Irjen Istiono Sebut Sopir Bus Sriwijaya yang Nahas Itu Tidak Punya SIM

Kamis, 26 Desember 2019 – 08:44 WIB
Kepala Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri Irjen Istiono. Foto: Dedi Sofian/JPNN.Com

jpnn.com, PAGARALAM - Kakorlantas Polri Irjen Istiono mengungkapkan beberapa penyebab kecelakaan bus Sriwijaya di Pagaralam Sumatera Selatan, Senin (23/12) lalu.

Pertama, kontrol dari Perusahaan Otobus Sriwijaya lemah. Melalui siaran pers yang dilansir Antara, Istiono menyebutkan PO bus mengalihkan/menugaskan sopir ke jalur lain. Kemudian kapasitas tempat duduk sesuai perizinan untuk 25 seat, tetapi dipaksakan untuk 48 seat.

BACA JUGA: Jasa Raharja Pastikan Semua Korban Bus Sriwijaya Dapat Santunan

Selain itu, manajemen kontrol yang lemah atau membiarkan busnya dioperasionalkan tidak sesuai dengan standar keselamatan. Berdasarkan penyelidikan, kata Istiono, bus tersebut sebetulnya tidak layak jalan.

Kedua, lanjut dia, faktor kendaraan. Bus buatan tahun 1999 sudah dioperasionalkan selama 20 tahun. Kondisinya tidak terkontrol. Terjadi rem blong saat dioperasionalkan menunjukkan standar keamanan bus tidak terpenuhi atau kondisi tidak layak operasional.

BACA JUGA: Ini Nama Korban Kecelakaan Bus Sriwijaya Hingga Hari Kedua Pencarian

"Ban belakang aus sehingga tidak berfungsi sebagai penahan saat dilakukan pengereman atau menyebabkan kendaraan meluncur los," katanya.

Hal tersebut diperparah oleh ruas jalan yang berliku tanpa dilengkapi rambu-rambu dan pengaman pembatas jalan.

BACA JUGA: Cerita Orang Tua Sopir Bus Sriwijaya soal Firasat di Malam Kejadian

"Faktor lain adalah faktor manusia. (Sopir) tidak memiliki SIM sehingga menunjukkan pengemudi tidak profesional. Tidak terbiasa melewati jalur tersebut. Saat menghadapi masalah, menjadi gugup dan tidak mampu mengatasi situasi yang berdampak los, tidak ada pengereman atau upaya penyelamatan darurat," katanya.

Polisi sudah melakukan olah tempat kejadian perkara dengan mengkaji faktor penyebab kecelakaan dengan memberdayakan teknologi dan melibatkan para pakar untuk mendukung proses projustitia atau penyidikan.

Ia mengatakan bahwa pihaknya melakukan penyidikan secara virtual maupun manual untuk membuktikan faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas.

Setelah itu, melakukan kajian ilmiah melalui TARC (traffic accident research centre) untuk pencegahan, memberikan rekomendasi untuk perbaikan infrastruktur, peningkatan kualitas safety maupun pembangunan dan rekayasa jalan.

Ia meminta jajaran kepolisian di seluruh Indonesia agar selalu berkoordinasi dengan dinas perhubungan setempat untuk mengecek kelayakan armada bus serta pengemudinya. (antara/jpnn)

Kilang Minyak yang Dikunjungi Jokowi-Ahok ditolak warga  :


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler