Jaga Perdagangan Dunia, Akademisi di Riau Diminta Perhatikan Selat Malaka

Jumat, 18 Agustus 2023 – 15:29 WIB
Dosen Hasto Kristiyanto memberikan kuliah umum kepada civitas academica Universitas Islam Riau (UIR) dan tokoh masyarakat Riau dalam kuliah umum bertema geopolitik Soekarno di Kampus UIR, Pekanbaru, Jumat (12/8). Foto: Tim Dokumentasi Hasto

jpnn.com, PEKANBARU - Doktor Ilmu Pertahanan Hasto Kristiyanto mengajak akademisi di Provinsi Riau untuk memikirkan apa yang harus dilakukan demi Indonesia bisa menjaga kepentingan nasional di Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan dunia.

Hal itu disampaikan Hasto di hadapan civitas academica Universitas Islam Riau (UIR) dan tokoh masyarakat Riau dalam kuliah umum bertema geopolitik Soekarno di Kampus UIR, Pekanbaru, Jumat (12/8).

BACA JUGA: Di Hadapan Ratusan Ibu, Sekjen PDIP Sebut Ganjar Memiliki Keluarga yang Baik

Hasto menjelaskan teori geopolitik Soekarno, di mana dua indikator paling penting kepentingan nasional adalah ilmu pengetahuan dan teknologi, serta politik dan diplomasi.

“Artinya apa, artinya kita hanya bisa menjadi bangsa yang maju kalau kita mengembangkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, riset dan inovasi, sebagai jalan berdikari. Tanpa itu jangan pernah berangan-angan kita akan menjadi negara besar,” kata Hasto.

BACA JUGA: Sebuah Kapal Tenggelam di Selat Malaka, 3 Awak Kapal Masih Hilang

Untuk itu, lanjut Hasto, kampus memiliki peran yang sentral dalam mengembangkan teknologi sebagai variabel yang signifikan, paling berpengaruh dalam memperjuangkan kepentingan nasional.

Sementara politik dan diplomasi adalah bagaimana kepentingan nasional Indonesia diperjuangkan melalui penciptaan hukum-hukum internasional. Maka itu, mahasiswa saat ini harus melihat ke luar, di mana pergerakannya tidak hanya di dalam kampus. Mahasiswa dituntut berpikir untuk Indonesia dan dunia.

BACA JUGA: KKP Menangkap Kapal Illegal Fishing Berbendera Malaysia di Selat Malaka

Hasto mengajak akademisi dan mahasiswa untuk merancang institusi pendidikan sebagai city of intellect. Bahwa pengembangan sebuah wilayah, harus ditopang secara intelektual oleh kampus-kampus di wilayah itu.

Di Riau, jelas Hasto, mahasiswa dan kampus harus berpikir membangun wilayahnya dengan arah menguasai Selat Malaka.

“Kampus dan mahasiswa harus bisa menjawab mengapa selat Malaka hanya dikuasai, dikontrol oleh negara tertentu. Bagaimana kita mengendalikan seluruh jalur perdagangan di selat Malaka, sebagai bagian dari kedaulatan Indonesia. Maka apa yang kita bangun di Selat Malaka? Apa yang kita lakukan dengan Bengkalis?” urai Hasto.

Dengan mengarahkan kampus-kampus di Riau sebagai city of intellect, maka akan terbangun kompetensi untuk mengembangkan selat Malaka menjadi bagian dari pilar-pilar kekuatan ekonomi Indonesia. Dan ini sejalan dengan konektografi yang telah dibangun oleh Presiden Joko Widodo.

“Tentu ke depan penting sekali dilakukan pembenahan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, agar melihat Indonesia dengan cara geopolitik,” kata Hasto.

Selain Selat Malaka, menurut Hasto, kampus-kampus di Riau juga memahami koridor strategis Indonesia, dimana dulu Sumatera dirancang menjadi wilayah perkebunan. Maka perguruan tinggi harus melakukan riset-riset untuk hilirisasi dari perkebunan itu.

“Downstream dari CPO apa, oleochemical, apakah kita sudah punya sumber daya manusia yang menguasai pengembangan oleochemical? Proses sistemnya bagaimana? Jadi kampus itu menopang perencanaan koridor-koridor strategis yang ada di wilayahnya,” tegas Hasto.

Dari sisi politik dan diplomasi, Hasto memberi contoh bagaimana perguruan tinggi dan mahasiswa seharusnya memikirkan cara agar Indonesia mampu melindungi kepentingan nasional melalui penciptaan hukum internasional baru.

“Dengan melihat teori geopolitik Soekarno, harusnya kita bisa menginisiasi kerja sama antara negara-negara yang dilintasi oleh jalur-jalur perdagangan strategis, termasuk Mesir dengan terusan Sueznya. Kita bikin konferensi misalnya, demi membuat hukum internasional. Misal, manakala ada suatu negara yang memperlakukan secara tidak adil terhadap negara yang dilalui jalur-jalur perdagangan dunia itu, maka negara itu bisa menutup jalurnya dari pelayaran kapal mereka,” beber Hasto.

Menurut Hasto, cara pandang geopolitik ini sangat penting. Selama ini, sudah terlalu lama orang Indonesia, termasuk kalangan dunia pendidikan, tidak menatap peta. Seperti di Riau, orang lupa bahwa di depan wilayahnya ada potensi perdagangan dunia luar biasa, yakni jalur Malaka.

“Dan sebaliknya malah pembangunan kota kita lebih berorientasi pada daratan sebagai negara kontinental, bukan negara kelautan. Maka teori geopolitik Soekarno sebenarnya menempatkan suatu paradigma yang penting, bahwa kita bukan negara daratan. Kita adalah sekali lagi, laut yang ditebari oleh pulau-pulau. Maka ini yang harus kita lakukan ke depan,” pungkasnya.

Hadir di acara tersebut adalah sivitas akademika UIR yang dipimpin rektornya Syafrinaldi. Ia mengatakan kuliah umum Hasto itu terasa lebih istimewa, apalagi dilakukan sehari setelah perayaan HUT Kemerdekaan ke-78 RI.

“Semoga kemerdekaan yang diraih ini disyukuri dengan meningkatkan hal bermanfaat bagi kesejahteraan umum seluruh rakyat Indonesia,” kata Syafrinaldi.

Hadir juga Bupati Pelalawan H Zukri Misran, Bupati Bengkalis Kasmarni, dan Wakil Ketua DPRD Riau Syafaruddin Poti. (Tan/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Basarnas Pekanbaru Kerahkan KN Dumai Cari WN Malaysia yang Tenggelam di Selat Malaka


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Riau   Kampus   Selat Malaka   Hasto  

Terpopuler