jpnn.com, SURABAYA - Kimbo Group adalah nama sebuah perkumpulan yang berdiri sejak puluhan tahun lalu. Dan, setiap dua tahun sekali mereka melakukan pertemuan akbar. Untuk tahun ini, jatuh pada Selasa malam (2/10) lalu. Semua anggota lelaki mengenakan atasan batik. Sementara itu, para perempuan tampak segar dengan kebaya oranye. Acara di Ballroom XO Suki tersebut tidak sekadar jadi ajang arisan, tetapi juga saat yang tepat bagi mereka untuk menikmati mooncake alias kue bulan.
''Perayaan bulan purnama memang sudah lewat. Tapi, kami tetap rayakan mumpung lagi ngumpulbareng kayak gini," ujar Weny Alimsijah, salah seorang pengurus grup. Malam itu Weny tampak menikmati kue bulan yang dibawanya dari rumah sembari mengobrol dengan anggota Kimbo yang lain.
Dia mengungkapkan, tak hanya saat perayaan kue bulan, semua anggota Kimbo Group juga tidak pernah melewatkan segala macam perayaan lain dalam tradisi Tionghoa. ''Kami lahir di sini, tetapi tidak lupa warisan nenek moyang. Ibaratnya, seperti tradisi kupatan kalau pas Lebaran gitu. Jadi, kue bulan ini juga nggak pernah ketinggalan di setiap perayaan mooncake. Pas makan bisa ditemani teh angco," ucapnya.
Hadi Gunawan, suami Weny sekaligus ketua Kimbo, menjelaskan bahwa mayoritas anggota juga sudah merayakan mooncake dengan keluarganya sebelum menikmati kue bulan bersama teman-teman Kimbo. Perayaan itu diakuinya mempunyai kaitan erat dengan kebersamaan keluarga. ''Saya sendiri kemarin sempat saling kirim kue bulan ke sanak saudara. Intinya, menyatukan dan merekatkan persaudaraan seperti filosofi bulan purnama yang bulat sempurna,'' ungkapnya.
Johan Wangsa Atmaja, salah seorang panitia arisan akbar, mengatakan bahwa dirinya dan keluarga bahkan percaya kue tersebut merupakan simbol doa keberuntungan. Dia pun sengaja mengonsep acara malam itu dengan berbagai macam hiburan. Bersama dua kawannya, Gho Khian Gwan dan Go Ding Ding, Johan membuat konsep arisan yang hangat, tetapi meriah. Beberapa talenta menyanyi, tai chi, hingga menari tradisional Tionghoa ditampilkan.
Kimbo Group juga menggalang dana untuk korban gempa di Palu dan Donggala. Kegiatan amal seperti itu menjadi salah satu ciri khas yang tidak luntur. ''Tempo hari saat gempa di Padang, kami berhasil mengumpulkan Rp 100 juta. Ini nanti untuk Palu dan Donggala, akan kami musyawarahkan lagi. Diberikan secara tunai atau bisa jadi kami belikan barang yang dibutuhkan para korban,'' jelas Hadi.(hay/c20/tia)
BACA JUGA: Komunitas Keren ala SwaDukuhKupang
Redaktur : Tim Redaksi