JAKARTA--Kerusakan yang sering terjadi di jalur pantai utara (pantura) pulau Jawa membuat biaya pemeliharaan bengkak. Tahun ini, Kementerian Pekerjaan Umum menggelontorkan dana Rp 1,28 triliun untuk menangani ruas jalan sepanjang 1.341 kilometer itu. sebagian besar dananya terserap untuk pemeliharaan rutin dan berkala.
Dirjen Bina Marga Kementerian PU Djoko Murjanto mengatakan, kerusakan jalur pantura tidak lepas dari beratnya beban kendaraan yang melewati jalur tersebut. "Setiap hari, jalur pantura dilewati sekitar 40 ribu kendaraan yang yang sebagian besar merupakan truk pengangkut logistik," ujarnya, Kamis (25/4).
Tidak jarang, truk-truk yang lewat kelebihan muatan. Jalur pantura didesain untuk kendaraan dengan muatan sumbu terberat (MST) 10 ton. Namun, seringkali kendaraan yang lewat memiliki MST di atasnya. Bahkan ada yang mencapai 90 ton. Akibatnya, umur jalan menjadi pendek dan cepat berlubang.
Tidak heran, empat tahun belakangan Kementerian PU telah mengalokasikan dana senilai Rp 4,68 triliun untuk jalur pantura. "Tapi, kami telah merealisasikan kondisi jalan baik dan sedang di pantura sebesar 97,85 persen," ucapnya. Dana yang besar itu serapannya didominasi pemeliharaan rutin dan berkala. Pembangunan jalan baru per tahun rata-rata hanya berkisar 20 kilometer.
Djoko mengklaim, kondisi jalur pantura yang buruk hanya sepanjang 28 kilometer di berbagai titik. Ditambah lagi dengan jalan yang rusak parah sepanjang 500 meter di provinsi Banten dan kerusakan beberapa jembatan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Seperti Jembatan Bandengan A di Cirebon dan Jembatan Pemali di Brebes.
Djoko menambahkan, pemeliharaan jalur pantura dilakukan sepanjang tahun. Hanya saja, pihaknya memang memberikan perhatian khusus menjelang masa mudik lebaran. "Kami selalu mengidentifikasi kebutuhan jalur pantura setiap tahun. Pantauan tahun ini menjadi dasar penganggaran untuk kebutuhan tahun berikutnya," tambahnya. (byu)
Dirjen Bina Marga Kementerian PU Djoko Murjanto mengatakan, kerusakan jalur pantura tidak lepas dari beratnya beban kendaraan yang melewati jalur tersebut. "Setiap hari, jalur pantura dilewati sekitar 40 ribu kendaraan yang yang sebagian besar merupakan truk pengangkut logistik," ujarnya, Kamis (25/4).
Tidak jarang, truk-truk yang lewat kelebihan muatan. Jalur pantura didesain untuk kendaraan dengan muatan sumbu terberat (MST) 10 ton. Namun, seringkali kendaraan yang lewat memiliki MST di atasnya. Bahkan ada yang mencapai 90 ton. Akibatnya, umur jalan menjadi pendek dan cepat berlubang.
Tidak heran, empat tahun belakangan Kementerian PU telah mengalokasikan dana senilai Rp 4,68 triliun untuk jalur pantura. "Tapi, kami telah merealisasikan kondisi jalan baik dan sedang di pantura sebesar 97,85 persen," ucapnya. Dana yang besar itu serapannya didominasi pemeliharaan rutin dan berkala. Pembangunan jalan baru per tahun rata-rata hanya berkisar 20 kilometer.
Djoko mengklaim, kondisi jalur pantura yang buruk hanya sepanjang 28 kilometer di berbagai titik. Ditambah lagi dengan jalan yang rusak parah sepanjang 500 meter di provinsi Banten dan kerusakan beberapa jembatan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Seperti Jembatan Bandengan A di Cirebon dan Jembatan Pemali di Brebes.
Djoko menambahkan, pemeliharaan jalur pantura dilakukan sepanjang tahun. Hanya saja, pihaknya memang memberikan perhatian khusus menjelang masa mudik lebaran. "Kami selalu mengidentifikasi kebutuhan jalur pantura setiap tahun. Pantauan tahun ini menjadi dasar penganggaran untuk kebutuhan tahun berikutnya," tambahnya. (byu)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertamina Pastikan Pasokan Solar ke Daerah Tetap Aman
Redaktur : Tim Redaksi