Jaga Kerukunan dan Toleransi demi Keutuhan NKRI

Selasa, 26 Desember 2017 – 14:43 WIB
Muzakir Tawil. Foto: Istimewa for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako (Untad) Palu, Sulawesi Tengah, Muzakir Tawil, meminta masyarakat menjaga kerukunan dan menjunjung toleransi antarumat beragama,

Menurut dia, hal itu merupakan kewajiban karena Indonesia merupakan negara majemuk dengan berbagai agama, suku, budaya, dan bahasa.

BACA JUGA: Persatuan RI Tercancam, Uskup Agung Jakarta Cemas

“Kemajemukan itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang tidak dimiliki negara lain. Ini harus terus kita jaga demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ujar Muzakir, Selasa (26/12)

Tokoh masyarakat Sulawesi Tengah (Sulteng) ini menuturkan, masyarakat harus memegang pemahaman ideologi Pancasila dengan benar untuk mencegah terjadinya gesekan.

BACA JUGA: Pengamalan Pancasila Cara Terbaik Wujudkan Kerukunan

“Ideologi Pancasila itu memberikan kebebasan terhadap semua agama di Indonesia ini untuk meyakini keyakinannya. Misalnya, yang Islam meyakini keyakinannya, sementara yang lain Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu itu saling menjaga toleransi masing-masing dan diberikan pula kebebasan beribadah. Begitu juga sebaliknya,” ujar ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sulteng itu.

Dia menambahkan, peran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama FKPT di daerah sangat penting dalam menjaga keberagaman dan keharmonisan antarumat beragama.

BACA JUGA: Jumpa Dubes Kamboja, Ketua MPR Banggakan Pancasila

“Oleh karena itu, yang dilakukan adalah saling menghargai dan saling menghormati keyakinan masing-masing. Tidak ada yang merasa lebih besar dan tidak ada yang merasa lebih kecil. Semuanya sama,” ujar ketua Jurusan Administrasi Negara STISIP Panca Bhakti Palu itu.

Selama ini, sambung Muzakir, pihaknya selalu memberi sosialisasi melalui dialog kepada masyarakat untuk mencegah paham yang berpotensi memecah keutuhan bangsa.

“Sentimen agama itu harus kita cegah. Ini kita lakukan pada basis-basis terbawah, dimulai dari keluarga lalu melebar ke lingkungan masyarakat mulai dari RT/RW lalu dibesarkan lagi ke sekolah, madrasah, universitas lalu ke kelompok-kelompok agama yang lain,” kata sekjen Ikatan  Alumni Universitas Tadulako itu.

Pihaknya juga selalu berusaha selalu mengedepankan sikap menghargai dan menjunjung tinggi toleransi antarumat dalam setiap dialog.

Dia menyadari bahaya yang bisa timbul dari gesekan berbau keyakinan.

“Tetutama kepada anak-anak muda atau generasi muda. Mereka kami bekali pemahamam tentang keheterogenan kita, kemajemukan yang kita miliki. Sebab, ini adalah modal besar bagi kita dalam membendung paham-paham dari luar yang merusak keutuhan. Intinya, kami selalu berusaha membentengi generasi muda dengan pemahaman yang benar,” ujar Muzakir.

Hal yang sama juga diterapkan kepada warga usia lanjut. Muzakir mengatakan, pihaknya selalu menekankan dasar-dasar ideologi dan pemahaman Pancasila serta kebinekaan.

“Ideologi Pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa harus melekat pada mereka, kalau tidak tentu akan sangat berbahaya,” ujar ketua Indonesian Association for Public Administration (IAPA) Sulteng itu.

Dia mencontohkan kehidupan di Sulawesi Tengah yang sudah kondusif. Barometer situasi kondusif itu mengarah ke Kabupaten Poso yang saat ini jauh lebih baik.

 “Kehidupan masyarakat di Poso sudah normal, pembangunan sudah berjalan baik, bahkan mal juga sudah berdiri. Apabila kondisi ekonomi sudah baik, itu berarti perkembangan situasi di wilayah tersebut sudah kondusif sehingga gerak masyarakat, baik aktivitas sosial, ekonomi, keagamaan termasuk aktivitas kepemerintahan sudah berjalan dengan baik dan normal,” ujar sekretaris Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Sulteng itu. (jso/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Calon Kada PDIP Harus Paham Kedekatan Bung Karno dan Islam


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler