PURBARATU – Dalam aksi bolkade jalan rusak Bojong Nangka hingga Singkup di Kecamatan Purbaratu kemarin, warga sempat “menculik” lalu mengarak dua anggota DPRD yang berdomisili di daerah itu. Keduanya adalah Anang Safaat, anggota Komisi I dan Jenjen Zainudin, ketua Komisi III.
Anang dijemput paksa masyarakat dari rumahnya di Kampung Singkup. Sedangkan Jenjen dari Kampung Cimerak. Penjemputan paksa itu berawal ketika warga yang sebelumnya telah memblokade jalan sejak pagi menyisir (sweeping) anggota dewan di daerahnya. Aksi sweeping itu dimaksudkan untuk meminta tanggapan dari para anggota legislatif itu terkait jalan yang dibiarkan rusak selama beberapa tahun.
Anang Safaat menjadi orang pertama yang di sweeping, lalu dijemput dari rumahnya di Singkup sekitar pukul 09.00. Dia kemudian diarak warga dengan menggunakan sepeda motor berkeliling di jalan rusak.
Setelah itu, warga kemudian menjemput paksa Ketua Komisi III Jenjen Zainudin di rumahnya di Cimerak. Setibanya di rumah Jenjen, massa memanggil yang bersangkutan. Namun ketua komisi III itu tidak kunjung keluar. Karena kesal menunggu lama, beberapa warga pun berorasi di halaman rumah dengan berdiri di atas mobil dinas milik Jenjen bernomor polisi Z 111 H.
Bukan hanya itu, salah seorang warga pun sempat melipat plat nomor merah itu hingga nomornya tak terlihat. Tak lama kemudian, Jenjen keluar. Dia langsung dibawa massa menggunakan sepeda motor. Jenjen pun ikut diarak warga untuk melihat kondisi jalan yang rusak.
Ditemui Radar (Group JPNN) usai diarak, Jenjen menyayangkan aksi penjemputan paksa itu. Menurutnya, aksi itu bisa memicu konflik horizontal, terutama dengan warga yang merasa tidak nyaman dengan aksi itu.
Jenjen juga mengaku tidak mengetahui jika akan ada aksi demo dan penjemputan paksa itu. Kalau dia tahu, kata Jenjen, dirinya tinggal diminta datang, tidak usah dijemput paksa.
“Hal itu (penjemputan) dilakukan apabila memang tidak kooperatif. Tapi kan persoalannya saya juga tidak tahu mau ada acara ini (demo). Padahal kalau dia (massa aksi) menelepon atau apa, tidak usah dijemput-jemput seperti itu,” katanya.
Dengan adanya kejadian seperti itu, Jenjen berharap masyarakat bisa belajar lebih bijak dalam menyampaikan aspirasinya. Aspirasi bisa disampaikan dengan cara yang lebih santun. Sebab, jika aksi dilakukan seperti itu, dikhawatirkan tujuan utama masyarakat untuk menyampaikan aspirasi menjadi kabur.
“Setiap orang kan akan mempersepsikan lain (aksi penjemputan). Ada yang persepsinya diculik, kemudian juga yang lainnya. Kemudian yang dikhawatirkan tujuan utamanya (penyampaian aspirasi) jadi kabur,” terangnya. (pee)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BBM Langka Akibat Longsor
Redaktur : Tim Redaksi