perang lainnya di kawasan tersebut. Meski pengiriman kapal perang itu diklaim sudah direncanakan lebih dari setahun, keputusan Inggris tersebut menunjukkan kekhawatiran Barat dan para sekutunya terhadap ancaman Teheran untuk menutup jalur utama pengiriman minyak dunia tersebut.
Menteri Pertahanan (Menhan) Inggris Philip Hammond saat lawatan ke Washington, AS, pekan lalu menyatakan bahwa Inggris dan Amerika Serikat pasti akan merespons tegas jenis provokasi apapun yang bisa memicu ketegangan di kawasan tersebut. (AP/CNN/AFP/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sukhoi TNI Kuntit Jet Deputi PM Papua Nugini
Redaktur : Tim Redaksi