jpnn.com - KARAKAS - Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyerukan pendukungnya mogok kerja, bahkan melakukan pemberintakan jika pihak oposisi sukses menggulingkannya dalam referendum.
Ketegangan di pemerintahan Venezuela ini menyusul krisis perekonomian dan energi, yang membuat Maduro menjadi bulan-bulanan oposisi. Tanda tangan telah digalang untuk melengserkan presiden yang popularitasnya semakin menurun.
BACA JUGA: Dubes RI Sambut Hangat Kunjungan Komandan Kapal Perang TNI AL
Maduro tidak mau menyerah begitu saja. Minggu (1/5) lalu dia menyerukan pendukungnya untuk bergerak. "Jika mereka mencoba mengambil posisi ini, saya memerintahkan kalian untuk mendeklarasikan pemberontakan dan pemogokan masal,’’ tegas Maduro kepada para pendukungnya di depan istana kepresidenan.
Dia menegaskan bahwa referendum adalah pilihan, bukan keharusan. Krisis dan resesi melanda Venezuela sejak 2013. Berdasarkan hasil polling terbaru, dua pertiga penduduk Venezuela ingin dia lengser. Oposisi sendiri hari ini bakal menyerahkan sekitar 200 ribu tanda tangan ke Badan Pemilu sebagai bentuk awal untuk memulai tahap persetujuan referendum.
BACA JUGA: Filipina Curiga Ada yang Bayar Tebusan 10 WNI?
Jika tanda tangan tersebut dinyatakan valid, oposisi diharuskan mengumpulkan 4 juta tanda tangan lagi untuk mendapatkan persetujuan referendum. Namun, tampaknya, persetujuan itu sulit dicapai karena orang-orang di Badan Pemilu Venezuela dekat dengan Maduro. Oposisi sendiri ingin referendum dilaksanakan sebelum akhir tahun untuk memilih pemimpin yang benar-benar baru lewat pemilu.
Berdasarkan konstitusi di Venezuela, jika referendum dilaksanakan setelah Januari 2017, posisi Maduro secara otomatis diserahkan ke wakilnya, Jorge Arreaza. (afp/sha/c17/any/adk/jpnn)
BACA JUGA: Sadis! Leher Empat Pemuda Disembelih, Kepalanya Dipenggal
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sepenggal Kisah dari Filipina: Sana Bilang Punya Peran, Sini Apalagi
Redaktur : Tim Redaksi