jpnn.com - Jalan Lintas Selatan (JLS) di wilayah Jawa Timur hingga kini belum juga tersambung. Total panjangnya 677,49 kilometer. Akses putus di tujuh kabupaten.
---
BACA JUGA: Jalan Lintas Selatan Jatim, 2021 Belum Pasti Tersambung
”Percuma, Mas. Jalan di atas (bukit, Red) belum aspalan,” ucap Sutopo mengingatkan Jawa Pos Selasa (8/1) pekan lalu. ”Eman mobilnya. Kalau pakai off-road baru mantap,” imbuhnya lalu tertawa.
Jalan beraspal yang kami lewati terputus di bawah bukit. Di depan kontur jalan kembali menanjak. Curam. Dipenuhi batu yang menyembul tak beraturan. Di sejumlah titik membentuk lorong-lorong tanah. Seperti bekas erosi dari gerusan air hujan.
Ruas itu masuk Desa Keboireng, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung. Akses yang mirip jalan setapak tersebut adalah trase JLS yang menghubungkan Tulungagung ke Trenggalek. Atau sebaliknya. Panjangnya kurang lebih 17 kilometer (km). Trase jalan itu sudah ada sejak 2003.
Kini dimanfaatkan warga sebagai akses menuju ladang di lereng-lereng bukit. ”Kalau hujan, jalannya berlumpur. Licin,” ujar pria 45 tahun tersebut.
Mendapati jalan buntu, kami tak punya pilihan lain. Saya dan fotografer Galih Cokro pun menepi. Kami lalu berjalan kaki ke bukit. Perjalanan ke atas bukit memakan waktu kurang lebih 40 menit.
Cukup menguras tenaga. Napas juga ngos-ngosan karena terus menanjak. Namun, dari atas bukit pemandangan menawan tersuguh dengan sempurna. Dari ”jalan setapak” tempat kami berdiri, pemandangan pantai terhampar indah. Pasirnya putih bersih.
Kenalkan, namanya Pantai Ngelarap. Tersembunyi di bawah tebing bukit. Ingin rasanya turun mendekat ke bibir Samudra Hindia itu. Sayang, akses ke sana tidak memadai. Karena jalan belum beraspal, Pantai Ngelarap belum banyak tersentuh pengunjung.
Dari atas ketinggian itu, bukan cuma Pantai Ngelarap yang tampak. Beberapa bibir pantai terlihat berjejer dengan pasir putihnya. Ada Pantai Klatak, Gemah, Bayeman, Sidem, dan Popoh.
Kecuali Ngelarap, lima pantai lainnya sudah mulai dikunjungi banyak wisatawan. Akhir pekan selalu ramai oleh pengunjung. Itu terjadi setelah akses sudah tersambung pada Maret 2017. Jalan beraspal selebar 7 meter sudah mulus. Berkelok-kelok. Naik turun mengikuti kontur bukit yang dilalui.
Akses JLS di Tulungagung memang masih belum tuntas. Dari 54,97 km panjang lintasan, yang sudah teraspal baru 13,34 km. Belum separonya. Jalan menjulur persis dari Desa Besuki ke Desa Keboireng, Kecamatan Besuki.
Pembangunan JLS juga tersendat-sendat di Kabupaten Trenggalek. Di wilayah itu JLS punya panjang lintasan 78,35 km. Yang sudah tersambung baru 25,50 km. Juga belum setengahnya. Jalannya terputus di kawasan Pantai Prigi.
Itu adalah kawasan pantai yang jadi andalan pariwisata Trenggalek. Di sana berjejer pantai-pantai bersih nan indah. Selain Prigi, ada Pasir Putih, Damas, Cengkrong, dan Pantai Karanggongso.
Di tepi pantai itu menjulur jembatan yang ikonik. Dibangun pada 2012–2014. Pemerintah menyebutnya Jembatan Damas. Namun, warga lebih familier dengan Jembatan Cengkrong. Sebab, infrastruktur sepanjang 200 meter itu melintasi Pantai Cengkrong.
Nah, setelah Jembatan Cengkrong tersebut, JLS belum tersambung. Berdasar peta bidang, jalur JLS akan menerabas bukit-bukit di dekat Pantai Pasir Putih. Terus membentang sampai ke kawasan Pantai Ngelarap, Klatak, Gemah, dan lain-lain di Tulungagung.
Kalau di Tulungagung dan Trenggalek belum separo pekerjaannya, di Blitar JLS sama sekali belum terwujud. Sepanjang 64,20 km panjang lintasan, semuanya masih berupa jalan tanah. Hanya sudah dibangun tiga jembatan di antara total 22 jembatan di wilayah itu.
Karena akses JLS masih 0 persen di Blitar, perjalanan kami arahkan ke Kabupaten Malang. Kami start dari kawasan wisata Balekambang Rabu (9/1) pekan lalu. Jalan pantai selatan di Kabupaten Malang belum tuntas seluruhnya. Dari 137,33 km panjang lintasan, yang sudah tersambung 101,10 km. Akses di sebelah barat Balekambang masih jalan makadam.
Sebaliknya, Balekambang ke arah timur sudah mulus. Sampai ke Sendang Biru. Panjangnya sekitar 23 km. Lebar jalan 7 meter. Kontur jalan naik turun. Berkelok-kelok mengikuti bukit berpadu dengan vegetasi. Ruas jalan lebih banyak menyisiri pantai. Suara deburan ombak mengiringi perjalanan.
***
Kamis (10/1) penyusuran JLS berlanjut ke Kabupaten Lumajang. Sama seperti di tempat lain, JLS di Lumajang belum semua tersambung. Namun, progresnya lumayan. Dari 65,60 km panjang lintasan, total 59,83 km sudah tuntas.
JLS ruas Lumajang dimulai dari Desa Jarit, Kecamatan Candipuro. Jalannya berupa perkerasan kaku alias jalan beton (rigid pavement). Menjulur ke timur melintasi Jembatan Pandanwangi yang ikonik di JLS Lumajang. Jembatan itu membentang 370 meter, menyambungkan Kecamatan Tempeh dan Kecamatan Pasirian. Di bawahnya mengalir Sungai Kalimujur.
Jalan beton yang mulus terputus di Desa Jatimulyo, Kecamatan Kunir. Berikutnya berupa jalan tanah berbatu. Tapi bisa dilintasi. Setiap kali kendaraan melintas, debu mengepul tebal. Jalan beton muncul lagi sekitar 1,5 km berselang. Namun, tak berselang lama, jalan kembali berupa tanah. Kali ini lebih ekstrem. Sebab, timbunan tanah ditumbuhi banyak semak dan ilalang.
Kami kemudian tiba di Jembatan Bondoyudo, Kecamatan Yosowilangun. Jembatan itu menjadi pembatas Lumajang dengan Jember di JLS. Timur jembatan sudah masuk Kabupaten Jember.
Kami melanjutkan perjalanan dengan menyusuri Pantai Paseban, Desa Paseban, Kecamatan Kencong, Jember. Namun, perjalanan kali ini terganggu. Sebab, jalan yang kami lintasi putus total.
Jalan tanah membentuk jurang menganga hingga 100 meter. Kedalamannya 7 meter. Ruas JLS itu longsor tergerus banjir sekitar 2016. Hingga kini belum ada perbaikan.
***
Di Kabupaten Banyuwangi, sebagian besar akses JLS sudah tuntas. Dari 106,10 km, lintasan yang sudah tuntas sekitar 86,50 km. Sisanya akan dikerjakan secara bertahap. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Penataan Ruang (PUCKPR) Banyuwangi Mujiono menyampaikan, selama 2017–2018, sudah 16 km ruas JLS tersambung.
Pekerjaan berada di wilayah Kecamatan Glenmore. Di sana akses melintasi area perkebunan kakao milik PT Perkebunan Nusantara XII. Ada juga lahan milik Perhutani. ”Tahun lalu (2018, Red) ada lanjutan pekerjaan jalan sepanjang 3,5 kilometer,” kata Mujiono.
***
JLS Jatim tergambar utuh di wilayah Pacitan. Dari delapan kabupaten yang dilalui JLS di Jatim, Pacitan jadi satu-satunya wilayah yang aksesnya tuntas 100 persen. Jalanan mulus. Tidak berlebihan kalau melintasi Pacitan via pansela seperti melewati tol gratis. Bonusnya: jalan yang meliuk-liuk. Naik turun mengikuti kontur bukit di kanan kiri jalan. Juga pemandangan pantai.
Itulah yang kami rasakan Senin (7/1) pekan lalu. Selama perjalanan, tidak ada bosannya. Dari 87,44 km, hampir setengahnya adalah perjalanan menyusuri garis pantai. Sepanjang perjalanan sangat Instagramable.
BACA JUGA: Jalan Lintas Selatan Jatim, 2021 Belum Pasti Tersambung
JLS di Pacitan start dari Kelurahan Ploso, Kecamatan Pacitan. Di sana melintang jembatan sepanjang 750 meter di atas Sungai Grindulu. Jembatan itu dibangun pada 2015 dan tuntas 2017. Menghabiskan anggaran Rp 211 miliar. Di atas jembatan tertulis besar-besar ”Pacitan Kota Pariwisata”.
Bupati Pacitan Indartato mengatakan, keberadaan JLS sangat menopang kemajuan daerah yang dipimpinnya. Ruas JLS telah membuka keterisolasian daerah. Pusat pengembangan ekonomi baru tumbuh dari sektor pariwisata. ”Potensi tenaga kerja yang terserap juga mulai terus meningkat,” ungkapnya. (Umar Wirahadi/c9/fim)
Redaktur : Tim Redaksi