jpnn.com, JAKARTA - Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksdya Amarulla Octavian menyatakan bahwa penguasaan akan roket menjadi faktor penting bagi kepentingan nasional saat ini.
Menurutnya, roket sebagai alat utama sistem persenjataan (alutsista) memiliki daya tangkal atas ancaman terhadap pertahanan negara.
BACA JUGA: Kutip Bung Karno, Rektor Unhan: Pemilu Jangan Jadi Pertempuran Kepartaian Memecah Rakyat
“Kalau negara lain tahu kita mengembangkan roket yang luar biasa, itu adalah daya tangkal kuat,” ujar Amarulla saat menjadi pembicara kunci (keynote speaker) pada Webinar Teknologi Roket yang diselenggarakan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Selasa (22/9).
Dalam kesempatan itu Amarulla menyampaikan paparan berjudul Roket Sebagai Alutsista Untuk Meningkatkan Sistem Pertahanan Negara. Mantan Komandan SESKO TNI AL itu menjelaskan, keberhasilan penyelenggaraan pertahanan tecermin dalam daya tangkal atas setiap ancaman yang muncul.
BACA JUGA: China Akan Gunakan Satelit Dan Roket Untuk Manipulasi Cuaca
Oleh karena itu, katanya, Indonesia telah menjalin kerja sama dengan beberapa negara dalam rangka penelitian dan pembuatan purwarupa pesawat tempur, kapal selam, serta tank medium.
Selain itu, Indonesia sudah mengembangkan roket hingga rudal. “Untuk riset propelan, roket, radar dan rudal sudah dilakukan di Indonesia namun belum dikembangkan secara massal,” sambung Amarulla.
BACA JUGA: Rayakan Ultah, Pasukan Elite Iran Sukses Orbitkan Satelit Militer
Peraih gelar master dari Pantheon-Assas University Paris II itu menambahkan, Indonesia memiliki roket RHAN 122B yang sudah melalui tahap pengujian pada 12-16 Juni 2019. “Performa secara trajectory (lintasan lengkung, red) sudah baik, tetapi perlu peningkatan akurasi,” sebutnya.
Amarulla menambahkan, teknologi roket merupakan salah satu sistem yang tepat untuk pemantauan wilayah Indonesia. Sebab, Indonesia secara geografis merupakan negara kepulauan yang kaya sumber daya alam (SDA).
“Pemantauan yang dilakukan tidak hanya untuk keperluan militer namun dalam berbagai aspek kehidupan seperti iklim, pemantauan SDA,” ulasnya.
Selain itu, ada dua isu strategis yang membuat Indonesia harus menguasai teknologi roket. Pertama ialah kebutuhan penguasaan penguasaan teknologi frontier secara nasional.
Yang kedua ialah isu Laut China Selatan dan perbatasan kawasan Asia Tenggara. “Termasuk Singapura, Malaysia, Australia,” paparnya.
Alumnus Akademi TNI AL 1988 itu lantas mencontohkan sejumlah negara yang belakangan getol mengembangkan roket. Di antaranya ialah Tiongkok, Iran dan India.
Tiongkok, kata Amarulla, sudah mampu membuat roket untuk mengirim satelit ke luar angkasa.
“Bisa dibayangkan bila kita bisa mengembangkan roket yang bisa membawa satelit, itu sudah merupakan salah satu prestasi,” katanya.
“Negara-negara yang menguasai teknologi roket pertahanan kini disegani,” tegasnya.
Pada kesempatan sama Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin menyatakan, Presiden Pertama RI Bung Karno pernah menyatakan bahwa Indonesia harus menguasai dua ranah teknologi, yakni nuklir dan antariksa.
Oleh karena itu Bung Karno pada 1963 membentuk LAPAN dan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN). “Roket harus dikembangkan negara,” ujar Thomas saat menyampaikan kata sambutan pada webinar tersebut.(ara/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Antoni