jpnn.com - Hasil pindai menunjukkan ada benda-benda aneh, seperti paku, baut, sendok dan kantong plastik, di perut Jahrani, 24 tahun. Jumlah, ibunda jahrani, seketika tak bisa berkata-kata.
Dokter RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda yang menunjukkan hasil rontgen itu tak kalah heran.
BACA JUGA: Perjalanan 2 Hari Demi Ikut UNBK, Mereka Juga Anak Indonesia
"Kenapa bisa begini, Bu?"
“Saya tidak tahu,” kata Jumrah menjawab pertanyaan dokter. Pandangannya tidak lepas dari hasil rontgen. Dalam pikiran yang kalut, perempuan tua itu meneteskan air mata.
BACA JUGA: Kepala Suku Harus Dirayu 2 Jam, Dikasih Rp 50 Ribu Tersenyum
Belum selesai kagetnya, Jumrah makin terkejut begitu perawat meminta urine anaknya diuji. Paramedis mencurigai Jahrani menelan narkotika berikut kemasannya.
Dugaan yang keliru. Hasil tes urine Jahrani negatif. "Sampai di situ, saya masih kebingungan," tutur Jumrah menceritakan peristiwa pada 2016 silam kepada Kaltim Post (Jawa Pos Group).
BACA JUGA: Nikita Mirzani Pakai Kemben, Bambang Pamungkas Tutup Muka
Ditemui di kediamannya, Desa Loa Duri Ilir, RT 20, Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara, kaltim, Jumrah menceritakan ulang peristiwa yang dilewati putranya.
Semua berawal ketika anak keduanya itu mengeluh sakit di saluran pencernaan pada pengujung 2015 lalu. Jahrani dibawa ke rumah sakit dan dirontgen.
Dari situlah diketahui benda asing di dalam perut pemuda bergolongan darah B itu. Bentuknya sangat mirip sendok.
Dokter kemudian memberi obat pencahar agar benda asing itu keluar lewat buang air besar. Namun, sampai beberapa hari kemudian, perut Jahrani tetap sakit.
Dia dirontgen lagi. Sendok sudah tidak ada tetapi benda asing yang ditemukan lebih banyak lagi. Ada yang berbentuk stik es krim, sedotan, hingga tas plastik.
Tim dokter RSUD AW Sjahranie memutuskan membawa Jahrani ke meja operasi setelah 18 hari dirawat. Hasilnya sungguh mengejutkan.
Jumrah, sang ibu, melihat benda-benda tadi dikeluarkan dari perut anaknya. "Semua benda itu masih utuh,” kenang Jumrah.
Pada April 2016, Jahrani akhirnya dirujuk ke RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda karena diduga mengalami gangguan kejiwaan. Dirawat 15 hari, Jahrani terus-menerus mengeluhkan sakit di perut.
Lagi-lagi dirontgen, tim medis menemukan paku di saluran pencernaannya. Jahrani pun dioperasi lagi di RSUD AWS.
Kali ini, benda yang dikeluarkan dari perutnya lebih radikal. Jahrani diketahui telah memakan engsel, paku, baut, dan pengupas buah.
Kejadian itu terus-menerus berlangsung sampai Januari 2018. Tim dokter tiga kali mengambil tindakan endoskopi, mengeluarkan benda asing di tubuh Jahrani melalui mulut.
Kali ini, isi perutnya adalah peralatan dapur. Dari hasil operasi, dikeluarkan garpu, sendok, dan pisau.
Sebagai pemuda dewasa, Jahrani menyadari perbuatan tak biasa, yaitu memakan benda-benda yang tak semestinya dikonsumsi.
Maka, sejak enam bulan terakhir, Jahrani meminta kamarnya dibuat seperti penjara. Dia memilih dipasung.
“Orangtua mana yang tega melihat anaknya seperti itu," tutur ibunya. Namun, demi kebaikan Jahrani pula, Jumrah berkata, "Permintaan itu terpaksa kami turuti."
Selama enam bulan terakhir, Jahrani melewati hidup di dalam pasungan. Dia makan disuapi ibunya. Jahrani harus buang air kecil di botoldan mandi selalu diawasi.
Jahrani tinggal bersama kedua orangtua dan satu adik laki-laki. Keluarga kecil itu menetap di rumah kayu berukuran 5x5 meter, tak jauh dari Pasar Loa Duri.
Jumrah menuturkan, dia dan suaminya yang bernama Ardani mengurung Jahrani demi kebaikan sang anak.
Sampai selepas operasi, lanjut Jumrah, belum ada tindakan medis lagi yang ditempuh Jahrani, semisal terapi. (Tim Kaltim Post)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Agus Harimurti Yudhoyono Menikmati Masa-masa Sekarang Ini
Redaktur & Reporter : Soetomo