Istikharah Rupiah

Oleh: Dahlan Iskan

Jumat, 20 Oktober 2023 – 07:07 WIB
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - SATU KATA hilang dari riuh rendah capres - cawapres periode sekarang ini: istikharah.

Tidak ada lagi capres atau cawapres yang mempertimbangkan hasil salat istikharah. Untuk maju atau tidak maju.

BACA JUGA: Luka Tidak

Atau ingin istikharah dulu sebelum menentukan sikap. Termasuk dalam memilih pasangan politik.

Term agama kini sudah kalah dengan ilmu pengetahuan. Istikharah kalah dengan jajak pendapat. Suara langit kalah dengan angka-angka.

BACA JUGA: Almas Gibran

Salat istikharah adalah satu jenis salat untuk minta petunjuk Tuhan. Terutama dalam bersikap. Atau menentukan pilihan.

Yang paling populer adalah dalam menentukan pasangan hidup. Memilih calon istri atau suami. Lalu berkembang ke politik.

BACA JUGA: Makan Siang

Banyak kiai utama mendukung satu calon pemimpin politik dengan alasan: sesuai dengan hasil istikharah.

Salat jenis itu harus dilakulan lewat tengah malam. Disebut juga salat malam. Sekitar pukul 02.00 sampai 03.00. Ketika yang lain lelap-lelapnya tidur.

Dalam salat itu akan muncul bayangan siapa yang harus dipilih. Bayangan itu bisa jelas bisa juga hanya indikasi.

Saya belum pernah salat istikharah. Waktu pilih istri sepenuhnya karena tertarik. Jadi cinta.

Dalam politik kini jajak pendapat menjadi pertimbangan utama. Yang nomor dua adalah emosi. Saking emosinya sampai mencari lembaga jajak pendapat yang bisa mendukung luapan emosinya.

Coba bayangkan Anda jadi Prabowo Subianto. Disodori hasil jajak pendapat lembaga sekelas Denny J.A. Terbaru, tetapi masih pekan lalu:

Prabowo 37 persen, Ganjar Pranowo 35,2 persen, Anies Baswedan 22,7 persen.

Seberapa pun gegap gempitanya pendaftaran capres-cawapres kemarin harapannya masih besar.

Angka-angka itu membuat orang penasaran: bagaimana hasil jajak pendapat setelah pendaftaran capres-cawapres. Terutama setelah Ganjar Pranowo dipasangkan dengan Mahfud MD.

Orang seperti Prabowo dan tim inti pasti memilih delay dulu. Sabar. Tunggu gegap-gempita reda. Masih ada waktu 4 hari.

Mepet tetapi longgar. Tunggu hasil jajak pendapat khusus yang bisa dilakukan besok atau lusa.

Kini sudah ada lembaga yang mampu menerima pesanan khusus seperti itu. Dengan tarif khusus.

Setelah itu barulah siapa calon wakil presidennya diputuskan.

Harus dibanding-bandingkan: bagaimana bila berpasangan dengan Gibran. Bagaimana pula kalau dengan Erick Thohir.

Semuanya akan ditentukan dengan ilmiah. Bukan dengan salat istikharah. Bukan juga karena ada luka atau tidak ada luka.

Waktu akan menyembuhkan luka. Kalau sempat.

Ukraina-Rusia kini memang kalah menarik dari perang Palestina-Israel.

Penderitaan rakyat Palestina itu pun kini kalah menarik dengan capres-cawapres di Indonesia.

Ukraina sampai teriak-teriak minta perhatian dunia. Mengiba. Memelas. Palestina mestinya juga memerlukan kita. Tetapi politik dalam negeri lebih menyita emosi.

Politik punya daya tarik yang begitu menakjubkan. Sampai tidak sadar bahwa kemarin rupiah sudah jatuh sampai Rp 16.200 per dolar.

Istikharah sudah tergusur oleh jajak pendapat. Ekonomi tergusur oleh politik. (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Suhu Panas


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler