jpnn.com, JAKARTA - Kelompok Aktivis Muda Partai Golkar menduga ada sinyalmen kuat muncul pihak luar Partai Golkar yang sengaja ingin menciptakan perpecahan di tubuh Golkar. Kelompok tersebut secara sengaja melakukan operasi untuk membuat kegaduhan sehingga Partai Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto tidak menjadi pemenang Pemilu pada tahun 2024 mendatang.
"Kalau kami mencermati kasus per kasus sampai hari ini menjelang Munas Desember 2019, ada dugaan sangat kuat ada pihak luar yang secara sengaja ingin membuat rusuh di internal sehingga Golkar pecah. Modusnya hampir sama dengan 2014 saat Pak Aburizal dan Pak Agung Laksono," kata Ketua Umum Jaringan Aktivis Muda Partai Golkar Rudolfus Jack Paskalis kepada wartawan di Jakarta, Senin (9/9).
BACA JUGA: Akbar Tanjung Sepakat dengan DPP Soal Waktu Pelaksanaan Munas Golkar
Kelompok tersebut, kata dia memiliki agenda untuk membuat Partai Golkar tidak berdaya karena ditakutkan menjadi pemenang pada Pemilu 2024 mendatang.
“Mereka takut sekali karena Partai ini akan menang di 2024 sehingga dicari upaya bagaimana menghancurkannya," lanjut Jack.
BACA JUGA: Airlangga Hartarto Harus Jaga Soliditas Dukungan Hingga Munas Golkar
Jika mencermati kasus pelemparan bom molotov dan penggembokan kantor DPP Partai Golkar oleh sejumlah oknum yang mengaku pengurus AMPG lanjut dia menjadi bukti kuat intervensi pihak luar tersebut.
"Betul ada yang menunggangi dinamika di tubuh internal karena kami tahu betul oknum-oknum yang mengaku AMPG tersebut adalah orang-orang yang sudah dipecat. Mereka sudah bukan pengurus lagi sehingga punya niat membuat rusuh. Kami pastikan kelompok ini akan kami lawan," tegas dia.
BACA JUGA: Bakal jadi Kuda Hitam di Munas Golkar, Bamsoet Bisa Seperti Ical
Pihaknya juga menyayangkan cara yang dipakai oleh salah satu Caketum Golkar Bambang Soesatyo yang dianggap terlalu memaksakan diri sehingga tidak lagi mengindahkan cara-cara demokratis.
"Sikap Mas Bambang yang ngotot menyelenggarakan Munas lebih cepat dari waktu adalah salah satu contoh yang tidak patut. Hanya karena soal jabatan di kabinet lalu memaksakan kehendak dan lagi dipakai cara-cara yang tidak elegan," ungkap Jack.
Dia berharap kontestasi menjelang Munas 2019 dilakukan dengan cara-cara demokratis. "Kami terus terang masih melihat kepemimpinan Pak Airlangga layak dilanjutkan dan kami tegaskan pula bahwa kami mendukung cara-cara berpolitik di Golkar dengan cara-cara yang demokratis dan beretika," pungkas Jack.
Pengamat Politik CSIS Arya Fernandez menganggap wajar terhadap dinamika menjelang Munas Golkar. Tarik-menarik kepentingan antara kelompok yang ingin memajukan pelaksanaan Munas atau kelompok yang ingin pelaksanaan Munas dilakukan pada Desember 2019 sesuai aturan dianggap masih dalam koridor normal demokrasi di internal Golkar. Termasuk aksi saling tuding dan serang antar-kubu pendukung Calon Ketua Umum Airlangga Hartarto dan Kubu Bambang Soesatyo merupakan dinamika yang biasa di internal partai beringin.
"Sejauh ini yang kami tangkap dinamikanya adalah dinamika demokrasi biasa yang masih dalam tahap wajar. Dan jangan lupa Golkar punya tradisi yang sangat lama dan terlatih untuk mengelola konflik internalnya, yang keras sekali pun mereka bisa selesaikan," katanya.
Arya menjelaskan, meski demikian pengalaman Golkar pada tahun 2014 yang menimbulkan benturan sangat keras sampai menimbulkan dualisme kepemimpinan harus menjadi pelajaran berarti bagi Golkar saat ini.
"Jika kondisi Golkar saat ini relatif kondusif tentu saja harus dijaga meskipun kompetisi menjelang Munas yang memang harus terjadi sebagai bagian dari dinamika demokrasi tetapi jangan sampai menubulkan perpecahan dan friksi yang keras," lanjut Arya.
Mencermati dua kandidat yang menonjol menuju kursi Golkar 1 lanjut dia sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan.
“Kalau kita bicara Pak Airlangga beliau menteri dan pasti dekat dengan kekuasaan atau presiden tentu jadi point penting tetapi Pak Bamsoet juga punya jaringan kelompok aktivis yang relatif luas. Tinggal DPD I dan II Golkar menentukan figur mana yang bisa menjawab tantangan Golkar ke depan, kita kembalikan ke kader Golkar sendiri," ungkap Arya.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich