Mungkin sudah cukup banyak orang yang meneliti Candi BorobudurTapi, yang dilakukan Irma Hariawang termasuk langka dan unik
BACA JUGA: Muhammad Zuhdi, Tokoh Penting di Balik Tayangan Serial Jalan Sesama
Sebab, dia meneliti Candi Borobudur dikaitkan dengan tinjauan astronomi (ilmu perbintangan)DHIMAS GINANJAR, Jakarta
SUATU hari, pada pertengahan 2007, Irma Hariawang yang saat itu mahasiswi astronomi ITB (Institut Teknologi Bandung) berpikir keras mencari tema yang akan diangkat untuk tugas akhir
BACA JUGA: Menelusuri Jalan Tol Termahal di Dunia yang Ada di Jepang (2-Habis)
Dia lantas teringat rencana PBB yang akan mencanangkan tahun 2009 sebagai International Year of Astronomy (IYA)BACA JUGA: Dikecewakan Dunia Aktivis, Suciwati Membuka Usaha
Salah satu materi utama IYA adalah pelestarian situs arkeoastronomi dan arkeobudayaDia kala itu penasaran apakah bangunan kuno di Indonesia memiliki keterkaitan dengan astronomi? Dengan kata lain, apakah para nenek moyang kita sudah mengerti astronomi atau tidak? "Yang saya yakin, setiap negara pasti punya cerita unik tentang budaya dan astronomi," ujarnya.
Kebetulan, pada tahun-tahun itu sedang gencar-gencarnya berita Candi Borobudur akan dihapus dari tujuh keajaiban duniaPerempuan yang kini bekerja sebagai IT konsultan itu pun lantas berpikir mengapa bukan Borobudur saja yang menjadi objek penelitiannya"Apalagi, candi itu merupakan salah satu bangungan tua sisa peninggalan nenek moyang yang masih bagus," imbuhnya
Ditambah lagi, dari ilmu yang dipelajarinya menunjukkan bahwa candi tersebut simetris tepat ke empat arah mata anginNiatnya makin matang saat berbagai penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa bangunan kuno memiliki keterkaitan dengan astronomiMisalnya, di Inggris ada penelitian tentang Stonehenge dan di Kamboja terdapat penelitian tentang Angkor Wat
"Kenapa di Indonesia tidak bisa ada situs astrobudaya?" batinnya saat ituDia lantas mencari berbagai literatur terkait Borobudur dan keterkaitannya dengan astronomiNamun, belum ada catatan tertulis tentang aspek astronomi yang digunakan nenek moyang Indonesia kala itu
Sebenarnya, salah seorang dosennya pernah "iseng-iseng" meneliti Candi Prambanan dikaitkan dengan aspek astronomiSayang, hasil penelitian itu tidak ditulis sehingga tidak ada bukti ilmiahnya
Karena itu, Irma mengklaim baru dirinyalah orang yang meneliti objek Candi Borobudur dikaitkan dengan aspek astronomi atau astrobudayaSetelah dibicarakan dengan dosennya, pada awal 2008 dia mulai membentuk tim untuk penelitian
Dia lantas meminta bantuan beberapa orang untuk membantu penelitiannya demi menguak misteri BorobudurMereka adalah Ferry MSimatupang (dosen astronomi); Erni RSihotang dan Rudi Hariyanto (mahasiswa astronomi); Fathonah DRahayu dan Hanief T(alumni astronomi); ESungging M(Lapan Bandung); serta Ratna S(BMKG)Mereka lantas diberi label Tim Arkeoastronomi ITB.
Maret 2009 menjadi awal bagi tim tersebut untuk menginjakkan kaki di candi Buddha terbesar di Indonesia ituJauhnya jarak antara Bandung dan Magelang membuat Irma harus mengefektifkan kinerja"Salah satu masalah kami ada di danaSelain itu, anggota tim punya kesibukan lain," tuturnya
Daftar kerja yang harus diselesaikan tim itu, antara lain, adalah mencari orientasi kemiringan candi, fungsi candi sebagai jam matahari yang sama berkaitan dengan gugus bintang Pleiades di rasi Taurus. Kala itu, Irma berasumsi, kaitan Borobudur dengan rasi Orion berhubungan dengan dua candi di sekitarnyaYakni, Candi Mendut dan Candi Pawon
Irma yakin, tiga letak candi itu sesuai dengan gugus bintang Pleiades di rasi bintang bersimbol Taurus itu"Tapi, itu baru hipotesisnya," paparnya
Untuk menjawab semua pertanyaan itu, dia mulai mengukur orientasi candi terhadap arah mata anginJatuhnya bayangan stupa utama juga diukurTerakhir, timnya juga berusaha menguak makna relief bulan-tujuh lingkaran-matahari di arah utara Candi Borobudur
Ternyata benar, kemegahan Candi Borobudur tidak hanya sebatas kenyataan saat iniPenempatan stupa maupun relief di dinding candi ternyata memiliki keterkaitan dengan ilmu perbintangan"Stupa utama candi berfungsi sebagai gnomon (alat penanda waktu) yang memanfaatkan bayangan sinar matahari," terangnya
Tidak hanya itu, Irma dan tim juga yakin bahwa tata letak antarstupa memiliki tujuan atau makna tertentuNah, dari jatuhnya bayangan stupa itu menunjukkan awal musim atau mangsa tertentu sesuai dengan Pranatamangsa (sistem perhitungan musim Jawa).
Untuk bisa mendapatkan semua itu, tim terlebih dahulu menentukan bayangan lurus stupa utama saat matahari berada di garis khatulistiwaPengukuran itu menunjukkan bahwa posisi Borobudur tepat dengan arah mata angin"Mengagumkan, arahnya benar-benar tepat dan akurat," katanya
Di samping itu, dia mendapatkan bukti bahwa Borobudur miring 1 derajat sejak dibangun pada dinasti Syailendra sekitar 800 MasehiDari empat sisi bangunan Borobudur itu, diketahui arah utara-selatan menunjuk posisi kutub utara dan kutub selatanIni membuktikan bahwa nenek moyang kita saat itu sudah mampu menentukan arah timur-barat secara akurat dengan menggunakan bayangan matahari"Itu masih fakta awalMasih banyak penelitian lanjutan yang harus dilakukan," ungkapnya
Namun, penelitian seperti itu tidak mudahSelain penelitian arkeoastronomi di Indonesia masih baru, masalah dana kerap menjadi penghambatBelum populernya arkeoastronomi juga membuat tidak banyak pihak yang mau mendanai penelitian
Selama penelitian, timnya efektif pergi ke Borobudur hanya 12 kaliYakni Maret 2009, Desember 2009, dan ditutup Maret 2010Setiap ke sana, lama penelitian juga dipersingkat menjadi empat hari saja"Awal ke Borobudur, kami mbonek (bondo nekat) karena dana masih minim," kenang perempuan kelahiran Surabaya, 26 tahun lalu, itu
Masalah dana tersebut juga sempat mengancam berlangsungnya penelitianUntung, tim yang sempat ngos-ngosan soal dana itu akhirnya mendapatkan kucuran dana pada akhir 2009Itu pun setelah timnya menjadi finalis lomba riset di kampusnya
Namun, jerih payah tersebut membuatnya bernapas legaHasil yang dia peroleh ternyata sangat memuaskanProyeknya tersebut mampu meluluskannya dari Astronomi ITB dengan nilai A
Kini arek Lembah Harapan, Lidah Wetan, Surabaya, itu memang sudah lulus dan bekerjaNamun, ini bukan berarti penelitiannya berhenti totalSebab, kata Irma, masih banyak hipotesis yang perlu dibuktikan meski secara resmi timnya sudah dibubarkan"Tidak tahu kapan akan berhenti," ucapnya
Saat ini penelitiannya masih berlanjut di belakang layarDia masih berhasrat membuktikan bahwa Borobudur memang berfungsi sebagai jam matahariSelain itu, dia belum memiliki jawaban utuh mengenai Borobudur dan rasi bintang Orion
Dari tiga misteri itu, Irma mengungkapkan, yang paling bagus progresnya adalah Borobudur sebagai jam matahariYang membanggakan, risetnya telah membawa Irma terbang ke Jepang September tahun laluDi sana dia mempresentasikan penelitiannya di observatorium Jepang pada International Conference on Oriental AstronomyPada 25-29 Juli nanti dia juga diundang ke Thailand untuk menyampaikan riset tentang Borobudur dan jam matahari di pertemuan astronomi Asia Pasifik(*/c4/c9/kum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menelusuri Jalan Tol Termahal di Dunia yang Ada di Jepang
Redaktur : Tim Redaksi