Istana Tak Mau Terpengaruh Politik Gaduh

Selasa, 04 Desember 2012 – 21:21 WIB
SURABAYA - Istana mengeluhkan kegaduhan politik akibat gesekan antarlembaga politik. Staf khusus Presiden, A Yani Basuki menyatakan, harus jujur diakui bahwa kegaduhan politik itu telah mengakibatkan terganggunya iklim kondusif bagi investasi.

Hal itu disampaikan Yani saat hadir sebagai pembicara pada bedah buku berjudul "Memimpin di era Politik Gaduh" di auditorium IAIN Sunan Ampel, Surabaya, Selasa (4/12). Menurutnya, dalam ajang CEO Forum yang digelar baru-baru ini di Jakarta terlihat bahwa perekonomian ekonomi Indonesia dalam kondisi yang baik dan terus tumbuh.

Hanya saja, katanya, momentum tersebut sedikit terhambat akibat adanya kegaduhan politik yang menguras energi. “Presiden berkali-kali menekankan dalam sidang kabinet bahwasannya kita bisa mencapai lebih dari yang ada hari ini jika semua elemen politik bersatu dan mengedepankan kepentingan nasional”, katanya.

Lebih jauh perwira TNI dengan pangkat Brigadir Jenderal itu menambahkan, saat ini kekuasaan tak lagi terpusat di eksekutif seperti era Orde Baru karena lembaga tinggi negara lainnya juga ikut mengatur negara. Namun demikian Yani juga menyoroti ekses negatif kondisi itu karena lembaga-lembaga tinggi negara yang ada saling unjuk kekuatan demi menunjukkan eksistensinya.

"Akibatnya semua pihak merasa paling memiliki hak mengatur negara dan ingin eksis guna menunjukkan kekuatannya. Ditambah dengan adanya iklim kebebasan sekarang ini, parade aksistensi tersebut justru mengarah pada show of power dan kurang mengabaikan pentingnya soliditas," ulasnya.

Karenanya Yani yang juga alumnus IAIN Sunan Ampel itu berharap pemaknaan terhadap reformasi tidak hanya sekedar perubahan karena pergantian rezim. "Kita memaknai reformasi jangan hanya dilihat sebagai perubahan, tetapi juga adanya change and continuity sekaligus. Jika hanya mengakomodir perubahan tanpa memikirkan keberlanjutan, maka yang terjadi hanyalah kegaduhan seperti saat ini," tegasnya.

Sementara Zaenal A Budiyono yang menulis buku "Memimpin di Era Politik Gaduh" mengungkapkan, Indonesia merupakan contoh anomali karena kegaduhan politik justru muncul ketika kondisi stabil. Menurutnya, teori politik konflik tajam antarkelompok politik terjadi bila pemerintah telah gagal melakukan pembangunan

"Sementara yang terjadi di Indonesia sejauh ini menggambarkan kita justru berada pada posisi yang cukup baik dan stabil. Kita bisa melihat sejumlah data yang menunjukkan pembangunan bangsa ini on the right track," katanya.

Peraih master ilmu politik dari Universitas Indonesia itu menambahkan, sasaran tembak kegaduhan itu justru Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Anehnya, kata Zaenal, Presiden SBY yang terus disudutkan di dalam negeri justru mendapat banyak pengakuan dari luar negeri.

“Ada banyak penghargaan yang mampir ke Indonesia sepanjang delapan tahun terakhir. Apa artinya? Artinya dunia melihat kita berada pada jalur yang benar dalam pembangunan. Tidak mungkin lembaga-lembaga kredibel itu memberikan penghargaan jika kita tidak mencapai sesuatu,” pungkasnya.(fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Datangi DPR, Mahfud Tegaskan Ingin Habiskan Masa Jabatan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler