Jam Terbang Tinggi, Sekarang Mantan Atlet Ini Jadi Wasit PON Jabar

Senin, 04 Juli 2016 – 03:30 WIB
Ilustrasi Logo PON Jabar. Foto: dokumen JPNN

jpnn.com - LAMPUNG - Tak semua atlet Lampung memiliki jam terbang tinggi seperti Aman Waluyo. Bahkan di Indonesia, atlet cabang olahraga layar asal Lampung ini sudah tampil di delapan perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) tanpa henti.

Dedikasi pria kelahiran Semarang 13 Februari 1959 ini terhadap dunia olahraga, khususnya layar tidak perlu dipertanyakan lagi. Pasca pensiun sebagai atlet dan pelatih, Aman kini menekuni profesi barunya menjadi seorang wasit. Bahkan tahun ini, ia terpilih menjadi wasit pada PON XIX di Jawa Barat, September mendatang untuk kedua kalinya.

BACA JUGA: Innalillahi, Atlet Senior dengan Segudang Prestasi itu Berpulang

”Saya diberi kesempatan menjadi wasit pada ajang PON Jabar mendatang,” ujar bapak tiga anak ini seperti dikutip dari Radar Lampung (Jawa Pos Group). 

Kiprah suami Hanizah Yulianti ini sebagai atlet diawali saat tampil pada PON IX di Jakarta pada 1977. Pada PON perdananya itu, Aman mampu menyumbangkan medali perak di kelas optimis untuk kontingen Jawa Tengah. Prestasi itu cukup mengagetkan. Pasalnya, Aman baru mulai menggeluti layar selama dua tahun.

BACA JUGA: Gimana Jadinya Pertahanan Italia Jika Barzagli Pergi?

“Saya mulai latihan pada 1975. Waktu itu usia saya 16 tahun,” ungkapnya. 

Track record awal, PON IX Aman membawa nama Jawa Tengah dan berhasil menorehkan prestasi. Selanjutnya pada PON X ia kembali pulang dengan perunggu.

BACA JUGA: Cek di Sini! Klasemen Sementara F1 Usai GP Austria

Aman bercerita, mulai PON XI ia membawa nama Lampung. Tetapi sayang dia gagal mempersembahkan medali. Pada PON XII dia baru berhasil memboyong perunggu. Lalu PON XIII, perak dan PON XIV, perak. Namun pada PON XV ditutup tanpa medali.

“Saat itu perkembangan dan fasilitas cabor layar, belum terlalu mumpuni. Dan setiap latihan masih menggunakan peralatan seadanya. Dadi masih jauh dari daerah lain,” keluhnya. 

Selain layar, ternyata Aman juga menyukai olahraga bola voli. Bahkan, kemampuannya sebagai tosser patut diacungi jempol. Bola voli itu pulalah yang kemudian membawa Aman meninggalkan kampung halamannya di Semarang untuk hijrah ke Lampung pada 1985. Aman tidak menampik tawaran menggiurkan yang disodorkan BUMN PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Lampung.

“Saya dapat tawaran kerja di PLN karena bisa main voli. Bukan karena layarnya,” tambah bapak tiga anak itu. Pada saat itu, Aman juga tergabung dalam tim pra-PON bola voli Lampung. Namun sayang, Aman dan tim gagal lolos ke PON XI. Meski aktif bermain voli, bukan berarti Aman melupakan layar.

Kegagalannya di voli berhasil ditebusnya.  Dirinya pun kembali berlaga pada PON XI di Jakarta. Persiapan yang minim membuat Aman tidak berhasil menyumbangkan medali untuk Lampung. 

Empat tahun berselang, Aman berhasil mempersembahkan perak pertamanya untuk Lampung pada PON XII tahun 1989. Dia bertanding di kelas 470. Setelah itu, berbagai prestasi terus dicatatkan Aman di cabang olahraga layar.

Hingga akhirnya, Aman tampil untuk kali terakhir sebagai atlet pada PON XVI. Kendati tidak meraih medali, Aman tercatat sebagai atlet tertua yang tampil dalam ajang multi cabang di Palembang, Sumatera Selatan tersebut. Ketika itu usianya sudah mencapai 45 tahun.(ynk/wan/ray/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Usai Balapan Dramatis GP Austria, Hamilton-Rosberg Memanas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler