BOGOR - Kerusakan jalan yang terjadi di beberapa ruas jalan Kota Bogor dinilai menghambat pertumbuhan ekonomi dan investasi daerah. Diperkirakan puluhan miliar rupiah lenyap begitu saja akibat penanganan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor terlalu lamban dalam melakukan perbaikan jalan.
Belum lagi, kemacetan yang disebabkan dari rusaknya jalan sehingga membuat wisatawan enggan berkunjung kembali ke Kota Bogor. Jika hal ini sampai terjadi, tentu saja akan berimbas pada menurunnya omset usaha yang ada di sekitar jalan rusak seperti Jalan Pajajaran.
Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Kota Bogor, Erik Irawan Suganda mengatakan, ada dua hal yang mempengaruhi aktivitas ekonomi yakni infrastruktur dan kemacetan. Jika tak bisa diatasi, akibatnya berimbas pada penilaian orang lain terhadap Kota Bogor. “Tentu saja ada pengaruhnya. Jika jalan tidak rusak dan kemacetan bisa diurai, pendapatan akan meningkat dengan sendirinya,” ujarnya kepada Radar Bogor (JPNN Group), Sabtu (4/3).
Dengan begitu, yang dirugikan adalah Kota Bogor sendiri karena selama ini mengandalkan sektor jasa dan pariwisata sebagai potensi asli daerah (PAD). Apalagi, jika pengusaha sampai gulung tikar karena meruginya usaha mereka akibat kerusakan jalan. “Seharusnya perlu ada penanganan agar kerusakan tidak terjadi secara berulang-ulang,” ucap mantan Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Bogor, itu.
Pemkot, sambung Erik, perlu melakukan beberapa inovasi untuk mengatasi penyakit lama tersebut. Salah satunya dengan membentuk tim khusus penanggulangan jalan rusak yang tidak bergantung pada anggaran. Cara kerjanya dengan memperbaiki sementara jika ada laporan jalan rusak.
“Mengenai anggarannya bisa melalui dana talangan yang hanya digunakan untuk keperluan mendesak saja. Sembari menunggu anggaran turun, jadi tak perlu menunggu dana dari APBD. Jika telah cair, maka bisa digunakan untuk perbaikan permanen,” imbuhnya.
Hal sama dituturkan pengusaha kuliner Mulyatma Soepardi. Dia kembali menyoroti kerusakan sejumlah jalan utama di Kota Hujan, terutama di kawasan Bogor Selatan. Yayat -sapaan akrabnya- mengeluh omset usahanya menurun drastis, karena pelanggan ogah mengunjungi salah satu restorannya di kawasan Batutulis. Sebab, jalan rusak di sekitar Stasiun Batutulis memicu kemacetan parah hingga Lawanggintung.
“Tiga tahun ini, kawasan Batutulis masih bisa ditempuh paling lama 30 menit dari pusat kota. Tapi sekarang bisa dua jam. Jalan rusak di Batutulis jadi salah satu penyebab kemacetan itu,” tuturnya.
Yayat menuding pertumbuhan perumahan dan bangunan liar di Bogor Selatan jadi pemicu tingginya mobilisasi ke daerah itu. Terlebih, hal itu tidak didukung pengawasan infrastruktur, terutama jalan yang memadai.
“Pemerintah terlalu mudah mengelurkan izin perumahan di Bogor Selatan. Ini kan menyebabkan tingginya mobilisasi manusia ke kawasan itu. Tapi pemerintah tak bisa menjaga keandalan ruas jalan. Ini kan bahaya,” kata mantan bankir yang aktif sebagai konsultan keuangan, itu.
Terpisah, Kabid Konservasi Jalan, Jembatan dan Drainase pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kota Bogor, Fahmi Hakim menjelaskan, sebenarnya perbaikan jalan baru akan dilakukan pada Minggu (4/3). Namun, karena berbagai pertimbangan akhirnya diputuskan dimulai Kamis (1/3).
Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses perbaikan Jalan Pajajaran yang jika lama ditangani akan memperparah kondisi jalan. “Semakin cepat diperbaiki, maka akan cepat selesai pula sehingga arus lalu lintas di sana tak terganggu lagi,” terang Fahmi.
Hanya, ia mengkhawatirkan kondisi cuaca menjadi faktor penghambat Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dalam memperbaiki jalan. Belum lagi kemacetan panjang yang akan ditimbulkan. “Tapi kami sadar ini merupakan konsekuensi yang harus dihadapi jika ingin kondisi jalan baik seperti semula. Maka itu, kami memohon maaf kepada pengguna jalan karena merasa tidak nyaman dengan hal ini selama beberapa hari ke depan,” pungkasnya.(rur)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ribuan Korban Galodo Terserang Penyakit
Redaktur : Tim Redaksi