jpnn.com - Pucuk dicinta ulam pun tiba. Mungkin begitu peribahasa yang bisa menggambarkan situasi politik terbaru di Indonesia.
Beberapa waktu lalu, isu reshuffle atau kocok ulang kabinet muncul dengan gencar.
BACA JUGA: Pengamat Prediksi Reshuffle Sebelum Lebaran, Menteri NasDem Kena?
Beberapa saat kemudian isu itu mereda.
Sekarang, isu itu gencar lagi dan pintunya mulai terbuka.
BACA JUGA: Jokowi Bakal Cari Pengganti Zainudin Amali, Tetapi Tunggu Hal Ini Dulu
Yang membuka pintu gerbang reshuffle ternyata adalah PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia), organisasi yang mengurusi sepak bola, dan seharusnya tidak ada sangkut pautnya dengan politik.
Akan tetapi, rupanya isu reshuffle itu seperi air.
BACA JUGA: DPR Dukung Erick Thohir Memberantas Mafia Sepak Bola
Makin dibendung tidak akan berhenti, tetapi tetap mencari jalan baru sekecil apa pun.
Dan, jalan baru itu dimulai dengan adanya kongres luar biasa PSSI (16/2) di Jakarta.
Erick Thohir, Menteri BUMN, terpilih sebagai ketua umum PSSI mengalahkan La Nyalla Mattalitti, Ketua DPD (Dewan Perwakilan Daerah) RI.
Kemudian Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali terpilih menjadi wakil ketua umum.
Masuknya dua menteri Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo ini memantik kontroversi publik.
Banyak yang mengkritik dua menteri itu karena menganggapnya kurang pekerjaan sampai punya waktu menganggur untuk mengurusi sepak bola.
Jokowi membela kedua anak buahnya itu dengan mengatakan bahwa tidak ada masalah bagi menteri yang mengurusi olahraga asal bisa membagi waktu.
Terpilihnya Erick Thohir dalam KLB itu juga memunculkan kontroversi.
Kongres berlangsung ricuh ketika voters tidak terima terhadap cara penghitungan dalam pemilihan calon wakil ketua umum.
Ada nama-nama yang dipilih oleh voters, tetapi saat penghitungan suara nama-nama itu tidak muncul.
Panitia pemilihan juga dianggap curang dan manipulatif karena melakukan penghitungan suara secara tidak transparan.
Situasi menjadi ricuh saat Kubu La Nyalla Mattalitti menuntut pemilihan ulang.
Dalam pemilihan ulang muncul 3 nama tertinggi, Yunus Nusi, Ratu Tisha Destria, dan Zainudin Amali.
Dua nama yang memperoleh suara tertinggi menjadi wakil ketua umum, dan Zainudin Amali tersingkir dari persaingan.
Akan tetapi, mendadak Yunus Nusi menyatakan mundur dari posisinya dan menyerahkan jabatan wakil ketua umum kepada Zainudin Amali. P
roses ini dianggap unik karena memakai mekanisme PAW (pergantian antar-waktu) seperti yang dipakai oleh partai politik.
Seharusnya, wakil ketua umum dipilih ulang dengan melibatkan seluruh kandidat yang ada.
Kubu La Nyalla Mattalitti kecewa, tetapi tidak melakukan protes berlebihan.
Seorang peserta KLB menceritakan bagaimana mantan Ketua Umum PSSI Mochammad Iriawan atau Iwan Bule menangis ketika berpelukan dengan La Nyalla.
Iwan Bule merasa dikhianati oleh para pengurus yang selama ini menjadi anak buahnya.
Mereka semua tetap maju mencalonkan diri lagi, padahal rekomendasi tim pencari fakta kasus Kanjuruhan mengatakan bahwa Iwan Bule dan seluruh jajaran pengurus dan eksekutif komite harus out.
Nyatanya, dari 12 anggota komite eksekutif PSSI yang terpilih sekarang ini, separuh di antaranya adalah wajah-wajah lama.
Inilah yang membuat para aktivis sepak bola ragu-ragu terhadap komitmen Erick Thohir untuk membersihkan sepak bola Indonesia dari cengkeraman jaringan mafia.
Salah satu pengurus yang menjadi sorotan ialah Iwan Budianto, yang menjadi wakil ketua umum di masa kepengurusan Iwan Bule.
Iwan Budianto disorot karena sikapnya yang pasif dan dianggap tidak peduli terhadap penyelesaian kasus Kanjuruhan secara tuntas, padahal Iwan Budianto ialah pemegang saham terbesar Arema FC.
Iwan Budianto memang tidak mencalonkan diri dan tidak terpilih dalam kabinet baru PSSI.
Akan tetapi, Iwan Budianto diketahui berada di balik tim sukses Erick Thohir, untuk menggalang dukungan dari voters yang sudah menjadi bagian dari jaringan lama di PSSI.
Iwan berperan besar dalam menyukseskan terpilihnya Erick Thohir dan Zainudin Amali, dan Iwan pasti mendapatkan reward dari keberhasilannya itu.
Benar saja. Tidak seberapa lama, Erick Thohir mencuit di akunnya di Twitter, mengenai rencana pembangunan pusat pelatihan tim nasional Indonesia di IKN.
Dalam foto yang diunggah di akun medsos Erick Thohir itu, terlihat Erick memimpin rapat yang dihadiri oleh Zainudin Amali dan Ratu Tisha.
Yang menjadi sorotan netizen adalah adanya penampakan Iwan Budianto dalam foto itu.
Bukankah Iwan sudah tidak lagi menjadi pengurus PSSI? Mengapa masih ikut rapat persiapan pembangunan pusat pelatihan PSSI?
Menghadapi serbuan netizen, Erick Thohir buru-buru meralat dengan mengatakan bahwa rapat itu bukan rapat persiapan pembangunan training center di IKN, tetapi rapat panitia Piala Dunia U-20.
Nah, blunder dua kali dibuat Erick.
Dalam kapasitas apa Iwan Budianto diajak rapat oleh panitia Piala Dunia? Sangat mungkin Iwan Budianto masuk dalam jajaran panitia Piala Dunia karena mendapatan reward politik atas kesuksesannya memenangkan Erick Thohir.
Erick Thohir, Zainudin Amali, dan pengurus serta anggota komite eksekutif sudah sowan kepada Presiden Jokowi.
Dan, setelah persowanan itu, Jokowi mengatakan bahwa Zainudin Amali akan mundur dari posisi menteri pemuda dan olahraga karena akan fokus mengurus PSSI.
Manuver apa lagi ini? Amali mengatakan bahwa dia memilih mundur dari jabatan menteri karena ingin berkonsentrasi kepada PSSI.
Sebagai menteri yang menaungi seluruh cabang olahraga, tentu tidak fair kalau Amali menjadi wakil ketua umum PSSI.
Sepintas alasan ini makes sense.
Akan tetapi, keputusan ini unik, karena baru sekarang ada menteri yang mundur hanya karena menjadi wakil ketua umum sebuah cabang olahraga.
Spekulasi yang lebih masuk akal adalah bahwa Amali dipersiapkan untuk menggantikan Erick Thohir, jika sewaktu-waktu Erick maju sebagai calon presiden atau wakil presiden.
Sesuai jadwal penahapan Pemilu 2024, pendaftaran calon presiden dan wakil presiden akan dimulai pada 19 Oktober sampai 25 Noveber 2023.
Dengan mengasumsikan bahwa Erick Thohir akan mendaftar sebagai salah satu calon wakil presiden, maka kemungkinan ia akan mundur atau non-aktif dari PSSI, dan posisinya akan digantikan oleh Amali.
Karena itu, mundurnya Amali bisa dilihat sebagai bagian dari skenario besar menuju 2024.
Sebuah informasi menyebutkan bahwa perebutan kekuasaan di PSSI merupakan bagian dari skenario besar 2024.
PSSI harus dikuasai dan dimasukkan menjadi bagian dari korporatisme negara.
Ibarat pepatah, sekali mendayung dua pulau terlampaui, mundurnya Amali dari kabinet juga membuka pintu bagi reshuffle kabinet Jokowi.
Selama ini muncul desakan kuat agar Jokowi memecat 3 menteri dari Partai Nasdem.
Tarik menarik yang keras terjadi, dan isu reshuffle meredup.
Jokowi masih belum menemukan alasan yang tepat untuk mengocok ulang kabinet.
Dengan mundurnya Amali, pintu gerbang kocok ulang terbuka lebar. Kita tunggu. (**)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror