Di sebuah rumah kecil di kawasan Jakarta selatan, seorang perempuan terlihat dengan cekatan mengebiri kucing yang pulas tertidur karena dibius.
Di sebelah meja, ada empat kucing lain yang terbaring berjajar, dengan bulu-bulu di sekitar perut yang sudah dicukur dan terlihat ada jahitan.
BACA JUGA: Ada Hujan Siang dan Sore Hari Ini, Malam Tahun Baru Bagaimana?
Ini adalah dokter hewan, yang mungkin tidak banyak diketahui, tapi sudah mengebiri sebanyak mungkin kucing liar supaya menghentikan ledakan jumlahnya di jalanan.
"Menangkap dan mengebiri kucing secara teratur akan membantu mempertahankan jumlah populasi selama sekitar dua tahun, tetapi jika kita tidak melakukannya, jumlah kucing liar akan meledak," kata Vivi Sebayang dari Rumah Steril.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Ada Banyak Pertanyaan Soal Kecelakaan Pesawat Jeju Air
Rumah Steril adalah sebuah organisasi yang menangkap kucing jalanan untuk dikebiri dan kemudian dilepaskan kembali.
Bersama sekelompok relawan, ia melakukan penangkapan kucing liar di Jakarta setiap bulannya, biasanya di sekitar kampus-kampus, atau stasiun kereta api, tempat orang biasanya memberi makan kucing liar.
BACA JUGA: Sejumlah Berita dari Indonesia yang Menarik Perhatian Australia di 2024
"Setiap hari saya menghabiskan banyak uang untuk membeli makanan yang cukup untuk 15 ekor kucing, tetapi saya sendiri tidak punya satu ekor pun kucing, jadi tidak apa-apa," kata Koh Aliong, seorang pemilik toko yang ikut membantu menjaga populasi kucing liar di kawasan kampus di Depok.
"Orang-orang membuang anak-anak kucing kecil di sekitar sini, jadi apa yang bisa saya lakukan selain merawat dan memberi mereka makan?" katanya,Masalah kucing liar di Jakarta
Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta memperkirakan ada 860.000 ekor kucing di wilayah kota Jakarta saja.
Tapi ini baru mencakup sekitar setengah dari wilayah metropolitan Jakarta Raya.
Artinya, kemungkinan ada lebih dari 1,5 juta kucing yang berkeliaran di jalan-jalan dan taman-taman kota Jakarta.
"Orang Indonesia cenderung mengalihkan masalah daripada menyelesaikannya," kata Vivi.
"Jadi, jika ada yang tidak suka ada kucing liar di sekitar rumah mereka, mereka sering kali akan mengambil kucing itu dan membuangnya di pasar basah yang menyediakan makanan," katanya.
Dia mengatakan kucing sering kali melahirkan tiga anak kucing atau lebih, karenanya Vivi ingin menghentikannya.
Rumah Steril bisa mengebiri kucing betina dengan biaya sekitar Rp300.000, atau sekitar Rp250.000 untuk kucing jantan.
Tapi tentu tidak semua orang senang dengan upaya mengontrol populasi kucing liar.
Saat ABC berkunjung, dokter hewan yang melakukan operasi menolak disebutkan namanya.
Vivi mengatakan prioritas utamanya adalah melindungi identitas para dokter hewan yang melakukan prosedur pengebirian yang murah tersebut.
"[Beberapa] dokter hewan khawatir prosedur ini dilakukan oleh orang yang tidak berkualifikasi," katanya.
"Sebagian besar dokter hewan yang bersedia melakukan ini juga sebenarnya prihatin dengan masalah ledakan populasi populasi kucing liar."
"Mereka menjelaskan kepada saya kalau mereka enggak mau di-bully oleh oleh rekan lain yang tidak setuju dengan program ini, jadi saya selalu melindungi mereka."
Vivi mengatakan sejumlah klinik hewan menentang upayanya, karena alasan komersil, yakni mereka biasanya menetapkan harga prosedur pengebirian kucing liar sekitar Rp500.000 sampai 1,5 juta.Belum tentu mendapat dukungan
Sampai sejauh mana pemerintah daerah bekerja sama dengan program pengebirian ini bervariasi.
Di Jakarta, pemerintah daerah setempat sering bekerja sama dengan organisasi seperti Rumah Steril untuk melakukan gerakan pengebirian kucing.
Misalnya, Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Perikanan Jakarta Selatan baru-baru ini mengatakan mereka akan meluncurkan gerakan sterilisasi pada bulan Februari nanti, dengan tujuan mengebiri 2.300 kucing.
Asosiasi dokter hewan terkadang bekerja sama.
Namun, di daerah-daerah tertentu di Jakarta, asosiasi dokter hewan dan pemerintah daerah cenderung kurang mendukung organisasi yang menangani masalah ini.
"Jadi seperti area abu-abu, tetapi menurut saya itulah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah," kata Vivi.
Ia memperkirakan dalam waktu sepuluh tahun, organisasinya sudah mengebiri 10.000 kucing.
Tapi, menurutnya jumlah ini masih sangat sedikit dibandingkan jumlah populasi kucing liar.
"Saya kira mungkin perlu waktu 10 atau 20 tahun lagi untuk membuat masalah ini akhirnya membaik," katanya.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemprov Jakarta Ajak Warga Rayakan Malam Tahun Baru, Catat Rangkaian Acaranya