Israel dan Piala Dunia

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Sabtu, 02 Juli 2022 – 19:30 WIB
Seorang remaja berkalung bendera Israel di Kamp Konsentrasi Birkenau, Polandia. Foto: arsip JPNN.com

jpnn.com - Penggemar sepak bola di Indonesia sedang mengalami euforia.

Sebab, Indonesia akan menjadi tuan rumah turnamen sepak bola Piala Dunia U-20 pada 2023 mendatang. 

BACA JUGA: Israel Bakal Main di Indonesia Saat Piala Dunia U-20, HNW Bereaksi Keras

Selain menjadi tuan rumah, Indonesia juga mendapat hak untuk ikut menjadi peserta kejuaraan itu. 

Ini merupakan perstiwa langka, once in a lifetime, sekali seumur hidup. 

BACA JUGA: PDIP Tak Masalah Timnas Israel Main di Indonesia, Asalkan…

Bermain di piala dunia seperti mendapat berkah dari langit. 

Tanpa harus bersusah payah mengikuti pertandingan prakualifikasi, Indonesia bisa langsung lolos ke piala dunia U-20 yang bakal diikuti oleh 24 negara dari seluruh dunia. 

BACA JUGA: Israel Bakal Main di Indonesia saat Piala Dunia U-20, HNW Singgung Sikap Bung Karno

Sebanyak 10 negara sudah dipastikan lolos sebagai peserta. 

Sisanya akan diperebutkan oleh negara-negara yang mengikuti kualifikasi sepanjang tahun ini.

Euforia itu menghadapi ganjalan, karena salah satu negara yang akan ikut piala dunia di Indonesia adalah Israel. 

Negara Yahudi ini sudah memperoleh tiket sebagai peserta turnamen piala dunia setelah pekan ini menjadi runner up grup dalam kejuaraan Piala Eropa U-20, yang sekaligus dijadikan sebagai ajang prakualifikasi untuk mencari wakil Eropa ke Indonesia.

Munculnya Israel sebagai peserta Piala Dunia U-20 bisa menjadi persoalan serius bagi Indonesia. Saat ini kontroversi sudah mulai panas. 

Banyak yang menolak keikutsertaan Israel dalam Piala Dunia U-20 ini. 

Penyebab utamanya adalah Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel.

Pendudukan Israel terhadap Palestina dan komitmen Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina akan menjadi dilema yang sangat serius.

Dilema ini bisa berkembang menjadi problem politik yang bisa menjadi krisis. 

Di satu sisi, piala dunia adalah impian bagi semua penggemar sepak bola Indonesia. 

Di sisi lain, komitmen politik Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina membuat Indonesia harus bersikap tegas terhadap Israel.

Piala Dunia U-20 diikuti oleh pemain-pemain muda di bawah usia 20 tahun. Di level senior, Piala Dunia akan diselenggarakan di Qatar Desember tahun ini. 

Indonesia tidak pernah lolos di level kualifikasi Asia dalam kejuaraan sepak bola senior ini. Karena itu partisipasi Indonesia di piala dunia U-20 nanti akan menjadi pengobat sekaligus catatan sejarah seumur hidup Indonesia.

Prestasi terbaik Indonesia tahun ini dicapai dengan meloloskan tim senior ke kejuaraan Piala Asia. Untuk level dunia peluang Indonesia masih sangat-sangat berat. 

Di level Asia Tenggara saja tim nasional Indonesia senior tidak pernah menjadi juara selama 30 tahun. Terakhir tim sepak bola Indonesia menjadi juara dan meraih emas pada SEA Games (Pekan Olahraga Asia Tenggara) di Manila, 1991. Setelah itu Indonesia puasa gelar sampai sekarang.

Turnamen Piala Dunia U-20 ini akan menjadi peristiwa yang sangat membanggakan bagi Indonesia. terlepas prestasi yang akan dicapai, Indonesia sudah sangat bangga dengan menjadi tuan rumah. 

Meskipun hanya diikuti pemain-pemain berusia 19 tahun tapi gengsi turnamen ini tetap sangat tinggi.

Piala Dunia senior di Qatar akan diikuti oleh 32 negara. Sedangkan Piala Dunia U-20 di Indonesia nanti akan diikuti oleh 24 negara. 

Sekarang ini 32 negara peserta piala dunia senior sudah lengkap termasuk Qatar sebagai tuan rumah yang menjadi peserta tanpa kualifikasi.  

Di level senior, Israel tidak lolos ke Piala Dunia Qatar.

Keikutsertaan Israel di Indonesia memunculkan suara-suara penolakan yang sangat santer. 

Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali dan Ketua PSSI Mohamad Irawan alias Iwan Bule, sudah menegaskan bahwa Indonesia sudah memberi jaminan bahwa Israel boleh bermain di Indonesia dan bahkan memberi jaminan tim Israel akan aman.

Jaminan dari Amali dan Iwan Bule dikecam oleh sekalangan masyarakat yang tidak setuju. Amali mengatakan bahwa olahraga adalah olahraga.

Yang dia maksud adalah olahraga harus dibersihkan  dari pengaruh politik. Karena itu Israel harus tetap diizinkan bermain di Indonesia.

Pernyataan Amali harus dikoreksi. Tidak ada peristiwa olahraga apa pun di dunia ini yang steril dari pengaruh politik, termasuk sepak bola.

Peristiwa olahraga besar dunia seperti Olimpiade selalu diwarnai dengan persaingan politik. 

Peristiwa Piala Dunia sejak masa perang dunia pertama sampai sekarang juga tidak pernah sepi dari pengaruh politik. 

Diktator Franco di Spanyol memakai klub Real Madrid sebagai simbol kedigdayaan ibu kota terhadap daerah-daerah yang membangkang, terutama wilayah Catalan yang ingin memerdekakan diri. 

Sampai sekarang pertandingan El Clasico Real Madrid vs Barcelona masih tetap tidak bisa lepas dari persaingan politik.

Mussolini dan Hitler memanfaatkan turnamen Piala Dunia untuk mempromosikan ideologi fasisme dan nazisme mereka. 

Beberapa peristiwa Olimpiade diwarnai dengan saling boikot semasa periode Perang Dingin. 

Amerika Serikat memboikot Olimpiade Moskow 1980 gegara setahun sebelumnya Uni Soviet menginvasi Afghanistan.

Uni Soviet langsung membalas dengan dengan memboikot olimpiade musim panas di Los Angeles, 1984. 

Perang dingin antar-dua superpower itu mewujud sebagai persaingan antar-atlet di setiap arena pertandingan olahraga internasional.

Saat ini Rusia kembali merasakan pahitnya boikot olahraga akibat peristiwa politik. 

Serbuan Rusia terhadap Ukraina membuat tim sepak bolanya kehilangan kesempatan untuk bermain di Piala Dunia Qatar tahun ini. 

Begitu Rusia menyerang Ukraina, otoritas sepak bola Eropa UEFA dan FIFA sebagai otoritas sepak bola internasional langsung melarang Rusia mengikuti pertandingan kualifikasi Piala Dunia. Akibatnya, Rusia harus gigit jari tidak bisa ikut Piala Dunia.

Penggemar sepak bola Rusia tentu sangat marah atas keputusan FIFA ini. 

Akan tetapi, FIFA tidak ambil pusing. 

Keputusan sudah diambil dan Rusia tidak boleh ikut bermain di turnamen level dunia maupun Eropa. 

Keputusan ini sangat keras dan menyakitkan bagi sepak bola Rusia, tetapi FIFA bergeming dan tetap menjatuhkan sanksi.

Hal yang sama dirasakan oleh klub Inggris Chelsea. 

Klub ini menjadi korban akibat perang Rusia-Ukraina. 

Otoritas Uni Eropa menjatuhkan sanksi boikot terhadap Rusia dan menyita aset-aset pengusaha Rusia yang dianggap sebagai bagian dari oligarki. Pemilik Chelsea, Roman Abramovich, dianggap sebagai bagian dari oligarki Vladimir Putin, Presiden Rusia. 

Karena itu, aset-aset Abramovich di seluruh Eropa disita dan dibekukan.

Untuk menghindari sanksi Abramovich terpaksa menjual Chelsea. Untunglah ada pembeli yang bonafide sehingga nasib Chelsea bisa diselamatkan.

Kalau tidak ada pembeli yang jempolan bisa jadi Chelsea mengalami kebangkrutan. 

Penggemar Chelsea pasti marah terhadap Pemerintah Inggris atas keputusan itu, tetapi Pemerintah Inggris bergeming.

Indonesia harus berani bersikap tegas terhadap Israel dengan melarang bermain di Indonesia. 

Pendudukan Israel terhadap Palestina telah melahirkan tragedi kemanusiaan yang mengerikan. 

Israel sudah menjajah Palestina selama 70 tahun tetapi tidak ada sanksi dari FIFA yang dijatuhkan. 

Rusia baru enam bulan menyerang Ukraina sudah langsung disanksi oleh FIFA.

Indonesia sudah bertekad untuk membela kemerdekaan Palestina sebagai pengamalan UUD 1945 yang menentang penjajahan di seluruh dunia.

Presiden Jokowi sudah mengumumkan boikot produk Israel yang dihasilkan dari wilayah pendudukan sejak 2016.

Sekarang saatnya Presiden Jokowi menunjukkan ketegasannya sebagai pemegang kepresidenan G-20. Indonesia harus berani menolak kehadiran tim sepak bola Israel ke Indonesia. (*)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler