Itulah Risiko Pilih Staf Khusus Kepresidenan Cuma Buat Pajangan

Jumat, 24 April 2020 – 22:46 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memperkenalkan tujuh staf khususnya dari kalangan milenial di Istana Kepresidenan, Oktober 2019. Foto: Arsip JPNN.com/M Fathra

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi II DPR Mardani Ali Sera mengapresiasi keputusan Adamas Belva Devara dan Andi Taufan Garuda Putra mundur dari jabatan staf khusus (stafsus) kepresidenan.

Namun, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu masih bertanya-tanya tentang sebab sesungguhnya di balik pengunduran diri dua pemuda di lingkaran Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut.

BACA JUGA: Jokowi: Saya Memahami Kenapa Mereka Mundur

"Pertama, apresiasi. Kedua, perlu dicek apakah ada tekanan," ujar Mardani saat dihubungi jpnn.com, Jumat (24/4).

Sebelumnya Andi Taufan memicu polemik setelah menyurati para camat dengan surat berkop Sekretariat Kabinet RI. Taufan melalui suratnya meminta para camat melibatkan perusahaannya, PT Amartha Mikro Fintek dalam penanganan virus corona di perdesaan.

BACA JUGA: Lebih Baik Mundur dari Stafsus Kepresidenan ketimbang Merepotkan Pak Jokowi

Adapun Adamas Belva Syah Devara mengundurkan diri dari jabatan stafsus kepresidenan menyusul polemik tentang perusahan rintisannya, Ruangguru yang menjadi mitra pelaksana program Kartu Prakerja. Pemerintah menganggarkan dana Rp 20 triliun bagi 5,6 juta peserta pelatihan porgram yang notabene merupakan janji kampanye Presiden Jokowi itu.

Mardani menduga ada masalah dalam pengangkatan stafsus kepresidenan dari kalangan milenial. Sebab, sudah ada dua stafsus Presiden Jokowi yang mengundurkan diri karena kesandung persoalan yang memicu polemik.

BACA JUGA: Belva Mundur, Indra: Lepas Rp 50 Juta, Rp 5,6 Triliun Ditelan Juga

"Sudah dua yang mundur. Bisa jadi ada lagi," ungkap Mardani.

Menurut Mardani, seharusnya Presiden Jokowi bertanggung jawab atas pembinaan terhadap para staf khususnya. Legislator dari Daerah Pemilihan (Dapil) II DKI Jakarta itu menegaskan, bagaimanapun Presiden Jokowu pula yang memilih dan mengangkat staf khusus kepresidenan.

"Yang salah bukan prajurit tetapi jenderalnya. Pak Presiden perlu bertanggung jawab pada pembinaan stafsusnya,"  ujar Mardani.

Oleh karena itu Mardani mengatakan, Presiden Jokowi kini menerima risiko akibat keputusannya memilih staf khusus kepresidenan yang cuma untuk pajangan. Stafsus kepresidenan yang awalnya dibanggakan itu pun kini menjadi blunder bagi Presiden Jokowi.

"Itulah jika cuma pajangan, padahal mahal institusi itu, bisa jadi sekolah terbaik bagi calon pemimpin ke depan. Sayang tidak disiapkan, jadilah blunder dan kesalahan yang dibuat," kata Mardani.

Sekali lagi Mardani menegaskan bahwa dia tidak menyalahkan stafsus kepresidenan, melainkan pembinanya. Untuk itulah, dia meminta Presiden Jokowi yang seharusnya bertanggung jawab.

"Tidak ada prajurit yang salah. Pemimpin harus bertanggung jawab. Sayang potensi baik dan kemudaan mereka jadi harus berakhir sebelum bersemi," pungkas Mardani.(boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler