jpnn.com, JAKARTA - Kepala Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi mengatakan efisiensi dilakukan untuk menyimpan anggaran demi hal yang lebih bermanfaat.
Hal itu diucapkannya untuk menanggapi polemik dan protes publik terhadap kebijakan efisiensi.
BACA JUGA: Meski Ada Efisiensi Anggaran, Kemenekraf Tetap Berkomitmen Kerja Maksimal
“Efisiensi adalah pilihan, apakah negara akan terus belanja jor-joran atau menyimpan sebagian anggaran untuk hal yang lebih bermanfaat,” ucap Hasan dalam keterangannya, Kamis (13/2).
“Daripada negara harus berutang, lebih baik dilakukan efisiensi,” lanjutnya.
BACA JUGA: Istana Sebut PHK yang Terjadi Bukan Gegara Efisiensi, Tetapi...
Menurut dia, kegiatan-kegiatan yang selama ini tidak terukur manfaatnya bagi masyarakat, dikurangi atau dihilangkan.
“Anggarannya kemudian dialihkan untuk kegiatan yang produktif,” tutur Hasan.
BACA JUGA: Anggaran BPKN Sisa Rp 2,3 M setelah Kena Efisiensi 73 Persen
Dia mengaku efisiensi dilakukan oleh Presiden Prabowo sebagai upaya untuk
mewujudkan visi Asta Cita, yakni Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045.
Salah satunya adalah misi keenam Asta Cita, membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan.
“Seperti yang sering dingatkan oleh Presiden, bahwa setiap rupiah uang rakyat harus dipakai, digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat,” tambah Hasan.
Diketahui, instruksi efisiensi anggaran berdampak pada banyak hal termasuk menyebabkan lay off atau PHK hingga pengurangan anggaran pada sektor-sektor penting.
Salah satunya berdampak pada PHK pekerja di media milik negara, yakni Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (RRI) dan TVRI.
Informasi itu pun viral karena sejumlah pekerjanya mengeluhkan PHK tersebut. Salah satunya dari penyiar RRI asal Ternate dan kontributor TVRI Yogyakarta.
Namun, setelah menjadi viral dan didesak oleh masyarakat, RRI dan TVRI disebut membatalkan PHK tersebut. (mcr4/jpnn)
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Ryana Aryadita Umasugi