jpnn.com, SURABAYA - Panjang Jalan Lintas Selatan (JLS) wilayah Jatim mencapai total 677,49 kilometer (km). Sejauh ini jalan yang sudah tergarap baru 384,46 km.
Artinya, progres jalan yang masuk proyek strategis nasional itu baru 56,7 persen. Masih kurang banyak. Padahal, pembangunannya sudah berjalan 17 tahun.
BACA JUGA: Seru! Ke Rumah Selingkuhan, Suami Tepergok Istri Sah
Sekurang-kurangnya 44 persen masih berupa jalan tanah. Bahkan, di sebagian titik, trase jalan belum terbentuk karena pembebasan lahan belum beres. Dari delapan kabupaten yang dilintasi, hanya jalan di Kabupaten Pacitan yang sudah tersambung 100 persen.
Sementara untuk tujuh kabupaten lain, pembangunannya tersendat-sendat. Bahkan, di Kabupaten Blitar, pembangunan JLS masih 0 persen.
BACA JUGA: Jalur Lalu Lintas Menuju Parapat Dibuka Dua Jalur
Masih minimnya progres mengindikasikan bahwa JLS belum akan tersambung dalam waktu dekat. Padahal, keberadaan jalan di pantai selatan (pansela) yang menyambungkan lima provinsi di Pulau Jawa itu sangat urgen.
”Pansela menjadi harapan baru di tengah padatnya jalur pantura (pantai utara),” tutur Bupati Pacitan Indartato.
BACA JUGA: Mahasiswi Jadi Muncikari: Imbalan Rp 200 Ribu per Transaksi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII terus berupaya menyambungkan pansela. Tentu secara bertahap.
Pada 2019, misalnya, rencananya ada empat ruas yang dikerjakan. ”Saat ini masih proses lelang,” ucap Kepala Bidang Perencanaan BBPJN VIII Agung Hari Rantau.
Empat ruas itu meliputi ruas Prigi, Kabupaten Trenggalek, hingga Klatak, Tulungagung. Panjangnya 17,78 km. Selain itu ruas Serang, Kabupaten Blitar, dengan panjang 12,84 km.
Juga akses Balekambang sampai Kedungsalam, Kabupaten Malang, 17,86 km. Terakhir, lanjutan ruas Jarit, Kabupaten Lumajang, sampai ke wilayah Puger, Kabupaten Jember, sepanjang 23,18 km.
Empat ruas tersebut digerojok anggaran sekitar Rp 1,7 triliun (selengkapnya lihat grafis). ”Anggaran didanai dari loan (pinjaman, Red) IDB (Islamic Development Bank),” kata Agung Hari.
BBPJN VIII berharap pekerjaan fisik mulai berlangsung tahun ini. ”Jika disetujui IDB, anggarannya akan langsung dicairkan,” paparnya.
Humas BBPJN VIII Shodiqin menambahkan, jangka waktu pelaksanaan per proyek berlangsung 2,5 sampai 3 tahun. Ruas Prigi, Trenggalek, hingga Klatak, Tulungagung, contohnya. Lama pekerjaan sampai 36 bulan atau 3 tahun.
Anggarannya pun paling jumbo. Mencapai Rp 805,950 miliar. Dengan panjang pekerjaan 17,78 km. ”Anggarannya besar karena ini pembangunan jalan baru,” jelasnya.
Pantauan Jawa Pos di lokasi, pembangunan JLS melintasi kawasan Pantai Prigi, Trenggalek, lalu tembus ke Pantai Klatak di Tulungagung. Ruas jalan melintasi banyak perbukitan. Juga menyusuri tepi pantai. Kontur yang dilalui berliku dan curam.
Lalu kapan JLS tersambung? BBPJN VIII tidak bisa memastikan. Menurut Shodiqin, hal itu sangat bergantung Kementerian PUPR. Namun, melihat kondisi sekarang, JLS di wilayah Jatim dipastikan belum tersambung sampai 2021.
”Satu ruas saja baru selesai 2021 dan belum semuanya ter-cover (di anggaran 2019, Red). Artinya, belum bisa tersambung (sampai 2021, Red),” bebernya. (mar/c9/fim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PPPK Diterapkan, Tenaga Honorer Dihapus
Redaktur & Reporter : Soetomo