Dalam pidatonya, Megawati menyebutkan bahwa kemenangan Jokowi-Ahok telah membuka jalan bagi banyak pihak untuk mengklaim sebagai yang paling berjasa. Selain itu, membuka jalan bagi para "penumpang gelap" untuk ikut menikmati sukses tanpa merasa terganggu sedikit pun secara moral.
Sejumlah sumber di elite DPP PDIP menyatakan bahwa pidato itu merupakan sindiran terhadap Prabowo dan Gerindra. Ketika menang, bahkan sejak di putaran pertama, sudah bertebaran poster dan baliho besar yang memperlihatkan Prabowo dan Jokowi. "Artinya, tampaknya ada niat untuk mengklaim kemenangan," tuturnya.
Sumber itu menyebutkan bahwa memang peran Prabowo dan Gerindra tak kecil dalam kemenangan tersebut sehingga bisa mengklaim sebagai kemenangannya. "Itu yang membuat Ibu (Megawati, Red) kecewa," ujarnya.
Menurut dia, insiden tersebut bisa membuat peluang kemungkinan berkoalisi dalam Pilpres 2014 menjadi kecil. Kabid Politik DPP PDIP Puan Maharani tak menampik hal itu. "Yang jelas, tak ada koalisi permanen dalam politik. Kami bisa saja berkoalisi dengan satu parpol di pilkada A, namun dengan parpol lain di pilkada B," jawabnya diplomatis ketika ditanya mengenai hal tersebut.
Puan menepis pernyataannya itu bernuansa sindiran. "Yang jelas, kami biasa-biasa saja," paparnya. Perempuan 39 tahun tersebut menambahkan bahwa koalisi dengan parpol lain dalam Pilpres 2014 masih terlalu dini diputuskan. "Harus melihat situasi politiknya terlebih dahulu," katanya dalam jumpa pers dengan didampingi Wawali Surabaya Bambang D.H.
Selain itu, Puan menyebut bahwa DPP PDIP belum menentukan sikap soal Pilpres 2014. Penentuan calon yang akan diusung masih menunggu perkembangan politik.
"Tidak ada agenda khusus untuk membahas pilpres dalam rakernas kali ini. Namun, bila muncul perkembangan yang harus dibicarakan, kami tak menutup kemungkinan untuk itu," kata perempuan yang juga ketua panitia rakernas II tersebut. (ano/c7/agm)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PDIP Tak Paksakan Usung Kader di Pilgub Jatim
Redaktur : Tim Redaksi