jpnn.com, MEDAN - Pihak kepolisian terus mengumpulkan bukti-bukti terkait dugaan perbudakan di kerangkeng milik Bupati nonaktif Langkat Terbit Rencana Perangin-angin.
Termasuk, kemungkinan mengumpulkan bukti dengan membongkar kuburan para penghuni kerangkeng yang diduga tewas karena dianiaya.
BACA JUGA: Syaifuddin Tiba-Tiba Mengundurkan Diri dari Kepala Dinas Pendidikan Sumut, Ada Apa?
"Kemungkinan itu ada," kata Kapolda Sumut Irjen Panca Putra Simanjuntak, Rabu (9/2).
Namun, Panca menyebut hal itu harus dengan pertimbangan yang cukup matang. Terlebih menurutnya jika kuburan itu sudah dalam jangka waktu yang cukup lama.
BACA JUGA: Penyebab Syaifuddin Mundur dari Kadis Pendidikan Sumut & Penunjukan Lasro Marbun sebagai Pengganti
Oleh karena itu, tim akan melakukan pertimbangan terkait perlu atau tidaknya untuk melakukan pembongkaran kuburan para korban.
"Kemarin sudah kami sampaikan waktu dengan Komnas HAM, ada yang 2015 ada yang 2019 (tewas). Ini kalau dibongkar, apa kepentingan hasil yang mau didapat, tim sedang bekerja dengan forensik," ujar jenderal bintang dua itu.
BACA JUGA: Bupati Langkat: Itu Bukan Kerangkeng Manusia
Sebelumnya, tim telah menemukan sejumlah kuburan yang diduga korban penganiayaan di kerangkeng milik Bupati nonaktif Langkat Terbit Rencana Perangin-angin.
"Ada sejumlah kuburan yang ditemukan," kata Kepala Bidang Humas Polda Sumut Kombes Hadi Wahyudi, Senin (7/2).
Mantan Kapolres Biak, Papua itu mengatakan kuburan itu terletak di sejumlah lokasi. Meski begitu, Hadi belum memerinci dimana saja lokasi kuburan tersebut.
"Kuburan sudah ditemukan di beberapa titik oleh tim," ujarnya.
Hadi menyebut sejauh ini lebih dari tiga penghuni kerangkeng yang tewas. Mereka tewas diduga karena mendapat penganiayaan selama di kerangkeng.
Namun, hal itu, kata Hadi masih terus didalami oleh pihak kepolisian.
BACA JUGA: Gerombolan Bermotor Mengamuk, Pagar Masjid di Surabaya Didobrak Sambil Teriak-Teriak
"Adanya dugaan penganiayaan hingga lebih dari tiga orang tewas, dan kami masih terus mendalaminya," sebut juru bicara Polda Sumut itu. (mcr22/jpnn)
Redaktur : Budi
Reporter : Finta Rahyuni