Israel Perketat Blokade Lagi

Jumat, 11 Juni 2010 – 05:06 WIB
Pasukan Israel dalam agresi di Gaza, Palestina. Foto: Internet.

JERUSALEM - Setelah sempat sedikit memperlonggar blokade atas Jalur Gaza pada Rabu lalu (9/6), Israel kembali mokongKamis (10/6) kemarin, pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu itu menegaskan bahwa pihaknya akan kembali memperketat blokade di wilayah berpenduduk 1,5 juta jiwa itu.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Avigdor Lieberman menegaskan, tujuan Israel mengizinkan beberapa komoditas pangan, yang semula dilarang masuk ke Gaza, adalah negosiasi dengan Hamas

BACA JUGA: Digempur Opini Publik, Saham BP Anjlok

"Kami berharap, dengan mencabut blokade minimal atas Gaza, Hamas akan mengizinkan Palang Merah Internasional menjenguk Gilad Shalit secara rutin," kata politikus ultranasionalis itu kepada Agence France-Presse.

Sejak ditangkap milisi Hamas pada 2006, nasib Gilad Shalit tidak jelas
Diyakini, serdadu Israel yang ketika diculik berpangkat sersan itu disekap Hamas di lokasi rahasia di sekitar Gaza

BACA JUGA: Israel Punya Beberapa Versi

Hamas tidak mengizinkan orang luar menemui Shalit
Tapi, menurut mereka, pemuda berdarah Prancis itu baik-baik saja

BACA JUGA: Surya Butuh Perawatan Tiga Minggu di Yordania

Beberapa waktu lalu, Hamas sempat merilis video terbaru Shalit untuk membuktikan klaim mereka.

Terkait usul Lieberman tersebut, Hamas menolakMenurut mereka, informasi tentang Shalit hanya bisa ditukar dengan kabar baik tentang pembebasan tahanan asal PalestinaKonon, sampai saat ini, Israel masih menyekap ratusan warga Palestina di penjara-penjara merekaPadahal, mereka tidak pernah menjalani sidangDakwaan yang dikenakan kepada mereka pun tidak jelas.

Karena penolakan Hamas itu, Israel pun lantas mengetatkan kembali blokade atas Gaza yang sudah berlangsung sekitar tiga tahun tersebutTapi, sejak Rabu, beberapa barang pangan yang biasanya harus diselundupkan dari Mesir sudah bisa dinikmati penduduk GazaDi antaranya adalah biskuit, keripik kentang, soda, jus, serta selai.

"Selama permintaan kami tidak dipenuhi, tidak ada alasan bagi kami untuk mengubah situasi (di Gaza)," tegas LiebermanTapi, kengototan Israel itu direaksi negatif masyarakat internasionalSejak diterapkan pada Juni 2006, sesaat setelah Shalit diculik, blokade atas Gaza tidak pernah berhenti menuai kritikSebab, hanya demi seorang Shalit, Israel mengorbankan 1,5 juta penduduk Gaza.

Hamas menganggap blokade tersebut sebagai hukuman kolektif bagi GazaApalagi, bukan hanya Israel yang memblokade wilayah laut dan daratnyaMesir yang juga berbatasan langsung dengan Palestina pun ikut-ikutan menetapkan blokadeNegeri Hosni Mubarak itu menutup perbatasan Rafah yang menjadi lalu lintas dagang utama warga Gaza ke Mesir.

Kini, sekitar 80 persen warga Gaza harus bergantung pada bantuan asingBukan hanya bantuan pangan, tapi juga obat-obatanWilayah yang rusak parah karena Perang Gaza pada Desember 2008 itu pun tetap porak-porandaSebab, Israel sama sekali tidak mengizinkan bahan-bahan bangunan memasuki wilayah yang dikuasai Hamas sejak 2007 tersebutSemen dan besi baja menjadi dua produk utama yang dilarangIsrael takut, jika dua bahan bangunan itu masuk Gaza, Hamas akan membangun bunker.

Rabu lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama pun mengungkapkan keprihatinannya"Kondisi kemanusiaan di Gaza tidak bisa dibiarkan berlarut-larut," tegasnyaBersamaan dengan itu, Prancis mengusulkan dibukanya kembali perbatasan Rafah dan wilayah laut Mesir yang berbatasan dengan GazaTapi, tentu saja di bawah pengawasan ketat EropaSayangnya, usul Prancis tersebut ditanggapi dingin Israel.

Sementara itu, Presiden Israel Shimon Peres dilaporkan tiba di Korea Selatan (Korsel) kemarinSekitar 50 aktivis menyambut kedatangan kepala negeri Yahudi tersebut dengan protes"Shimon Peres pembunuhCabut blokade Gaza sekarang," teriak mereka di depan hotel tempat Peres menginap, seperti dilaporkan Associated PressRencananya, Peres dan rombongan yang berjumlah sekitar 100 orang itu singgah di Korsel selama empat hari(hep/c5/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Relawan Berangkat ke Turki


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler