Iran Sukses Kurangi Kematian Akibat Corona Hingga 40%, Begini Caranya

Selasa, 14 April 2020 – 15:27 WIB
Petugas menunjukkan alat tes diagnostik cepat untuk mendeteksi infeksi virus corona penyebab COVID-19. Foto: ANTARA FOTO/AJI STYAWAN

jpnn.com, TEHRAN - Pandemi virus corona yang melanda Iran sempat membuat negeri Para Mullah itu babak belur. Sudah lebih dari 4.500 warga Iran yang meninggal dunia akibat virus mematikan itu.

Namun, Iran mampu mengerem laju angka kematian akibat virus yang menimbulkan penyakit coronavirus disease 2019 (COVID-19) itu. Hal itu tak terlepas dari penggunaan terapi plasma.

BACA JUGA: Selamat, Iran Berhasil Tangani Pandemi Corona

Laman Tehran Times mengabarkan, penggunaan terapi plasma di Iran mampu menekan angka kematian akibat virus corona hingga 40 persen. Para ahli di Iran menggunakan terapi plasma untuk membantu pemulihan pasien COVID-19.

Melalui terapi plasma, seseorang yang sudah sembuh dari COVID-19 mendonorkan plasma darahnya kepada pasien yang masih dalam tahap perawatan. Iran telah menggunakan terapi itu sejak lebih dari sebulan lalu.

BACA JUGA: Perangi Corona di Tengah Sanksi, Iran Lebih Baik ketimbang AS

“Kami memulai terapi plasma sekitar empat puluh hari lalu dan hingga saat ini 300 orang telah mendonorkan plasma darah mereka. Hasilnya adalah penurunan 40 persen jumlah kematian akibat virus corona,” ujar Dr. Hassan Abolqasemi yang memimpin program penyembuhan melalui metode tersebut.

Hassan menambahkan, adalah fakta bahwa ketika Iran menghadapi pandemi virus corona tak seorang pun siap menanggulanginya. Tenaga medis pun memprioritaskan penyelamatan nyawa pasien COVID-19 yang kritis.

Menurut Hassan, terapi plasma telah terbukti efektif pada penyembuhan pasien berpenyakit severe acute respiratory syndrome (SARS), Middle East respiratory syndrome-related coronavirus (MERS-CoV) dan ebola. Namun, organisasi internasional belum menyampaikan pendapatnya soal penggunaan terapi plasma.

“Amerika Serikat mulai melakukan terapi plasma tiga minggu setelah kami. Kemudian Prancis, Jerman, Belanda dan beberapa negara Eropa mulai melakukannya dan meminta kami membagikan pengalaman kami,” katanya.

Angka kasus COVID-19 di Iran pada Selasa (14/3) mencapai 73.303. Adapun jumlah kematiannya sudah mencapai 4.585.

Namun demikian, Iran mampu menekan laju kasus COVID-19 dan angka kematian dibandingkan pada awal pandemi. Sebelumnya Iran sempat menjadi negeri pertama di luar Tiongkok yang paling menderita akibat virus corona.(ara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler