’’Kami sudah menemukan di Desa Negararatu, Natar, Lampung Selatan, itik lokal terkena virus tersebut. Itu bukan itik dari Jawa. Karenanya langsung kami musnahkan sebanyak tujuh ekor,” kata Kabid Keswan dan Veteriner Disnakkeswan Lampung drh. Arsyad, Sabtu (22/12).
Dia menduga itik lokal tersebut terpapar virus yang ikut menempel pada mobil yang dipakai untuk mengangkut itik dari Jawa. Karena itu, Arsyad meminta pihak terkait di kabupaten/kota agar melakukan desinfeksi terhadap kendaraan pengangkut itik dari Jawa. ’’Ini ternyata begitu cepat menyebar. Unggas lokal sudah terkena,” tukas dia.
Arsyad melanjutkan, tim pemantau dari Disnakkeswan Lampung terus bergerak untuk melokalisasi tempat-tempat ditemukannya virus H5N1 varian baru tersebut. ’’Saya juga meminta agar para peternak itik langsung memusnahkan itik yang terkena virus itu,” ucapnya.
Untuk sementara, virus varian baru tersebut diketahui hanya menyerang unggas jenis itik. Yang jadi kekhawatiran Arsyad, jika ada bangkai itik yang terpapar virus namun tidak dimusnahkan.
’’Itu bahaya. Kalau sampai dimakan anjing atau dibuang ke sungai. Tetapi alhamdulillah, sampai sekarang kita belum dapat laporan lagi,” tuturnya.
Arsyad juga menghargai langkah para peternak itik Lampung yang menyetop impor itik dari Jawa sampai akhir Desember. Untuk penggantian unggas peternak yang terkena virus, Disnakkeswan Lampung tengah mengusahakan ke Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. Ia mengatakan, pihak Disnakkeswan berusaha supaya para peternak mendapat kompensasi.
Diberitakan, virus flu burung atau avian influenza (AI) jenis baru menyerang unggas di Lampung. Flu burung yang bermutasi ini sudah muncul di lima kabupaten/kota. Yakni Kabupaten Pringsewu, Tulangbawang, Lampung Timur, Lampung Selatan, serta Kota Metro.
Namun, sejauh ini belum ada warga di lima kabupaten/kota itu yang sakit atau meninggal akibat virus pembunuh yang menyerang itik tersebut. ’’Dalam seminggu terakhir, sekitar 34 itik di Metro mati,’’ terang Arsyad.
Dia melanjutkan, virus flu burung jenis baru ini merupakan kiriman dari Pulau Jawa. ’’Selain Metro, virus dengan tanda-tanda yang sama juga merebak di Pringsewu, Tuba, Lamtim, dan Lamsel. Kami terus mengawasi kasus ini agar tidak KLB (kejadian luar biasa),” ujar dia.
Untuk mengantisipasinya, Disnakkeswan Lampung sudah berkoordinasi dengan pihak terkait guna memantau peredaran unggas khususnya itik yang hendak masuk Lampung.
Arsyad menerangkan, bila struktur genetis (clade) yang lama dikenal dengan clade 2.1, saat ini sudah berkembang dan diidentifikasi sebagai clade 2.3. Di mana ini merupakan kasus kedua setelah muncul di Pulau Jawa. Disnakkeswan pun belum dapat melakukan vaksinasi karena saat ini vaksin yang ada masih untuk clade 2.1.
’’Saat ini lebih pada tahap observasi untuk mengetahui karakteristik dan pola penanganan pada clade 2.3. Kami belum dianjurkan untuk melakukan vaksinasi, menunggu observasi serta jenis vaksin yang baru,’’ ujarnya. (wdi/p3/c1/fik)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Drainase Buruk, Air Meluap Masuk Rumah
Redaktur : Tim Redaksi