Jaga Stabilisasi Harga Ayam Hidup, NFA Tingkatkan Fasilitasi Penyerapan dari Peternak

Selasa, 13 September 2022 – 11:27 WIB
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi (kiri) dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam Rapat Koordinasi Stabilisasi Harga Ayam Hidup dan Pakan Unggas di Jakarta, Senin (12/9). Foto: Humas Badan Pangan Nasional

jpnn.com, JAKARTA - Sebagai upaya menjaga stabilitas harga komoditas daging ayam, Badan Pangan Nasional atua National Food Agency (NFA) melakukan fasilitasi penyerapan live bird atau ayam hidup melalui kerja sama dengan BUMN serta Asosiasi Peternak dan Pedagang.

Langkah itu untuk menjaga stabilitas harga ayam hidup di tingkat peternak yang akhir-akhir ini terindikasi anjlok.

BACA JUGA: Pesan Tegas Brigjen Tatang Subarna buat Effendi Simbolon: Awas, Jangan Main-Main Sama TNI

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan pihaknya sudah mulai menyerap 10 ton ayam hidup langsung dari peternak dalam dua hari ini seharga Rp 21.000 per kg.

Jumlah ini masih akan bertambah seiring dengan upaya penyerapan yang terus dilakukan di bulan selanjutnya.

BACA JUGA: Perempuan PNS Bikin Geger Gedung Wakil Rakyat, Mobil Terparkir di Basemen

“Fasilitasi penyerapan ayam hidup ini merupakan salah satu langkah strategis untuk memberikan kepastian harga live bird di tingkat peternak. Ini merupakan upaya kongkrit dan akan terus dilakukan dengan menggandeng berbagai stakeholder peternakan,” ujar Arief seusai menghadiri Rapat Koordinasi Stabilisasi Harga Ayam Hidup dan Pakan Unggas bersama Menteri Perdagangan di Jakarta, Senin (12/9).

Dia menjelaskan upaya fasilitasi ini merupakan hasil dari kolaborasi NFA bersama BUMN dan Asosiasi Perunggasan.

BACA JUGA: Bus yang Ditumpangi Anggota TNI Disetop 2 Orang, Lalu Menitipkan Paket, Isinya Bikin Heboh

BUMN melalui Perum Bulog dan Holding BUMN Pangan yang diwakili PT Berdikari, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, dan BGR Logistik Indonesia menyiapkan intrumen penyerapan dan logistiknya, sedangkan Asosiasi menyiapkan stok ayam hidup.

Asosiasi yang terlibat dalam kerja sama ini, di antaranya Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI), dan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar).

“BUMN Pangan PT PPI dan PT Berdikari selaku offtaker melakukan pencarian dan pembelian live bird di lokasi sentra. Sedangkan, NFA memberikan fasilitasi distribusi pangan dari lokasi kandang ke rumah potong unggas atau RPU. Selanjutnya, BUMN Pangan menyalurkan hasil produsi daging ayam ke Horeka dan distributor lainnya,” jelasnya.

Lebih lanjut, Arief mengatakan penyerapan ayam hidup langsung dari peternak oleh BUMN Pangan dilakukan di harga yang wajar sesuai dengan Harga Acuan Pembelian dan Penjualan (HAP) daging ayam yang telah disusun dan disepakati bersama para stakeholder perunggasan.

“Sebagai solusi jangka panjang, NFA bersama para stakeholder peternakan telah duduk bersama menyusun dan menyepakati HAP daging ayam ras/live bird di tingkat peternak, yaitu Rp 21 ribu - Rp 23 ribu. Angka ini berdasarkan perhitungan berbagai komponen biaya yang membentuk harga pokok produksi, seperti harga DOC, pakan, rata-rata berat panen, obat dan vaksin, serta biaya operasional,” paparnya.

Saat ini, Arief menjelaskan HAP tersebut sedang dalam proses pengundangan dalam peraturan Badan Pangan Nasional.

“Seluruh pelaku usaha dan stakeholder perunggasan nasional harus komitmen untuk menjalankan HAP tersebut, sehingga stabilitas harga daging ayam baik di tingkat peternak dan konsumen dapat terjaga,” ujarnya.

Arief juga menjelasakan solusi jangka panjang lainnya, yaitu membangun ekosistem perunggasan hulu-hilir, salah satunya dengan memastikan ketersediaan dan stabilitas harga jagung sebagai bahan utama pakan ternak unggas.

Untuk menjaga pasokan jagung di sentra produksi unggas, sampai September ini, NFA telah memfasilitasi pendistribusian jagung dari NTB ke Kendal dan Blitar sebanyak 2,7 juta kg. Kedepannya, untuk menjaga stabilitas harga pakan, NFA akan menyusun HAP pakan ternak.

Adapun, berdasarkan data Panel Harga Pangan NFA, per 11 September 2022 harga rata-rata nasional ayam hidup tingkat produsen Rp 21.380/kg, dengan harga tertinggi Rp 24.170 di provinsi Kalimantan Selatan dan terendah Rp 17.000 di Provinsi Sumatera Selatan.

Untuk ketersediaan daging ayam ras, berdasarkan data Neraca Pangan Nasional, sampai akhir September 2022 diperkirakan stok daging ayam ras berada di 602 ribu ton, sementara sampai akhir Desember 2022 berada di angka 903 ribu ton.

“Dapat dikatakan untuk ketersediaan daging ayam ras nasional berada di posisi aman. Upaya menjaga ketersediaan pangan lainnya juga terus kami lakukan. Stok pangan kami pantau secara harian naik-turunnya, hal ini sesuai arahan Presiden RI agar kita semua meningkatkan kewaspadaan di tengah ancaman krisis pangan global,” ujar Arief.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan di kesempatan yang sama mengatakan pihaknya bersama NFA telah melakukan pertemuan dengan para pelaku usaha perunggasan baik dari BUMN maupun swasta guna membahas solusi jangka pendek, menengah, dan panjang.

Salah satunya, kata dia, mendorong peningkatan kuota Grand Parent Stock (GPS) untuk BUMN Pangan agar dapat meningkatkan volume bisnis peternakannya, sehingga berkolerasi dengan peningkatan serapan ayam hidup peternak mitra.

Mendag juga optimistis per hari ini harga ayam hidup di tingkat peternak akan kembali naik hingga harga kembali stabil, sehingga tidak terlalu membebani peternak. (rhs/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Yang Pernah Berhubungan dengan Karyawan Konter Hp Ini Siap-Siap Saja, Polisi Sudah Bergerak


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler