Jahrani, Pria di Perutnya Ada Pisau dan Garpu Itu Ingin..

Selasa, 06 Maret 2018 – 00:05 WIB
Jahrani (kanan) yang menjalani hipnoterapi bersama Endro S Efendi, Minggu (4/3). Foto: DISSOS KUKAR UNTUK KALTIM POST

jpnn.com - Jahrani, 24, warga Loa Duri Ilir, Kutai Kartanegara (Kukar), Kaltim, yang diperutnya terdapat benda-benda asing seperti sendok, garpu, dan pisau, sudah menjalani operasi.

Perkembangan terbaru, Jahrani menjalani hipnoterapi, Minggu (4/3). Terapi dalam kondisi hipnosis dilakukan untuk membantunya menghentikan kebiasaan mengonsumsi benda-benda yang tidak lazim.
---
KEDATANGAN Jahrani didampingi ibunya, Jumrah, dan tim pendamping dari Dinas Sosial (Dissos) Kukar, terlambat 30 menit dari jadwal yang disepakati.

BACA JUGA: Ngeri! Ada Paku, Engsel, Sendok, dan Pisau di Perut Jahrani

Sedianya jadwal terapi di tempat praktik Jalan Proklamasi 5, Samarinda, itu pukul 09.00 Wita.

Namun, saat menempuh perjalanan dari tempat tinggalnya di Desa Loa Duri Ilir, RT 20, Kecamatan Loa Janan, Kukar, sempat terjadi beberapa hambatan di jalan. Jadi, kedatangan mereka sedikit molor.

BACA JUGA: Kata Pakar soal Sendok dan Pisau di Perut Jahrani

Saat di ruang tamu, Jahrani diminta mengisi formulir untuk menggambarkan kondisi dirinya.

Setelah itu, baik Jahrani, ibunya, maupun tim pendamping diberikan penjelasan mengenai proses hipnoterapi yang akan dijalani, oleh hipnoterapis klinis di klinik itu, Endro S Efendi.

BACA JUGA: Ada Garpu, Sendok, Pisau di Perut Jahrani, Kok Bisa?

Baik pengisian formulir maupun penjelasan yang diberikan, merupakan prosedur yang harus diberikan kepada siapa saja yang akan menjalani hipnoterapi.

Itu diperlukan agar pikiran bawah sadar klien sudah mempersiapkan dirinya sendiri untuk bisa menyelesaikan masalahnya.

Setelah diberikan penjelasan, barulah Jahrani diarahkan ke ruang terapi. Sedangkan ibunya dan tim pendamping menunggu di ruang tamu.

Di ruang terapi, kembali dilakukan verifikasi atas jawaban yang sudah dituliskan Jahrani di kertas formulir. Dia pun menegaskan, ingin membereskan beberapa hal.

Selain ingin menghentikan kebiasaannya memakan benda yang tidak lazim, juga ingin kembali semangat menatap masa depannya.

“Saya ingin kembali bekerja, bisa menikah dan punya keluarga,” ujarnya dengan yakin.

Agar tidak terjadi kejutan dan semua proses dipahami, kembali Jahrani diberikan penjelasan, apa saja yang akan dilakukan selama proses terapi berlangsung. Dengan mudah, semua dipahami oleh pria bergolongan darah B itu.

Sejurus kemudian, klien akhirnya dibimbing untuk masuk ke kondisi kedalaman pikiran bawah sadar yang dalam dan menyenangkan.

Kepasrahan Jahrani yang sangat maksimal menjadikan pikiran bawah sadarnya dengan mudah dibimbing masuk ke kedalaman pikiran profound somnambulism.

Ini adalah kedalaman pikiran bawah sadar yang sangat tepat dan presisi untuk terapi.

Dari hasil hipnoanalisis di pikiran bawah sadarnya, ternyata ditemukan beberapa kejadian ketika Jahrani masih usia 10–15 tahun.

Setidaknya ada enam kejadian masa lalu yang menjadikan dirinya semakin tertarik dengan benda-benda yang tidak lazim untuk dimakan.

Rentetan kejadian itulah yang menyebabkan dirinya trauma dan akhirnya terbawa sampai dewasa.

“Tapi mohon maaf, sesuai kode etik saya tidak boleh menyampaikan kejadian apa yang menyebabkan klien mengalami trauma,” sebut Endro.

Yang pasti, kejadian itulah yang menjadi akar masalah dan menyebabkan klien sangat mudah tertarik dengan benda-benda asing.

Pria yang tercatat sebagai pengurus pusat Asosiasi Hipnoterapis Klinis Indonesia (AHKI) ini mengakui, selama ini selalu menuliskan detail kasus dari setiap klien yang ditangani.

Itu pun selalu dengan izin klien terlebih dulu. Selain itu, identitasnya selalu dirahasiakan. “Hanya dituliskan kasusnya saja,” ujarnya. Sementara khusus kasus Jahrani, sudah telanjur diketahui publik.

“Maka, saya harus rahasiakan yang menjadi akar masalahnya. Apalagi klien memang meminta untuk tidak diungkap,” bebernya.

Endro mengatakan, begitu masuk ruang terapi pertama kali, Jahrani sempat ditanya, benda apa yang menarik perhatiannya di ruangan itu.

“Dia sempat lihat AC, dia tertarik dengan AC. Tapi kan tidak mungkin, masa mau makan AC,” ujar Endro. Jahrani pun tersenyum dan mengatakan, perasaan merasa tertarik itu mudah muncul begitu saja.

“Tapi alhamdulillah, setelah terapi tadi, Jahrani sudah merasa nyaman, sudah ada dorongan dari dirinya sendiri untuk tidak lagi mengonsumsi benda-benda aneh. Dia juga semakin semangat dan ingin segera sekolah lagi, dan bisa bekerja lagi,” tutur Endro.

Namun, pertama yang akan dilakukan Jahrani adalah menjalani masa pemulihan setelah operasi yang dilakukan sebelumnya. Lantas apakah cukup sekali terapi?

“Semua bergantung Mas Jahrani. Kalau sudah merasa nyaman dan merasa tidak perlu lagi, ya tidak usah terapi lagi. Sampai tadi, semua sudah nyaman. Tapi nanti kalau suatu saat masih ada yang mengganjal, nanti bisa atur jadwal kembali. Saya sudah berkomitmen membantu Mas Jahrani sampai tuntas secara cuma-cuma,” ujar Endro.

Nonon Amalia, tim pendamping dari Dissos, Kukar, menambahkan bahwa setelah Jahrani sembuh, pihaknya akan memfasilitasi agar bisa ikut ujian Paket B dan Paket C.

"Insya Allah untuk pendanaan, akan dibantu oleh pihak desa," sebutnya. Selain itu, Jahrani akan dibekali keterampilan yang sesuai minatnya.

"Untuk sementara, itu langkah-langkah yang akan kita laksanakan," bebernya.

Ditemui di kediamannya pekan lalu di Desa Loa Duri Ilir, Jumrah menceritakan ulang peristiwa yang dilewati putranya.

Semua berawal ketika anak keduanya itu mengeluh sakit di saluran pencernaan pada pengujung 2015. Jahrani dibawa ke rumah sakit dan dirontgen. Dari situlah diketahui benda asing di dalam perut pemuda itu. Bentuknya sangat mirip sendok.

Dokter kemudian memberi obat pencahar agar benda asing itu keluar lewat buang air besar. Namun, sampai beberapa hari kemudian, perut Jahrani tetap sakit.

Dia dirontgen lagi. Sendok sudah tidak ada tetapi benda asing yang ditemukan lebih banyak lagi. Ada yang berbentuk stik es krim, sedotan, hingga tas plastik.

Tim dokter RSUD AW Sjahranie, Samarinda, memutuskan membawa Jahrani ke meja operasi setelah 18 hari dirawat.

Hasilnya sungguh mengejutkan. Jumrah, sang ibu, melihat benda-benda tadi dikeluarkan dari perut anaknya.

"Semua benda itu masih utuh,” kenang Jumrah. Pada April 2016, Jahrani akhirnya dirujuk ke RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda karena diduga mengalami gangguan kejiwaan.

Dirawat 15 hari, Jahrani terus-menerus mengeluhkan sakit di perut. Lagi-lagi dirontgen, tim medis menemukan paku di saluran pencernaannya. Jahrani pun dioperasi lagi di RSUD AWS. Kali ini, benda yang dikeluarkan dari perutnya lebih radikal.

Jahrani diketahui telah memakan engsel, paku, baut, dan pengupas buah.

Kejadian itu terus-menerus berlangsung sampai Januari 2018. Tim dokter tiga kali mengambil tindakan endoskopi, mengeluarkan benda asing di tubuh Jahrani melalui mulut.

Kali ini isi perutnya adalah peralatan dapur. Dari hasil operasi, dikeluarkan garpu, sendok, dan pisau.

Sebagai pemuda dewasa, Jahrani menyadari perbuatan tak biasa yaitu memakan benda-benda yang tak semestinya dikonsumsi.

Maka, sejak enam bulan terakhir, Jahrani meminta kamarnya dibuat seperti penjara. Dia memilih dipasung.

“Orangtua mana yang tega melihat anaknya seperti itu," tutur ibunya. Namun, demi kebaikan Jahrani pula, Jumrah berkata, "Permintaan itu terpaksa kami turuti."

Selama enam bulan terakhir, Jahrani melewati hidup di dalam pasungan. Dia makan disuapi ibunya. Jahrani harus buang air kecil di botol dan mandi selalu diawasi.

Jahrani tinggal bersama kedua orangtua dan satu adik laki-laki. Keluarga kecil itu menetap di rumah kayu berukuran 5x5 meter, tak jauh dari Pasar Loa Duri. (eff/riz/far/k8)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler