Iran: Tak Ada Perjanjian Nuklir Sebelum Amerika Minta Maaf

Senin, 27 Mei 2019 – 02:26 WIB
Warga Iran memperingati Revolusi Islam di Tehran. Foto: Reuters

jpnn.com, TEHRAN - Iran tak lagi mau membahas perjanjian nuklir dengan siapa pun. Mereka masih menunggu AS meminta maaf dan mencabut semua sanksi sebelum negosiasi dimulai.

Keyvan Khosravi, juru bicara Dewan Tinggi Keamanan Nasional, menegaskan bahwa Iran menolak semua upaya untuk mempertemukan Iran dengan AS. Menurut dia, tak ada yang perlu dibahas jika sikap AS masih seperti tahun lalu. ’’Selama tidak ada tindakan nyata, langkah kami tetap di jalur yang sama,’’ ucapnya seperti dilansir Agence France-Presse.

BACA JUGA: Tiongkok Sebut AS Perajut Kebohongan

Petinggi Iran tersebut sudah menolak rayuan dari Oman dan Jerman. Senin lalu, Menteri Luar Negeri Oman Yusef Bin Alavi datang ke Teheran untuk mencari titik tengah. Sementara itu, Direktur Jenderal Politik Kementerian Luar Negeri Jerman Jens Plotner menyusul pada Kamis lalu.

BACA JUGA: Trump Mulai Utak-atik Nuklir Iran

BACA JUGA: Washington Izinkan Kompos dari Jenazah Manusia

Mereka berharap bisa meluluhkan hati Presiden Iran Hassan Rouhani. Dengan demikian, keputusan Iran untuk menangguhkan Rencana Aksi Komprehensif Bersama di awal bulan bisa ditarik. Namun, Rouhani justru berkomentar lebih pedas.

’’Sudah satu tahun mereka (AS, Red) memberlakukan sanksi ini. Tapi, rakyat Iran tak akan menunduk meski musuh meledakkan tanah kami,’’ ujarnya dalam sambutan peringatan Perang Iraq-Iran seperti dilansir Al Jazeera.

BACA JUGA: Lagi, Amerika Serikat Provokasi Korsel Buat Gebukin Huawei

Polemik dimulai dari aksi Presiden AS Donald Trump yang menangguhkan perjanjian nuklir tahun lalu. Perjanjian itu seharusnya mencegah Iran mengembangkan fasilitas uranium dengan syarat negara Barat mencabut sanksi ekonomi. Trump menuduh Iran tak menaati perjanjian tersebut sehingga kembali memberlakukan sanksi. (bil/c20/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rapat Tiga Menit


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler