Isu Myanmar akan menjadi agenda utama dalam pertemuan Menteri Luar Negeri Australia Senator Penny Wong dengan mitranya dari ASEAN di Jakarta. 

Sejak junta militer mengambil alih kekuasaan di Myanmar pada Februari 2021, negara itu dikucilkan dari forum ASEAN, meski berbagai upaya telah dilakukan untuk merangkulnya kembali.

BACA JUGA: Pemegang WHV Asal Malang Korban Kecelakaan Meninggal Dunia Setelah Lima Hari Kritis

Pemerintahan sementara di Thailand, misalnya, menginisiasi perundingan dengan junta Myanmar di Pattaya pada Juni lalu, namun negara utama seperti Indonesia dan Malaysia menolak dan hanya Kamboja yang menyatakan kesiapannya hadir.

Indonesia telah mendorong penyelesaian isu Myanmar yang melibatkan semua pemangku kepentingan, mulai dari junta militer, politisi, dan aktivis sipil untuk duduk bersama mencari solusi.

BACA JUGA: Acara Kumpul LGBTQIA+ Batal, Panitia Nilai Jakarta Tidak Aman

Namun, Myanmar sejauh ini belum menunjukkan kemajuan berarti dalam upayanya untuk mengembalikan proses demokrasi ke tangan sipil.

Menlu Penny Wong mengatakan, ASEAN yang kuat sangat diperlukan bagi stabilitas kawasan sehingga Australia akan terus bekerja dengan ASEAN untuk mewujudkan hal itu.

BACA JUGA: Dirut Jasa Raharja Raih Risk Professional of the Year dalam ASEAN Risk Awards 2023

"Australia memandang ASEAN sebagai pusat kawasan yang stabil, damai, dan makmur. Australia memiliki hubungan keluarga yang mendalam, pendidikan, pariwisata, dan bisnis dengan negara-negara Asia Tenggara, dan masa depan kami erat kaitannya dengan masa depan kawasan yang kita huni bersama," papar Menlu Penny Wong.Isu Perang Ukraina dan Laut Tiongkok Selatan

Selain bertemu dengan para Menlu ASEAN, Menlu Penny Wong juga akan berbicara dengan mitranya, Menlu AS, Tiongkok, Rusia, India, Jepang, Korea Selatan dan Selandia Baru dalam forum East Asia Summit.

Isu Perang Ukraina akan menjadi agenda utama meskipun para pihak diperkirakan akan bertahan pada sikapnya masing-masing sebagaimana yang telah ditunjukkan dalam berbagai forum penting lainnya.

Australia, AS dan negara-negara sekutu Barat dengan tegas meminta Rusia untuk menarik seluruh pasukannya dari wilayah Ukraina, sementara Rusia dan sekutunya menuding negara-negara sekutu Barat yang mengancam eksistensi Rusia dan memulai perang di Ukraina.

Dalam forum yang sama, laporan ABC News menyebutkan, Filipina sebagai salah satu negara utama ASEAN akan mendorong agenda sengketa Laut Tiongkok Selatan di tengah apa yang mereka sebut langkah Tiongkok yang "membanjiri" kawasan pulau yang dipersengketakan.

Filipina dan Australia sebelumnya telah membahas upaya patroli bersama di Laut Tiongkok Selatan, ketika Menteri Pertahanan Australia Richard Marles bertemu mitranya dari Filipina Carlito Galvez di Manila.

"Kami membahas tentang kemungkinan patroli bersama dan akan melanjutkan upaya ini agar segera membuahkan hasil," kata Menhan Marles pada Februari lalu.

"Sebagai negara yang berkomitmen pada tatanan berbasis hukum internasional, wajar jika kita harus memikirkan cara-cara di mana kita dapat bekerja sama dalam hal ini," ujarnya.

Dengan sejumlah klaim yang tumpang tindih, Filipina terus meningkatkan upaya melawan apa yang digambarkannya sebagai "aktivitas agresif" Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan, yang juga menjadi titik awal ketegangan Tiongkok dan AS seputar operasi maritim di jalur laut yang padat tersebut. 

Diproduksi oleh Farid Ibrahim untuk ABC Indonesia.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Malaysia Minta ASEAN Lupakan Gerakan Non-Blok dan Bersatu Jaga Laut China Selatan

Berita Terkait