jpnn.com - ISLAMIC State in Iraq and Syria (ISIS) yang berganti nama menjadi Islamic State (IS) baru muncul awal Juni lalu. Berawal dari sekitar 80 militan pemberontak, mereka kini berkembang pesat. Sadis dan tanpa ampun menjadi trademark kelompok militan yang satu itu.
Kota Irbil yang menjadi ibu kota wilayah Kurdi dilanda kepanikan. Warga kota tersebut berbondong-bondong menuju ke bandara. Mereka membeli tiket ke Baghdad untuk menyelamatkan diri.
BACA JUGA: Direstui Obama, Pesawat Tempur AS Serang ISIS
Padahal, selama ini Irbil menjadi wilayah yang aman. Terlebih di wilayah itu terdapat pangkalan militer Amerika Serikat (AS) yang membuat warga merasa lebih aman.
Bukan hanya penduduk biasa yang melarikan diri. Perusahaan-perusahaan minyak pun menutup area pengeboran mereka. Staf perusahaan dievakuasi.
BACA JUGA: AS Serang Militan ISIS di Irak Utara dengan Pesawat tak Berawak
Penduduk Kurdi memang pantas panik. Sebab, IS mulai masuk dan menyerang wilayah-wilayah tersebut. Bahkan, pejuang peshmerga Kurdi yang selama ini mampu mengusir militan IS berhasil dipukul mundur. Bukan hanya Kota Kirkuk, bendungan di Kota Mosul pun kini beralih dikuasai IS.
Tentara Kurdi tidak berhasil mempertahankan bendungan yang menjadi suplai air dan tenaga listrik utama untuk warga Iraq. Setelah para pejuang peshmerga Kurdi ditarik mundur, IS juga menguasai kota-kota di dekat Mosul. Salah satunya Qaraqush.
BACA JUGA: Selfie Monyet Sulawesi Picu Debat Hak Cipta
IS yang sebelumnya hanya memerangi pemerintah karena ingin mengambil alih kekuasaan kini berganti membantai semua pihak secara sadis. Mereka biasanya memberondong tembakan kepada korban yang sudah tidak berdaya.
Tidak peduli itu warga sipil. Anak-anak dan perempuan pun ikut menjadi korban kekejaman militan IS. Kesadisan anggota IS itulah yang kerap membuat tentara Kurdi dan Iraq ketakutan.
Selain pemeluk Syiah, warga Iraq pemeluk agama kepercayaan Yazidi turut menjadi target utama pembantaian IS. Setelah menguasai Kota Sinjar Minggu (3/8), mereka membantai etnis minoritas Yazidi yang mayoritas berdomisili di kota tersebut.
Sebanyak 50 ribu penduduk Yazidi berhasil melarikan diri ke pegunungan. Namun, nasib mereka tidak lebih baik. Sebab, mereka hanya membawa bekal seadanya. Cuaca panas yang mencapai 42 derajat Celsius membuat anak-anak tewas kelaparan dan kehausan.
Jumat (8/8) bantuan makanan dan obat-obatan baru bisa dikirim tentara AS. Bantuan tersebut dijatuhkan dari atas pesawat tempur AS. "Bantuan itu datang tepat waktu," ujar juru bicara Kementerian Daerah Terpencil Satar Nawrouz.
Melalui website miliknya, IS mengklaim telah menguasai 17 kota di Iraq. Kondisi itu menjadi pencapaian yang luar biasa. Sebab, kelompok tersebut baru beraksi pada Juni lalu.
Artinya, mereka dalam waktu dua bulan berhasil menggandakan pasukan berkali-kali lipat. Posting ajakan bergabung untuk membentuk negara Islam dilancarkan para petinggi IS. Yang disasar biasanya anak-anak muda dan penduduk asing yang otaknya sudah dicuci. Negara-negara muslim di dunia menganggap IS sebagai teroris dan musuh.
Salah satu mantan anggota IS pada BBC mengungkapkan bahwa kebrutalan IS bukan hanya pada musuh, tetapi juga anggotanya. Pada awal rekrutmen, IS akan bersikap manis.
Namun, begitu mangsa sudah masuk, mereka akan berubah menjadi sadis. Hanya ada dua pilihan yang diberikan kepada anggota baru. Yakni, ikut bergabung atau dibunuh.
"Filosofi IS adalah jika melawan, kamu akan dibunuh. Jika bergabung, kamu bekerja, menuruti perintah, dan di bawah kekuasaan IS dalam kondisi apa pun," kata pria yang namanya tidak mau disebutkan untuk alasan keselamatan tersebut.
Dia menambahkan, dalam pelatihan yang diberikan pada anggota baru, petinggi IS memberikan pelajaran tentang Islam. Namun, bukan prinsip-prinsip Islam yang diajarkan dalam Alquran. "Mereka mengajari Islam yang mereka inginkan," tegasnya. Yaitu, agama yang radikal, yang tidak sesuai dengan Islam.
IS berhasil menarik simpati paling tidak 2 ribu militan yang berasal dari negara-negara Eropa. Mereka terbang ke Syria dan Iraq untuk bergabung dengan IS.
Militan IS asal Eropa tersebut bisa mengancam keamanan di Amerika Serikat. Sebab, mereka bisa bebas masuk Negeri Paman Sam. Warga Eropa tidak perlu lagi menggunakan visa untuk memasuki AS.
Hingga kini, fokus IS memang masih berperang di negara-negara Iraq dan sekitarnya. Namun, mereka tidak tertutup kemungkinan menyerang AS secara sporadis. Misalnya, melakukan bom bunuh diri. IS mampu melakukannya karena mereka memiliki dukungan finansial dan pasukan. (BBC/CNN/Daily Mail/sha/c15/tia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gaza Diserang dari Tiga Penjuru
Redaktur : Tim Redaksi