jpnn.com, SUMEDANG - Ahmad Budi Cahyono, seorang guru Seni Rupa SMAN 1 Torjun Sampang, Madura, yang meninggal akibat dianiaya muridnya menghentak kita semua.
Antara percaya dan tidak, tetapi itulah realita dunia pendidikan di tengah transformasi kehidupan sosial kemasyarakatan. Pertanyaannya kemudian, kenapa hal itu bisa terjadi serta bagaimana caranya agar kejadian serupa tidak terulang kembali di masa yang akan datang?
BACA JUGA: Beasiswa untuk 1.000 Mahasiswa, Rp 2,5 Juta per Semester
Menjawab itu semua, Paguyuban Motekar bersama Yayasan Al Barokah Een Sukaesih menggelar diskusi publik bertajuk Implementasi Pendidikan Berbasis Kasih Sayang di Rumah Pintar Al Barokah, Cibeureum Wetan, Cimalaka, Sumedang, Sabtu (10/2).
Hadir sebagai pembicara, kriminolog Maman Suherman, budayawan Acil Bimbo dan peraih Een Sukaesih Award (ESA) tahun 2017 Yuli Badawi.
BACA JUGA: Riau Tuan Rumah Peringatan Hakteknas ke-23, Ini Alasannya
Maman Suherman yang akrab disapa Kang Maman menyampaikan keprihatinannya. Kejadian kekerasan di sekolah maupun di rumah tidak lepas dari pengaruh masih rendahnya budaya literasi masyarakat.
Padahal budaya literasi mempengaruhi kebahagiaan serta cara pandang dan pola sikap masyarakat. Indonesia dengan mayoritas umat Islam belum mampu melaksanakan ajaran Islam yang menekankan pentingnya literasi.
BACA JUGA: Menristekdikti Minta PT Buka Prodi yang Dibutuhkan Pasar
Berdasarkan penjelasan ketiga Narasumber serta diskusi dengan para audiens, semua sepakat bahwa akar masalah kekerasan di sekolah maupun di rumah adalah kurangnya sentuhan kasih sayang kepada anak serta rendahnya budaya literasi.
Forum menyepakati agar pendidikan berbasis kasih sayang sebagaimana dicontohkan Sang Guru Qolbu Een Sukaesih serta budaya literasi, harus terus dikembangkan. Aktualisasinya antara lain dengan menjadikan sekolah sebagai Taman Siswa.
"Ini forum luar biasa. Walaupun pelaksanaannya sederhana tapi manfaatnya besar untuk mengantarkan generasi penerus bangsa kita jauh lebih berkualitas dan berakhlaq mulia karena diberikan sentuhan kasih sayang serta senang membaca dan menulis," ungkap Herman Suryatman, penggagas sekaligus pembina Paguyuban Motekar dan Yayasan Al Barokah.
Diterangkan Herman bahwa Paguyuban Motekar, Yayasan Al Barokah bersama alumni ESA se Jawa Barat telah menyusun konsep Pendidikan Berbasis Kasih Sayang sebagai media untuk mengoptimalkan proses pembelajaran pendidikan formal di sekolah, maupun pendidikan informal di lingkungan keluarga dan masyarakat.
"Insyaallah setelah konsepnya matang akan kami diseminasikan ke masyarakat luas, khususnya para guru di Jawa Barat maupun di tingkat Nasional," imbuhnya. (mg7/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jonan Desak ITS Segara Produksi Mobil Listrik
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh