Pernyataan resmi dari Israel menyebutkan bahwa mereka siap menunda serangan darat ke Gaza untuk memberi waktu lahirnya kesepakatan damai yang tengah digagas di Kairo, Mesir.
Meski demikian, ancaman perang darat tidak begitu saja tertutup. Israel memberi deadline hingga besok. Jika tidak ada kesepakatan di Kairo, pasukan Israel yang sudah mempersiapkan diri sejak seminggu lalu bakal melancarkan serangan darat ke Gaza.
Saat ini ribuan personel militer Israel dengan dukungan artileri sudah berada di perbatasan Gaza. Kondisi itu mengingatkan situasi serupa kala negeri zionis tersebut menginvasi Gaza pada akhir 2008. Saat itu, hanya dalam waktu tiga minggu, serangan militer Israel ke Gaza menewaskan setidaknya 1.300 warga Palestina.
"Kami ingin pembicaraan berjalan sukses, tapi kami juga siap masuk ke Gaza," ujar juru bicara Israel seperti dilansir BBC kemarin. Di sisi lain, Hamas tidak gentar. Mereka siap menyambut serbuan pasukan Israel. "Musuh akan membayar mahal jika berpikir akan memasuki Gaza," ungkap Mohammed Dief, komandan militer Hamas.
Sejak konflik itu meletus Rabu lalu (14/11), korban terus berjatuhan di kedua kubu. Sebanyak 110 warga Palestina dan 3 orang Israel tewas. Ribuan roket dilancarkan kedua kubu sehingga merusak permukiman dan fasilitas publik lain gara-gara konflik yang dipicu tewasnya pejabat militer Hamas oleh Israel tersebut.
Utusan resmi Israel dan Hamas kini berada di Kairo untuk menjalani perundingan damai. Sumber di pemerintahan Mesir menyatakan bahwa langkah tersebut menunjukkan tanda-tanda positif.
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Hillary Clinton tadi malam meninggalkan Kamboja untuk menuju Israel, Ramallah, dan Mesir. Dia akan ambil bagian dalam perundingan damai di Kairo.
"Dia (Hillary, Red) akan bertemu dengan para pemimpin regional, dimulai dengan partner kami dari Israel, untuk meredakan situasi di Gaza," tutur Deputy National Security AS Ben Rhodes seperti dilansir CNN.
Sekjen PBB Ban Ki-moon juga berada di Kairo untuk mencari solusi atas krisis itu. Dia akan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Sebelum itu, Ban Ki-moon bertemu dengan Pemimpin Liga Arab Nabil Al Arabi. "Saya di sini untuk mengajak semua pihak mengakhiri kekerasan," kata Ban Ki-moon dalam konferensi pers di Kairo kemarin.
Ban Ki-moon menegaskan bahwa situasi seperti itu harus segera dihentikan. Jika tidak, kondisi tersebut bakal berdampak buruk bagi situasi keamanan regional. Konflik itu tidak hanya melibatkan Israel dan Palestina, tapi juga berpotensi menyebar ke kawasan Timur Tengah. "Eskalasi yang lebih jauh dari situasi ini akan membawa risiko bagi seluruh kawasan," tutur pria dari Korea Selatan itu.
Mesir mengambil peran dalam upaya perdamaian dengan menggandeng Qatar dan Turki. Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu dan koleganya dari sejumlah negara Arab mengunjungi Gaza kemarin.
Butir-butir kesepakatan di Kairo memang belum diketahui. Namun, Israel dan Hamas telah menegaskan keinginan masing-masing. Israel meminta tidak ada lagi serangan dari Gaza dan mengharapkan ada tekanan dari dunia internasional untuk melucuti senjata Hamas. Di sisi lain, Hamas meminta Israel menghentikan blokade atas Gaza. Hamas juga menuntut Israel menghentikan pembantaian atas warga Palestina.
Sementara itu, suasana Gaza kemarin relatif tenang. Meski begitu, sejumlah ledakan masih saja terjadi, terutama saat malam. Militer Israel melepaskan sedikitnya 100 roket dengan sasaran terowongan dan tempat persembunyian bawah tanah para milisi Hamas. Kubu Hamas mengklaim bahwa tujuh orang tewas dalam serangan tersebut.
Tak mau kalah, Hamas melancarkan sedikitnya 60 roket dari Gaza ke wilayah Israel. Mayoritas di antara roket-roket tersebut berhasil dimentahkan oleh sistem antiroket Israel. Meski begitu, seorang prajurit Israel dikabarkan terluka gara-gara serangan tersebut. (c11/ca)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Zionis Israel Kembali Hantam Kantor Media
Redaktur : Tim Redaksi