JAKARTA - Istana membantah anggapan yang berkembang bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak fokus lagi memimpin negara dan pemerintahan karena sibuk dengan urusan internal Partai Demokrat. Staf Khusus Kepresidenan, Ahmad Yani Basuki, menegaskan bahwa SBY bisa membagi waktu dan tidak pernah menggunakan hari kerja untuk mengurus partai.
Dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu (10/2), Yani menegaskan, SBY tetap fokus memimpin negara dan pemerintahan meski di sisi lain harus berupaya menyelamatkan PD. "Presiden tidak sedikitpun menggunakan jam kerjanya untuk partai. Urusan partai pasti di hari libur, dan juga tidak di Istana. Sebetulnya, kalau kita perhatikan, berita dalam beberapa tahun terakhir ini, statement Presiden SBY terkait Demokrat sangat sedikit," katanya.
Ditegaskannya, setelah dua hari libur akhir pekan dimanfaatkan untuk mengurus PD, maka besok (11/2) SBY sudah sibuk lagi dengan urusan pemerintahan dan kenegaraan. "Besuk saja Senin pagi Presiden SBY sudah sibuk lagi dengan acara Hari Pers Nasional di di Manado," sambung Yani.
Perwira tinggi TNI yang dipercaya SBY sebagai Staf Khusus Presiden bidang Publikasi dan Dokumentasi itu menegaskan, justru dalam beberapa kesempatan kalangan di internal PD sering mengeluh karena SBY kurang meluangkan waktu bagi partai pemenang Pemilu 2009 itu. "Karena selama ini SBY sangat mempercayai fungsionaris partainya,” tegasnya.
Jenderal bintang satu peraih gelar doktor dari Universitas Indonesia (UI) ini menambahkan, sebenarnya langkah SBY melakukan upaya politik bagi PD juga tak perlu dipersoalkan. “Saya kira wajar bila orang yang rumahnya hampir kebakaran lalu mengambil langkah cepat penyelamatan agar kejadian yang lebih buruk bisa dihindari,” ulasnya.
Yani menegaskan, SBY dalam mengambil keputusan politik selalu dengan pemikiran dan perhitungan mendalam. Bahkan, lanjut Yani, sudah lazim SBY selalu mengambil keputusan dengan didahului dengan doa, termasuk terkait keputusan untuk mengambil-alih kendali PD.
"Yang saya jelas tahu, keputusan itu diambil setelah Presiden SBY dan Ibu Negara berdoa dan menangis di tanah suci, di depan Ka’bah dan Raudhah, meminta petunjuk dari Allah SWT atas kondisi bangsa”, tambah Yani yang ikut mendampingi SBY menunaikan ibadah umrah belum lama ini.
Seperti diketahui, pascakeluarnya hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), pekan lalu, kalangan pendiri dan pembina PD resah. Sebab, hasil survei itu menunjukkan PD semakin terperosok dan hanya memiliki elektabilitas 8 persen.
Ketua Umum PD, Anas Urbaningrum pun dituding sebagai biang kemerosotan elektabilitas partai binaan SBY tu. Terlebih lagi, sejumlah kader PD dijerat KPK karena korupsi. Mantan Bendahara Umum PD, M Nazaruddin, selalu menyebut Anas sebagai orang yang mengatur proyek-proyek APBN, terutama proyek Hambalang dan Wisma Atlet.
Hingga akhirnya Jumat (8/2) lalu, SBY mengambil-alih urusan DPP PD dari Anas Urbaningrum dengan dalih demi upaya penyelamatan partai. SBY justru minta Anas fokus menghadapi proses hukum di KPK. (ara/jpnn)
Dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu (10/2), Yani menegaskan, SBY tetap fokus memimpin negara dan pemerintahan meski di sisi lain harus berupaya menyelamatkan PD. "Presiden tidak sedikitpun menggunakan jam kerjanya untuk partai. Urusan partai pasti di hari libur, dan juga tidak di Istana. Sebetulnya, kalau kita perhatikan, berita dalam beberapa tahun terakhir ini, statement Presiden SBY terkait Demokrat sangat sedikit," katanya.
Ditegaskannya, setelah dua hari libur akhir pekan dimanfaatkan untuk mengurus PD, maka besok (11/2) SBY sudah sibuk lagi dengan urusan pemerintahan dan kenegaraan. "Besuk saja Senin pagi Presiden SBY sudah sibuk lagi dengan acara Hari Pers Nasional di di Manado," sambung Yani.
Perwira tinggi TNI yang dipercaya SBY sebagai Staf Khusus Presiden bidang Publikasi dan Dokumentasi itu menegaskan, justru dalam beberapa kesempatan kalangan di internal PD sering mengeluh karena SBY kurang meluangkan waktu bagi partai pemenang Pemilu 2009 itu. "Karena selama ini SBY sangat mempercayai fungsionaris partainya,” tegasnya.
Jenderal bintang satu peraih gelar doktor dari Universitas Indonesia (UI) ini menambahkan, sebenarnya langkah SBY melakukan upaya politik bagi PD juga tak perlu dipersoalkan. “Saya kira wajar bila orang yang rumahnya hampir kebakaran lalu mengambil langkah cepat penyelamatan agar kejadian yang lebih buruk bisa dihindari,” ulasnya.
Yani menegaskan, SBY dalam mengambil keputusan politik selalu dengan pemikiran dan perhitungan mendalam. Bahkan, lanjut Yani, sudah lazim SBY selalu mengambil keputusan dengan didahului dengan doa, termasuk terkait keputusan untuk mengambil-alih kendali PD.
"Yang saya jelas tahu, keputusan itu diambil setelah Presiden SBY dan Ibu Negara berdoa dan menangis di tanah suci, di depan Ka’bah dan Raudhah, meminta petunjuk dari Allah SWT atas kondisi bangsa”, tambah Yani yang ikut mendampingi SBY menunaikan ibadah umrah belum lama ini.
Seperti diketahui, pascakeluarnya hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), pekan lalu, kalangan pendiri dan pembina PD resah. Sebab, hasil survei itu menunjukkan PD semakin terperosok dan hanya memiliki elektabilitas 8 persen.
Ketua Umum PD, Anas Urbaningrum pun dituding sebagai biang kemerosotan elektabilitas partai binaan SBY tu. Terlebih lagi, sejumlah kader PD dijerat KPK karena korupsi. Mantan Bendahara Umum PD, M Nazaruddin, selalu menyebut Anas sebagai orang yang mengatur proyek-proyek APBN, terutama proyek Hambalang dan Wisma Atlet.
Hingga akhirnya Jumat (8/2) lalu, SBY mengambil-alih urusan DPP PD dari Anas Urbaningrum dengan dalih demi upaya penyelamatan partai. SBY justru minta Anas fokus menghadapi proses hukum di KPK. (ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indra: Presiden Bukan Pekerjaan Sambilan
Redaktur : Tim Redaksi