Jago Debat, Jiwa Politisi Sudah Kelihatan Sejak Sekolah

Kamis, 09 Februari 2012 – 16:48 WIB
Politisi Demokrat, Angelina Sondakh

Di tahun 1990-an, SMA N II Manado begitu terkenal. Di sinilah, Putri Indonesia 2001, Angelina Patricia Pingkan Sondakh yang kini menjadi tersangka dalam kasus suap wisma atlet Sea Games, Jakabaring, Sumatera Selatan menimba ilmu. Seperti apa Angie di mata gurunya?

Laporan : Christi Tompodung, Manado
===============================
 
Sedikit semrawut. Itulah pemandangan yang terlihat saat berada di gerbang SMA N II Manado (SMANDU). Gedung dua lantai yang bercat putih itu, mulai pudar.  Taman sekolahnya juga tidak ditata. Hanya yang kelihatan bagus lapangan basketnya. Jaring basketnya masih bagus. Maklum, sekolah tersebut rutin tiap tahun ikut Development Basketball League (DBL).

Di sekolah inilah, Angie -sapaan akrab Angelina Sondakh-  mendapatkan mendapatkan ijazah SMA. Sekolah ini banyak menyimpan kenangan manis bagi putri pasangan Prof Dr Lucky Sondakh dan Ir Syul Dotulong. Meski pun hanya dua tahun mengecap pendidikan di SMANDU, tapi anggota DPR RI ini sangat terkenal di sekolah.

Kepsek SMANDU, Dra Kartini Tewal SPd yang juga pernah mengajar guru Angie mengatakan  isteri Almarhum Adji Massaid ini  hanya dua tahun menimba ilmu di sekolah itu. Karena dia tinggal di Australia mengikuti ayahnya yang melanjutkan studi di sana. Jadi saat dia kembali sekira tahun 1993, langsung mendaftar di SMANDU yang seharusnya duduk di kelas 3. Namun lantaran harus menyesuaikan kurikulum, terpaksa Angie masuk kelas 2 dulu.

’’Namun selama dua tahun sekolah, bakat Angie sangat menonjol. Apalagi dalam debat ilmiah dan bahasa Inggris yang digelar di sekolah, Angie menjuarainya.  Jadi boleh dikata, Angie waktu sekolah termasuk murid yang pintar dan sangat kreatif,’’ terang Tewal yang semasa Angie sekolah memberikan mata pelajaran Geografi.

Tewal pun tak menyangka mantan muridnya menjadi tersangka kasus suap dugaan korupsi dana wisma atlet. Tetapi ia berharap Angie tak melakukan hal yang dituduhkan kepadanya. Karena selama dua tahun sekolah, wakil Sekjen DPP Partai Demokrat itu selalu menjadi ketua kelas dan malahan masuk pengurus OSIS.

’’Jadi jiwa politik Angie sudah kelihatan sejak sekolah. Namun menuju unsur negative, sama sekali tak ada gambaran bagi kami,’’ jelas Tewal.

Sama halnya dengan mantan wali kelas Angie di jurusan IPS yang enggan namanya dipublikasikan. Ia  mengaku Angie adalah anak baik. Walau pun dia pindahan dari Australia, tetapi cepat menyesuaikan diri dengan pelajaran yang tak pernah dia dapat di negeri Kangguru itu. Seperti pelajaran PPKN, Agama, dan lain sebagainya.

’’Kalau boleh dikata nilainya waktu sekolah A semua. Tak heran dia sangat menonjol dan selalu mengikuti kegiatan akademik dan ekstrakurikuler di luar sekolah sebagai wakil dari SMANDU,’’ imbuh wali kelas Angie di jaman Kepala Sekolah Dra Khatarina Aror yang menjabat dua tahun (1993-1995).

Guru yang lainnya pun menyampaikan keprihatinanya kepada wanita kelahiran Australia, 28 Desember 1977 ini. “Angie memang anak baik di masa dia sekolah di sini. Segala perlakuan Angie dianggap bisa jadi contoh bagi teman-temannya saat itu,’’ tambah mereka sambil menunjukkan ruangan kelas Angie yang berada di lantai dua.

Angie masa kecilnya tak pernah menetap lama di Manado. Ia sering ikut berpindah-pindah mengikuti orang tua. Lebih lama Angie tinggal di Jakarta, yaitu saat ia kuliah di Universitas Atmajaya.   Saat sekolah dasar (SD), Angie juga tidak lama. Hanya sebentar di SD di Laboratorium Manado, ia sudah harus mengikuti orang tua yang pindah ke Australia.  Kemudian SMP ia balik lagi ke Manado. Ia sekolah di SMP Katolik Pax Christi. (***)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kau Cun, Ketika Setahun Sekali Telur Berdiri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler